Setelah selesai makan di restauran, mereka memilih pulang ke apartement untuk beristirahat. Saat sampai di basement apartement, ada seorang wanita yang langsung memeluk Jun dengan erat. Syifa terkejutnya bukan main saat suaminya di peluk gadis lain.
"Apa kabar Jun? Aku merindukanmu," ucap gadis itu memeluk erat Jun.
"Kapan kau sampai Sarah, ayo masuk ke Apartement ku," jawab Jun yang masuk bersama Sarah ke dalam apartement.
Ia melupakan istrinya yang masih berada di basement. Syifa mengepal tangannya dan berjalan dibelakang mereka berdua. Sarah memeluk lengan Jun dan mereka pun duduk di ruang tamu apartement.
Mereka saling berbincang dan tertawa bersama, sedangkan Syifa memilih masuk ke dalam kamar karena di abaikan oleh suaminya, Jun malah memilih bersama gadis lain dah mengabaikan istrinya sendiri.
Di ruang tamu,
"Aku benar-benar rindu denganmu Jun. Kenapa kau tak jadi ke China ha? Kita akan menjalankan bisnis disana," ucap Sarah.
"Kedua orang tua ku tidak mengizinkanku kesana," balas Jun tersenyum.
"Lah kenapa?" tanya Sarah.
"Katanya kita akan menikah disana, tapi kau malah tetap di Indonesia. Jadi gedung pernikahan yang kita sediakan terpaksa harus di batalkan," jelas Sarah memeluk Jun erat.
"Maafkan aku Sarah, kedua orang tua ku tidak mengizinkan ku kesana. Mereka menikahkan ku dengan wanita lain, ah Syifa kemana ya?" ungkap Jun yang baru menyadari Syifa tidak ada di dekatnya.
"Apa? Kau menikah dengan wanita tadi?" tanya Sarah yang kaget.
Jun mengabaikan pertanyaan Sarah dan berlari ke arah basement. Untuk mencari keberadaan istrinya. Namun, nihil dia tidak menemukan Syifa disana. Jun masuk kembali ke dalam apartement dan akan mencari Syifa di dalam kamar.
Tapi, Sarah menahan tangan Jun dan tanpa izin ia mencium pria tersebut. Tentunya Jun kaget dan membalas ciuman tersebut, karena Sarah adalah gadis yang ia cintai dulu. Ia merasa bersalah telah mengabaikan Sarah dan tidak memberitahu kepada gadis yang telah menunggunya di China.
Disisi lain Syifa sudah mengepal tangannya dan menatap Jun dengan tatapan penuh kecewa. Ia mendengar semua ucapan Jun, alasan pria itu ingin sekali ke China karena ingin menikahi gadis lain.
Ia masuk ke dalam kamar dan memasukkan bajunya ke dalam koper miliknya. Syifa menarik koper dan berjalan keluar apartement. Saat melihat Syifa membawa koper, Jun langsung tersadar dan mendorong Sarah hingga ia terjatuh.
"Akh! Sakit Jun," rintih Sarah yang terduduk di lantai.
Jun berlari mengejar Syifa dan menahan tangan istrinya. "Kamu mau kemana?" tanya Jun yang menatap istrinya dengan tatapan bingung.
"Pergilah ke China, lanjutkan pernikahanmu!" bentak Syifa yang sudah di penuhi emosi.
"Syifa dengarkan aku dulu, Sarah dulu adalah gadis yang aku cintai. Aku berjanji ingin menikahinya di China tapi kedua orang tua ku menyuruh agar menikahimu," sambung Jun yang masih menahan tangan istrinya.
"Iya aku tau! Harusnya aku tidak menyetujui keputusan ayahku. Agar kamu bisa menikahi gadis yang kamu cintai itu! Aku akan pergi dan penuhi janjimu itu!" ucap Syifa menepis tangan suaminya.
Sarah hanya tersenyum licik ke arah Syifa dan ia menahan tangan Jun, agar ikut masuk ke apartement bersama. Syifa mengepal tangannya dan menarik koper yang ia bawa keluar dari apartement.
"Syifa, kamu salah paham. Dengarkan aku dulu, sayang!" teriak Jun yang melihat kepergian istrinya.
