Semua orang memandang laki-laki tampan itu dengan tatapan memujanya, Yashelino saat ini sedang tertawa terpingkal-pingkal saat mengetahui bahwa gadis tersebut langsung pergi begitu saja meninggalkannya seperti sebelum-sebelumnya.
Padahal niat Yashelino hanya ingin menjahilinya saja, akan tetapi entah kenapa rasanya masih akan terus berlanjut. Karena bagaimanapun ini baru saja permulaan dan masih banyak waktu untuk mengajak gadis tersebut agar mau membantunya dalam menggagalkan perjodohan yang sebentar lagi akan direncanakan oleh Papanya sendiri.
"Yas, lo emang the best," gumamnya pada diri sendiri. "Habis ini gue harus ngelakuin sesuatu."
Kemudian laki-laki tersebut langsung menoleh kearah belakang sana dan tidak mendapati saudaranya yang tadi berdiri di sana membuat Yashelino langsung berkacak pinggang.
"Sialan, dia malah pergi. Padahal udah gue bilangin buat jangan pergi ke mana-mana."
Dengan sangat terpaksa akhirnya Yashelino memutuskan untuk mencari saudaranya tersebut yang entah pergi ke mana sedari tadi, benar-benar menyebalkan pikirnya.
Sudah mencari ke sekeliling Pameran, tetapi tidak ada satu pun terlihat batang hidung dari laki-laki itu yang membuat Yashelino langsung menghela nafasnya seketika.
Kemudian ia mengeluarkan ponsel yang berada di dalam saku celananya itu untuk mencoba menghubungi saudaranya tersebut. Dirinya benar-benar akan menghukum James jika saja laki-laki itu benar-benar pergi meninggalkannya sendirian di Pameran ini.
"Halo, lo di mana?"
Di sisi lain saat ini gadis tersebut baru saja berlari sembari menolehkan kepalanya ke belakang sehingga tidak melihat adanya seseorang yang berada dihadapannya. Akhirnya Shil pun terjatuh sembari meringis.
"Ah!" ringisnya pelan. "Duh, kaki aku sakit banget lagi."
Shil masih belum menyadari bahwa seseorang yang bertabrakan dengannya saat ini adalah laki-laki yang berhasil membuatnya terikat dengan Pangeran Kampus.
"Lo gak apa-apa?" tanyanya kepada seorang gadis yang berada dihadapannya itu. "Sini gue bantu."
Gadis tersebut yang mendengarnya perlahan langsung mendongakkan kepala untuk melihat siapa seseorang yang berada dihadapannya saat ini membuat kedua matanya langsung membulat.
"A-aku gak apa-apa kok," ujar Shil dengan senyuman canggungnya. "Gak usah, aku bisa berdiri sendiri kok."
"Lo yakin bisa berdiri sendiri?" tanya laki-laki itu dengan ekspresi datarnya. "Lo yakin bisa jalan?"
Melihat gadis dihadapannya tersebut yang begitu keras kepala membuat seorang James langsung berdecak, kemudian laki-laki itu ikut berjongkok sehingga kini ia berhadapan langsung dengan Shil yang masih berusaha untuk berdiri sendiri dan menghiraukan perkataan dari dirinya.
"Keras kepala," gumam James kepada gadis dihadapannya itu.
Tanpa di duga laki-laki itu justru malah menggendongnya ala bridal style sehingga membuat beberapa pasang mata menarik perhatiannya. Hal tersebut tentu membuat Shil langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidang James yang berbentuk itu.
"Kyaaa! Itu 'kan James, si cowok ganteng di kampus kita, iya gak sih?!"
"Iya, lo bener. Cewek yang di gendongnya siapa ya?"
"Gak tahu," ujar salah seorang mahasiswi tersebut. "Gue kok jadi iri ya sama cewek itu."
"Tunggu, ini udah kedua kalinya lho dia gendong cewek. Apa ceweknya masih sama?"
Semua gadis tersebut serempak langsung saling menatap satu sama lain sehingga membuat mereka langsung membulatkan kedua matanya.
"Eh, iya ya, lo bener juga. Kayanya dia orang yang sama deh," ujarnya kepada para temannya itu.
"Dasar murahan ya tuh cewek," ujar yang lainnya. "Geli banget gue lihatnya."
Hal itu tidak dipungkiri oleh Shil bahwa ia akan semakin dibenci oleh banyak orang, terutama beberapa gadis yang membicarakan dirinya barusan membuat gadis tersebut langsung menangis.
Sementara itu James yang sedari tadi tidak peduli dengan berbagai tatapan dan pembicaraan dari semua orang yang berada disekitarnya itu pun langsung mengerutkan keningnya ketika merasakan bahwa sesuatu telah membasahi pakaiannya membuat laki-laki itu langsung menatap gadis yang sedang menyembunyikan wajahnya tersebut dengan raut wajah yang terlihat khawatir.
