webnovel

Greentea Latte

VOL 3. {Greentea Latte Destiny (21+)} = Bab 215 Badboy dingin yang memiliki penyesalan besar kini telah menjelma menjadi pria tampan dan mapan di usianya yang tergolong muda, yaitu 22 tahun. Di usia tersebut, dia telah menyelesaikan S1 di Oxford dan menjadi CEO dari perusahaan Fedrick Company, perusahaan yang bergerak di bidang kuliner paling besar se-Asia Tenggara. Sayangnya, di usia yang tergolong cukup muda itu, dia sudah menjadi duda sehingga dia mati rasa terhadap wanita. Afka menjalani hidupnya dengan monoton, tanpa cinta dan kasih sayang. Hanya ada kebencian yang besar dalam hatinya kepada seseorang. Hingga suatu hari, dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang sangat mirip dengan mantan istrinya. Sialnya, Afka mengenal dengan baik gadis itu. VOL 1,2. {Greentea Latte (18+)} = Bab 1-214 Afka Fedrick, seorang badboy tampan ala novel yang memiliki sifat yang dingin. Dia memiliki penyesalan terbesar dalam hidupnya. Penyesalan yang berhasil membuat hidup cinta pertamanya hancur berantakan. Ghirel Sananta, seorang gadis yang tertatih selama hidupnya. Tak ada kebahagiaan dalam kamus Ghirel sampai Afka hadir dalam hidupnya. Sayangnya, kebahagiaan itu hanya sesaat. Afka kembali menurunkan hujan padanya. Hujan badai yang membuatnya hancur berkeping-keping. Afka adalah penyebab kehancurannya. Afka adalah sosok yang bertanggung jawab atas rasa sakitnya. bagaimana kelanjutan kisah cinta sepahit Greentea yang terjalin diantara lembutnya Latte tersebut? by Depaaac_

Depaaac_ · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
369 Chs

-25- Gadis Kecil

Hujan mulai deras, bau tanah basah menyeruak ke alam bebas, daun-daun mulai basah, ranting bergoyang bersamaan dengan angin malam. Seorang gadis tengah berlari dibawah tas persegi yang dijadikan penutup kepala. Gadis dengan kaos hitam pendek dan celana joger tie dye berwarna abu-abu terlihat tengah mencari tempat meneduh.

Melihat warung makan kecil-kecilan di samping jalan, gadis itu seperti bertemu dengan tempat tujuannya. Dia masuk ke sana, membeli minuman dan memesan makanan berkuah untuk ia santap.

Seseorang menelponnya, tanpa pikir panjang gadis itu langsung mengangkatnya.

"Kenapa?" tanya gadis tersebut.

"Lo dimana Jie? Dicari sama Bunda, pulang sekarang!" suara cerewet Siska memekakkan telinganya.

"Baru pulang kerja, neduh dulu nih." jawab Ghirel santai.

"Pulang kerja apaan? Gue tau ya jadwal kerja lo, jam kerja lo, bahkan gaji lo ada apa gue tau!"ketus Siska.

Asap mengepul dari soto yang tersaji di depannya, di sebelah soto tersebut terdapat es jeruk yang menyejukkan. Ghirel memang berbohong kepada Siska, dia tidak bekerja tapi kabur dari rumah mencari udara malam. Ghirel hanya butuh waktu untuk sendiri.

Me time sangat penting untuk Ghirel saat sedang bimbang, karena yang paling mengenal kita adalah diri kita sendiri.

"Sis, gue lagi butuh waktu sendiri. Gue lagi gak pengen disalahin siapapun," kata Ghirel sebelum mematikan panggilan teleponnya.

Seekor kupu-kupu menghampirinya disertai berhentinya hujan. Kupu-kupu berwarna merah muda itu mengitari Ghirel berkali-kali,gadis itu hanya tersenyum. Andaikan reinkarnasi memang benar adanya, Ghirel ingin menjadi kupu-kupu yang bebas terbang dan cantik dipandang.

Kupu-kupu tersebut meninggalkan Ghirel yang tersenyum pahit, senyuman itu tak tersirat ketulusan sedikitpun. Terbang bebas dengan kedua sayapnya, kupu-kupu merah muda itu sampai ke sebuah rumah mewah milik keluarga Fedrick.

Suasana di dalam rumah tersebut tidak seperti biasanya, tak ada canda tawa antara Afka dengan papahnya. Hanya sunyi dengan suara jangkrik di taman sebelah yang memenuhi rumah tersebut. Afka sibuk mengurus sahamnya, dan papahnya sibuk bekerja di ruangannya.