Sarah memeluk Jun mencoba masuk ke tengah keluarga kecil Jun dan Syifa. Pria itu mendorong Sarah dan mengejar gadis yang sudah ia cintai sekarang. "Syifa, ku mohon jangan pergi!" teriaknya yang berlari menelusuri koridor apartement.
Air mata membasahi wajah gadis cantik itu, ia masih setia menarik koper berisi bajunya dan memasuki taksi yang berada di depan unit apartement-nya. Jun mengetuk pintu mobil tersebut, memohon agar istrinya tidak pergi.
"Syifa dengarkan penjelasanku dulu," ucap Jun yang menangis.
Syifa hanya diam dan menatap ke arah depan. "Jalan pak," ucapan singkat gadis itu dan taksi pun berjalan.
Jun berlari mengejar taksi tersebut, dan akhirnya ia terjatuh hingga kakinya berdarah.
"Jun!" teriak Sarah yang menghampiri Jun.
"Jun sayang, kenapa seperti ini? Ayo masuk ke dalam bersamaku," sambung Sarah membantu pria itu berdiri.
Jun hanya diam dan terus menangis saat sudah berada di dalam apartement. Pria itu mulai gemetar dan melempar semua barang yang ada di dekatnya. Sarah terkejut dan mencoba menengangkan Jun, malah pria itu semakin mengamuk dan melempar botol kaca ke arah Sarah.
"Pergi!" bentak Jun menatap tajam Sarah.
Botol kaca hampir mengenai Sarah, gadis itu benar-benar terkejut melihat Jun. Ia mencoba mendekati Jun, malah pria itu mengarahkan pisau pada Sarah.
"Kau gila!" bentak Sarah yang mulai takut.
"Pergi ku bilang! Atau kau akan kehilangan nyawamu!" tegas Jun mendekati Sarah.
Wanita itu langsung berlari keluar karena sudah ketakutan. Jun yang ada di dalam apartement semakin mengamuk seperti orang gila. Ia terduduk di lantai ruang tamu yang dingin sambil menangis histeris.
"Jangan tinggalkan aku!" teriak Jun.
Pria itu tak henti-hentinya menangis dan berteriak di dalam apartement. Sarah mengintip di depan pintu apartement dan mulai takut saat melihat Jun yang bertingkah seperti orang gila. Wanita itu pergi dari apartement dan meninggalkan Jun sendirian disana.
.
Syifa terus saja menangis di dalam taksi, Supir taksi memberikan tisu pada gadis itu untuk mengusap air matanya.
"Tenangkan dirimu Nyonya, tidak baik terlalu larut dalam kesedihan. Masalah harus di lalui dengan tenang," ucap Supir yang mencoba menenangkan pelanggannya.
Syifa hanya diam dan menghapus air matanya, ia mengusap perutnya yang masih datar, sambil menatap ke arah depan. Tiba-tiba dipikirnya terlintas janji yang pernah ia buat bersama suaminya. Ia mulai ragu untuk pergi, jika mengingat apa yang akan terjadi pada suaminya yang gampang emosi.
'Tidak, kamu tidak boleh kembali lagi kesana. Hatimu akan semakin sakit melihat pria yang kau cintai bersama gadis lain,' batin Syifa.
Kekhawatiran pada suaminya terus membuat hatinya merasa gelisah. Namun, ia tetap kekeh ingin pergi dari kehidupan Jun. Ia ingin suaminya bahagia dengan yang di cintainya.
"Nyonya, jika masih ragu kita kembali ke tempat tadi," saran Supir taksi.
Syifa berpikir panjang dan memilih untuk tetap pergi. Namun, hatinya semakin gelisah dan dilanda kekhawatiran.
"Putar arah Pak," keputusan gadis itu memilih untuk pulang, karena takut terjadi sesuatu pada sang Suami.
"Siap Nyonya," jawab Supir taksi yang berputar arah menuju apartement milik Jun.
Di sepanjang perjalanan, Syifa merasa khawatir pada suaminya. Ia begitu gelisah dan supir taksi pun mempercepat taksi agar secepat mungkin sampai di apartemen tadi. [.]