Aku berpamitan kepada Stella sambil mengucapkan banyak teriamaksih. Karena sudah mau meminjamkan aku telepon. Jika sudah punya uang cukup aku mungkin akan pasang telepon sendiri di rumah yang aku sewa.
Kini aku berjalan menuju ke rumahku. Tak terasa hari sudah mulai sore dan beberapa jam lagi akan gelap. Kubuka pintu rumah yang terbuat dari kayu. Tembok rumah ini sangat sederhana sekali. Tidak ada cat yang menempel. Hanya sebuah batu bata yang menarik sekali. Kotak kotak yang tersusun dengan rapi dan warna merahnya sangat khas. Aku sangat menyukai rumah ini sebenarnya. Hanya saja perabotan yang ada di rumah ini tampak sudah tua sekali. Seperti sofa dan yang lainnya. Oh ya, tempat tidur juga tampak lusuh. Besok aku akan bekerja keras agar bisa mendapatkan uang yang lebih. Aku ingin sekali pergi ke pasar untuk membeli segala kebutuhanku.
Tiba tiba saja telingaku mendengar suara teriakan saat aku sedang memasak Soo di dapur. Aku tidak tahu siapa..tapi ketika aku dengar suara teriakan itu lagi. Aku yakin sekali kalau itu adalah Stella.
Kucoba untuk keluar dari rumahku meski hari sudah gelap. Aku sekarang berada di halaman depan rumahku.
"Maafkan aku Robert .sungguh aku tidak akan melakukannya lagi. Aku minta maaf sekali," suara memohon dari Stella bisa aku dengar dengan jelas.
Ya Tuhan, bagaimana aku harus bertindak. Aku ingin membantu Stella. Karena semakin banyak suara suara berjatuhan. Seperti barang yang di banting. Aku harus ke sana sekarang. Sebelum aku menyesal.
Kini saat aku berlari menuju ke rumah Stella. Tiba tiba saja dari belakang suara orang berlari. Ku tengok dan ternyata itu adalah Steven.
"Steven?" ucapku lirih. Tapi dia sama sekali tidak melihatku dan malah berlari saja melewati aku.
Kulihat Steven yang kini sudah berada di depan rumah Stella. Dia berada di depan Robert. Seperti sedang berusaha untuk melindungi Stella dan Dani karena sekarang mereka berdua berada di belakang Steven.
"Jangan sakiti mereka! Kau harus berhadapan denganku terlebih dahulu!" seru Steven dengan sangat berani. Matanya tajam melihat ke wajah Robert.
Aku bisa melihat laki laki dengan tubuh besar dan berotot itu. Serta rambut yang memenuhi dagu dan kedua pipinya.
Ternyata benar menurut pikiranku waktu itu. Robert memang bertampang seperti itu.
Aku langsung saja berlari dan memeluk Stella dan Dani. Mereka berdua tampak ketakutan sekali.
"Rupanya kau berani kepadaku heh?" tantang Robert yang kurasa dia sedang mabuk. Aku tahu sekali karena aku sering melihat orang mabuk di club' swaktu di kota
Kepalan tangan Robert yang besar menuju ke udara dengan tujuan pipi Steven. Namun kulihat tangan Steven yang tegas itu dengan cepat memegang pergelangan tangan Robert lalu dengan keras membantingnya.
Robert kesakitan hanya karena itu saja. Mungkin karena dia mabuk.
"Dasar kau berani ya denganku Robert penguasa desa ini!" seru Robert dengan keras sambil mendorong Steven. Kini Steven jatuh terduduk di lantai. Mereka berdua lalu berkelahi hebat dan akhirnya Robert pingsan seketika .
"ayo cepat kau masuk saja ke rumahku. tinggalkan Robert," ucapku dan langsung menggiring Stella yang tampak syok begitupun wajah polos Dani yang kulihat matany berkaca kaca.
"aku tidak menyangka akan melakukan itu pada robet. sungguh aku minta maaf sekali denganmu Robert," seru Steven melihat Robert pingsan dan dia langsung pergi dari rumah stella.