Lama kelamaan Afka merasa bosan. Dia akhirnya memilih untuk pergi menghilangkan rasa jenuhnya. Tempat yang menjadi pilihannya adalah rumah milik sahabat perempuannya, Clara namanya.

Clara adalah gadis yatim piatu yang mengalami sebuah kecelakaan naas beberapa tahun yang lalu. Kecelakaan tersebut membuatnya harus berada di kursi roda karena kehilangan fungsi kakinya dan merenggut nyawa kedua orang tuanya. Hal tersebut membuat Afka harus sering berkunjung dan merawatnya.

Meskipun ada suster yang merawat Clara, tetapi Afka tetap harus sering menjenguknya agar gadis tersebut tidak jenuh.

"Abang? Tumben kesini malem-malem," dengan bantuan dari Stefy, Clara menghampiri Afka menggunakan kursi rodanya.

"Pengen aja," jawab Afka sembari melangkah masuk dan mengambil sebotol minuman bersoda rasa lemon.

"Abang gak ngedate sama pacar abang?" tanya Clara lagi.

"Enggak, pacar abang lagi ada urusan kerjaan katanya." jawab Afka.

Clara memang berusia dua tahun lebih muda daripada Afka, dia seusia dengan Stefy itulah mengapa Afka memilih rumah ini untuk Stefy tinggali. Karena Afka pikir keduanya akan menjadi teman yang baik. Clara tidak sekolah pada umumnya, dia homeschooling semenjak kecelakaan tersebut. Semua biaya hidup sampai biaya homeschooling Clara ditanggung oleh Afka, bahkan hingga biaya pengobatan Clara Afka yang menanggungnya. Pernah suatu ketika dia bersekolah, namun karena keadaannya dia dibully oleh teman-temannya di sana sehingga menimbulkan sebuah trauma dalam diri Clara.

"Pacar yang mana?" tanya Stefy dengan nada menyindir, mendengar hal tersebut membuat Clara ikut tertawa kecil.

"Iya bener, pacar abang kan banyak! Ini Stefy juga pacar abang!" kata Clara.

Afka tersenyum terpaksa,"udah kesepakatan dari awal gue cuman bantuin lo, bukan jadi pacar lo!"

mendengar itu membuat Stefy tiba-tiba sadar diri dan cengengesan sendiri. Benar saja, Afka tak akan pernah bisa ia raih. Rasa cinta yang Afka miliki susah sepenuhnya milik Ghirel, dan hal itu tidak bisa diganggu gugat.

"Btw, kapan abang mau ngenalin pacar kesayangan abang ke aku?" tanya Clara.

"Nanti, kalau princess udah ingat semuanya." jawab Afka dengan matanya yang kosong tak tersirat apapun.

"Tapi saat itu terjadi, ada kemungkinan dia bakal benci sama abang," kata Clara.

Afka hanya tersenyum lalu mengusap rambut Clara, gadis dengan mata bulat dan bibir kecilnya selalu membuat Afka merasa gemas hingga ingin memakannya. Itu bukan perasaan cinta, hanya perasaan sayang kepada seorang sahabat. Afka menganggap Clara sahabatnya meskipun laki-laki itu memperlakukan Clara layaknya seorang adik.

"Btw Stef, Clara aman? dia belajar dengan baik dan benar kan?" tanya Afka. Akhir-akhir ini Afka sibuk mengurus Ghirel dan Kristal.

Mendengar Afka yang mulai mencari tau kelakuan Clara, gadis itu segera mendorong kursi rodanya menuju kamar yang tak jauh dari ruang keluarga. Masalahnya, akhir-akhir ini dia agak sensitif terhadap pelajaran. Rasa malasnya pun bertambah dua kali lipat.

"Clara Anastasya," teriak Afka.

"Nakal banget dia, gak mau ngerjain tugas dan ngelamun selama pelajaran kak." kata Stefy membuat Clara melotot. Tega sekali Stefy mengkhianatinya.

Saat Afka hendak menegur Clara, ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari mantan kekasihnya, yaitu Siska. Afka menjauh dari sana, dia memilih tempat lumayan sepi untuk mengangkat telefon ini. Karena percakapan antara Afka dan Siska selalu bersifat rahasia.

"Ada apa?" tanya Afka.

"Ibu lo bertingkah lagi, dia mau jodohin lo sama Kristal!" kata Siska membuat Afka merasa geram.