webnovel

Hayati

Hayati adalah seorang gadis yang tengah mencari jati diri. Dia mencari kasih sayang yang begitu berarti dari seorang pria yang mau mengerti. Dalam perjalanan hidupnya, begitu banyak hal yang terjadi. Hayati yang di jodohkan dengan Akbar sewaktu masih sekolah, membuat beban bagi keduanya. Hanya karena alasan persahabatan orang tua tidak hilang, orang tuanya menjodohkan mereka berdua. Mama Hana dan Papa Sandi adalah orang tua Hayati, Sedangkan Mama Ara dan Papa Iyan adalah orang tua Akbar. Hayati begitu membenci Akbar, begitu pun sebaliknya. Akbar adalah seorang pemain basket dan juga mempunyai cewek yang disukainya, bernama Reva. Reva yang ambisius dan punya berbagai cara untuk menaklukkan cinta Akbar. Lambat laun, salah satu dari mereka mampu mengikis hati.

Degk_Nur · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
311 Chs

Rekreasi

Hari telah berganti, minggu sudah dilalui, bahkan dua bulan tidak terasa sudah dilewati. Kini, tiba saatnya Hayati dan teman-temannya pergi untuk studytour, tepatnya di Bromo Tengger Probolinggo. Mereka semua tampak bersenang-senang, termasuk Hayati. Dia sudah mempersiapkan segalanya, mulai dari sepatu, baju tebal agar hangat dan camilan yang akan menemaninya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, Hayati dengan sigap bersiap-siap berangkat ke sekolah.

"Ma, Hayati berangkat dulu," Pamit Hayati.

"Iya, hati-hati," jawab Hana. Seketika itu Hayati bersalaman dan langsung berangkat. Semua siswa-siswi sudah berkumpul di sekolah, mini Bus juga telah tiba. Studytour kali ini akan bermalam di gunung, sembari melihat sunrise di pagi hari besok.

"Kamu sudah siap, Hayati?" tanya Sofia.

"Sudah, siap."

"Aku juga sudah siap," kata Marwah.

"Kamu tidak lupa membawa semua perlengkapan, kan?" tanya Sofia.

"Tenang, semua sudah aman," jawab Marwah.

Hanya menunggu beberapa menit saja, mini bus pun berangkat. Hayati duduk paling depan bersama dua sahabatnya, di samping mereka ada Akbar dan Reva duduk bersama. Seperti biasa, Hayati sudah tidak lagi menghiraukan mereka berdua. Hayati sudah berpikir bahwa tidak ada perjodohan antara mereka berdua. Mereka layaknya orang asing yang tidak saling mengenal, sudah lama juga dari insiden Akbar acuh padanya, mereka tidak lagi bertegur sapa.

"Sepertinya akan ada adegan romantis seperti romeo dan juliet, nih..." tukas Sofia.

"Siapa?" tanya Marwah.

"Tuh.." jawab Sofia sembari memberi isyarat lirikan mata.

"Iya, aku lihat mereka semakin akrab saja," ujar Marwah.

"Kalian, kerjaannya gosip saja. Kalian cemburu?" tanya Hayati.

"Gak cemburu, sih. Cuma kesel saja ngelihatnya, kayak amplop dan perangko saja," jawab Sofia.

"Itu namanya kalian ngiri," kata Hayati.

"Sudahlah tidak usah bahas mereka lagi, kalau cuma ingin berdebat," kata Marwah.

"Iya, mending nikmati alam saja," jawab Hayati.

Akhirnya mereka kembali melihat pemandangan dari dalam jendela bus, begitu indah ciptaan Tuhan. Begitu indah pemandangan di luar sana, begitu banyak pohon-pohon hijau berjejeran. Sepanjang perjalanan, banyak sekali tempat wisata yang mereka lalui. Tidak ada yang paling menyenangkan ketika bersama dengan teman-teman, apalagi sudah memasuki akhir. Setelah itu mereka akan mengejar cita-cita mereka masing-masing.

"Naik... Naik... Kepuncak gunung...Tinggi tinggi sekali..." Semua siswa-siswi bernyanyi bersama. Sungguh perjalanan yang luar biasa, perjalanan yang akan menorehkan banyak kenangan yang indah. Setiap perasaan siswa-siswi tidak karuan, sebab jalan menuju arah Bromo juga begitu menyeramkan. Begitu banyak belokan, mobil, dan sepeda motor yang lalu lalang. Udaranya juga sudah semakin sejuk, membuat tubuh Hayati mulai dingin. Beruntunglah Hayati membawa pakaian yang sedikit tebal, jadi dinginnya tidak terlalu.

"Kamu tidak membawa Syal, Hayati?" tanya Marwah.

"Aku tidak punya," jawab Hayati.

"Aku juga tidak punya, rencananya aku mau beli di Bromo," imbuh Sofia.

"Aku punya, tapi cuma satu. Itupun dikasih adikku, hadiah ulang tahunku," katanya. "Aku mau beli juga di Bromo, sekalian buat kenang-kenangan," imbuh Marwah.

"Kalau begitu, kita kembaran saja. Gimana?" tanya Hayati.

"Ide yang bagus," jawab Marwah.

"Lebih indah warna apa?" tanya Sofia.

"Gimana kalau warna pink?" usul Marwah.