"Lo ... gak apa-apa?" tanyanya kepada Shil yang masih bersembunyi di dada bidangnya. "Maaf, gue pikir lo gak bakalan kepikiran."
James langsung menghela nafasnya, kemudian berjalan dengan cepat sedikit menjauh dari keramaian sehingga membuat laki-laki tersebut langsung menurunkan Shil di sana.
Setelah itu ia langsung berdiam diri menatap gadis dihadapannya tersebut dengan helaan nafas panjangnya. Dirinya benar-benar tidak bermaksud untuk membuatnya menangis seperti ini.
"Sekali lagi gue minta maaf," ujar James yang benar-benar merasa tidak nyaman melihat gadis tersebut menangis. "Gue pikir lo bakal tahan sama omongan-omongan kaya gitu, maaf ya."
Entah ada tarikan dari mana laki-laki itu tiba-tiba saja ingin memeluk gadis dihadapannya tersebut sehingga membuat James menggigit bibr bawahnya karena ragu.
Ia mengacak-acak rambutnya frustasi saat melihat Shil yang masih belum berhenti menangis, kemudian dirinya pun mulai memberanikan diri untuk membawanya ke dalam pelukan.
"Maaf," bisik James tepat di telingan gadis tersebut. "Gue gak bakal sembarangan gendong lo lagi."
Tiba-tiba saja ponselnya berdering membuat James langsung meraba saku celananya tanpa melepaskan pelukannya terlebih dahulu.
Ia menatap layar ponselnya dengan kerutan samar dikeningnya, di mana di sana dirinya melihat Yashelino yang saat ini sedang menghubunginya membuat James merasa yakin bahwa laki-laki tersebut pasti sedang mencarinya.
James langsung menghela nafas, kemudian tanpa pikir panjang menerima asal panggilannya tersebut sehingga kini terdengar suara dari seseorang.
"Halo," ujar Yashelino di seberang sana.
"Apa?" tanyanya kepada saudaranya tersebut.
"Lo di mana?" tanya Yashelino. "Lo gak pergi ninggalin gue sendirian, kan?"
"Menurut lo?" ujar James dengan malasnya. "Gue masih di Pameran."
Terdengar helaan nafas dari laki-laki tersebut yang membuat James diam-diam menyunggingkan senyuman smirknya.
"James," panggil Yashelino.
"Hm?" sahutnya dengan berdeham.
"Lo lagi sama siapa?" tanya laki-laki tersebut. "Kok gue kaya denger suara cewek nangis sih."
James langsung terperangah, kemudian menoleh menatap gadis yang masih berada di dalam pelukannya tersebut dengan gugup. Ia langsung memalingkan wajahnya kearah lain dengan perasaan yang campur aduk.
"Enggak kok, gue cuma sendiri."
"Seriusan?" tanya Yashelino. "Si Larissa ke sini?"
"Kagak," ujar James. "Gue sendirian doang."
"Ya udah deh, lo cepatan ke sini gak pake lama."
"Iya, gue sebentar lagi ke sana."
Setelah itu panggilan pun dimatikan sepihak oleh James bersamaan dengan helaan nafas leganya karena Yashelino tidak jadi mencurigainya. Kemudian laki-laki itu langsung menundukkan kepalanya setelah melihat gadis yang berada di dalam pelukannya saat ini sudah sedikit mereda membuatnya tanpa sadar langsung tersenyum tipis.
"M-makasih ya, Kak."
Shil langsung menjauhkan dirinya dari pelukan James yang membuat laki-laki itu langsung kembali memasang wajah datarnya seperti semula.
"Iya," ujar James dingin. "Lain kali lo juga harus hati-hati, jangan lari-lari di tempat rame."
Gadis tersebut yang mendengarnya pun langsung menundukkan kepalanya, lalu mengangguk pelan dan hal itu berhasil membuat seorang James merasa gemas sendiri melihatnya.
"Sial, kenapa gue kaya gini?" ujarnya dalam hati. "Harusnya tadi gue biarin aja, gak usah ditolongin."
"Iya, Kak. Maafin Shil ya," cicit gadis tersebut dengan perasaan menyesalnya.
Tanpa di sadari bahwa ada seseorang yang mengabadikan momen mereka yang sedang berduaan dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari Pameran. Sepertinya keberadaan Shil akan membuat gadis tersebut kembali mendapatkan beberapa gunjingan di kampus nanti.
Wah, James ngambil kesempatan dalam kesempitan nih wkwk
Kalau Yas tahu gimana ya?