"Jangan pink, mungkin Maroon," usul Hayati.

"Boleh juga," jawab Sofia.

Akhirnya mereka sepakat membeli Syal warna maroon, sambil menunggu mereka sampai. Hayati dan teman-temannya membuka cemilan yang sudah dibawa dari rumahnya masing-masing, mereka dengan lahap memakannya. Hingga terasa capek mengunyah, barulah mereka berhenti dan mulai ngantuk.

"Aku istirahat dulu, nanti kalau sudah sampai bangunin," pesan Marwah.

"Aku sebenarnya ngantuk juga, aku pamit juga." Sofia menyusul. Hanya tersisa Hayati yang tetap saja duduk dengan menahan kantuknya, namun matanya tiba-tiba melirik ke arah Akbar dan Reva. Akbar dan Reva tampak begitu romantis, Reva tertidur di bahu Akbar. Pemandangan itu membuat keduanya terlihat seperti pasangan yang begitu serasi, Hayati sedikit kesal. Namun Hayati bersikeras untuk menghilangkan semua kekesalannya, dia harus membuang perasaannya agar dia tidak jatuh cinta. Hayati kembali melihat ke sekeliling mini bus, semua teman-temannya sudah pada tertidur, hanya dia yang terjaga. Untuk menghilang rasa jenuhnya, dia membuka handphonenya dan menggeser-gesernya untuk melihat-lihat status di beranda. Kembali Hayati membuka tasnya untuk mengambil handset dan menaruhnya dikedua telinganya, sembari mendengarkan lagu kesukaannya.

"Takkan pernah terlintas

Tuk tinggalkan kamu

Jauh dariku, kasihku

Karena aku milikmu

Kamu milikku

Separuh nyawaku

Hidup bersamamu

Berdua kita lewati

Meski hujan badai takkan berhenti (takkan berhenti)

Sehidup semati

Mentari pun tahu

Kucinta padamu."

Itulah lirik lagu dari Jaz yang berjudul Teman Bahagia, kesukaan Hayati. Hayati begitu menikmati lagu itu, sembari membaca buku dan cemilan di pangkuannya. Serta air mineral yang sengaja disiapkannya di samping tas ranselnya, Hayati menikmatinya seorang diri. Tidak lama kemudian, Akbar terbangun dan menoleh ke arah Hayati dengan senyum kepadanya.

'Tumben dia tersenyum, mimpi apa dia tadi?' Hayati bertanya-tanya dalam hati.

Kemudian di susul Reva yang juga terbangun, terdengar percakapan antara Akbar dan Reva.

"Sudah sampai?" tanya Reva.

"Belum, kamu istirahat dulu saja, nanti kalau sudah sampai aku bangunin," jawab Akbar. Seketika itu Reva langsung tertidur kembali.

"Kamu tidak istirahat?" tanya Akbar dengan memandang Hayati.

"Tidak," jawab Hayati singkat.

"Tidak capek?" tanya Akbar.

"Capeknya hilang, saat aku melihat pemandangan di luar jendela," jawab Hayati sembari memakan cemilannya.

Akbar kembali memperhatikan Hayati, hal itu membuat Hayati tidak enak, dia pun menawarkan camilan yang ada di tangannya.

"Mau?" tanya Hayati sambil menyuguhkan camilan itu kepada Akbar.

Tampa menjawab Akbar mencobanya.

"Ternyata enak, ya. Beli di mana?" tanya Akbar.

"Beli di toko dekat rumah," jawabnya.

"Masih banyak?" tanya Akbar.

"Masih ada dua bungkus," jawab Hayati sambil memberikan camilan keripik singkong kepada Akbar.

"Buat kamu," imbuh Hayati.

"Terimakasih." Akbar membuka dan memakan camilan itu, dia juga melakukan hal yang sama seperti Hayati. Melihat ke arah luar jendela dan melihat sekitar, ternyata memang indah.

"Masih lama sampainya, Pak?" tanya Akbar kepada supir mini Bus.

"Sudah hampir, sekitar lima belas menit lagi," jawab supir itu tampa menoleh ke arah Akbar.

Akbar meneruskan mengunyah keripik singkongnya dan kembali terdiam, begitu juga dengan Hayati yang melanjutkan untuk mendengarkan putaran demi putaran musik yang di dengarnya.

Sebelum mereka sampai, ada kecelakaan di depan. Sebuah sepeda motor dan mobil, insiden kejadian karena rem sepeda motor blong. Hal ini membuat Hayati yang menyaksikan merasa panik, begitu juga dengan Akbar.

"Kalian tenang saja, perjalanan masih bisa dilakukan. Meskipun akan terlambat," kata Pak supir.

"Apakah tidak akan membahayakan Bus ini, Pak?" tanya Hayati.

"Tentu saja, tidak. Apalagi kecelakaannya sudah ditangani oleh polisi, hal ini biasa terjadi. Terlebih ketika masa liburan seperti ini," jawab Pak Supir yang diketahui namanya adalah Sudirman.

"Syukurlah, Pak. Kalau begitu kita tenang," kata Akbar.

Kini, mereka dengan santai menunggu hingga sampai ke tempat tujuan. Mereka berharap, agar selamat sampai tujuan, baik pulang nya nanti.