webnovel

BUATAN PAPA AKU

"Hauss.. Susuuu... berikan aku susu..." dengan wajah yang terlihat lemas, Luke memohon pada Ruka. "HEH! LIAT KEMANA, KAMU?" Ruka memukul kepala Luke lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. "Aduhh..." Luke mengusap-usap kepalanya yang benjol. Entah sudah berapa kali Ruka menjitak kepala Luke karena ia secara sengaja maupun tidak sengaja melihat ke arah yang seharusnya tidak ia lihat.

"Susu lagi, susu lagi! Kamu ini lelaki dewasa, masak masih minum susu? Lagipula, di tengah gurun begini mana ada susu?!"

"Tapi, aku haus."

"Aku juga! Kau lihat? Disana ada hutan, kemungkinan ada sumber air disana. Kita akan beristirahat disana."

"Lelah..."

"Ini semua gara-gara kamu! Kalau kamu bisa menunggang kuda tentu kamu tidak akan jatuh dan membiarkan kuda itu lari jauh! Dasar bloon! Kalau saja kudaku masih ada, kita tak perlu jalan kaki begini. Aduh.. kudakuuu~ Dimana kamuu~" Ruka agak jengkel karena kebodohan rekannya itu. Kudanya lari jauh entah kemana membawa pergi segala persediaan makanan dan minuman Ruka dan barang-barang penting lainnya termasuk pakaian dan senjata, karena Luke tidak sengaja membuat kudanya pergi.

Setelah beberapa lama berjalan kaki, mereka akhirnya sampai di hutan tersebut. Mereka menemukan sumber air disana. Mereka beristirahat dan mengumpulkan energi. Ruka yang masih merasa haus dengan cepat mengambil air dengan kedua tangannya yang membentuk sebuah mangkuk. Airnya sangat segar sekali. Namun, mendadak Ruka terkejut dan berhenti minum, lalu menyemburkan air yang ia minum. Ia melihat air sungai itu berubah warna menjadi sedikit kekuningan.

"Air ini beracun! LUKE! JANGAN MINUM AIR INI!, Hey Luke!" Ruka menengok-nengok mencari Luke. Ia menemukan Luke sedang berdiri di pinggir sungai sambil menatap langit.

"WHAT THE F**K! HEEEEEYY!!! KURANG AJAR! JANGAN KENCING DI SINI, BLOON! AKU SEDANG MINUM!" Ruka secara reflek menimpuk Luke dengan batu kali sebesar kepalan tangan, tepat mendarat di kepalanya. "ADUHH!" Luke Kesakitan dan memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Ia berputar-putar karena pusing dan kesakitan dengan kondisi celana masih terbuka. Dan tentu saja, Ruka tidak sengaja melihat sesuatu yang seharusnya belum ia lihat.

"KYAAAAAH!! MESUM!! SANA CARI POHON!" Ruka berbalik arah, memejamkan matanya dan menutup kupingnya. Wajahnya memerah karena malu dan marah.

Wajah Ruka masih memerah, Ruka meludah-ludah berusaha membersihkan mulutnya. Ia tak menyangka kebodohan rekannya melebihi apa yang dia kira. Secara tidak sengaja ia teringat-ingat hal tadi dan wajahnya semakin memerah.

Setelah beberapa lama, Luke akhirnya memberanikan diri keluar dari balik pohon, dan mendekati Ruka.

"Ruka... Maaf..."

"TIDAK AKAN KUMAAFKAN!!" Ruka kini menjitak kepala Luke terus-menerus.

*****

Di pinggir sungai, Ruka masih terlihat cemberut dan menggerutu, mukanya masam. Luke bersandar di pohon sambil memegangi kepalanya.

"Kau ini, tidak kira-kira. Aku ini wanita, kamu seharusnya mengerti." Ruka berkata dengan wajah cemberut. "Kalau saja aku tidak butuh bantuanmu, aku pasti tadi sudah membunuhmu." Ruka berusaha menenangkan dirinya. Ruka berdiri. Ia mendekati sebatang pohon di dekat Luke. Lalu duduk bersandar.

"Jangan disitu! Itu pohon yang tadi..." kata Luke memperingatkan.

"HIIIYYY!!!" Ruka dengan reflek melompat ke arah Luke tanpa ia sadari. Begitu menengok, wajahnya kini dekat sekali dengan wajah Luke, hidung mereka hanya berjarak satu ruas jari. Mereka bertatap-tatapan cukup lama.

"APAAN SIHH!!!" Ruka menampar Luke. Pipi Luke kini memerah karena tamparan Ruka sangat keras.

Ruka tersipu malu dengan wajah yang agak cemberut, "Hari sudah mulai gelap, apa boleh buat, kita harus bermalam disini, Luke. Melanjutkan perjalanan terlalu berbahaya."

"Baiklah...Nona Ruka..." Luke mengumpulkan beberapa ranting untuk dijadikan kayu bakar. Setelah api unggun menyala, mereka duduk bersebelahan. Menghangatkan diri di depan api unggun.

"Tidak kusangka, aku mendapat rekan sepertimu. Kalau saja ayah masih ada, dia pasti akan menertawaiku. Hahaha..." Ruka tersenyum getir, dia teringat masa lalunya dengan ayahnya, ketika ayahnya masih hidup.

"Red Vulture, salah satu senjata yang dibuat ayahku." Ruka mulai bercerita, Luke terlihat mendengarkan dengan seksama.

"Ayahku seorang gunsmith, walaupun workshop ayahku tidak besar, namun ayah cukup terkenal. Ketika membuat senjata, ayahku membuatnya dengan mencurahkan segala perhatian dan kemampuannya. Setiap senjata yang dibuat oleh ayahku memiliki keunikan masing-masing. Contohnya Red Vulture itu. Walaupun mirip dengan Volcanic, tapi mekanismenya berbeda sama sekali. Kalau volcanic harus mengokang, Red Vulture tidak. pelurunya terisi dengan otomatis seiring dengan keluarnya selongsong peluru dari chamber. Ayah sangat jenius..."

*****

"Papaaaa~ ini aku bawakan makanan~" Ruka kecil menaruh piring berisi beberapa potong roti lalu memeluk ayahnya dari belakang. Ruka masih berumur 9 tahun pada saat itu.

"Ruka, Sayang, lihat, papa sudah selesai membuat pistol baru! Hahahaha!" ayah Ruka mengambil sebuah pistol yang berlapiskan emas dengan ukiran yang sangat indah. Lalu memperlihatkannya kepada Ruka. "Tenang saja, tidak ada pelurunya, hahahah."

"Waaahh... indahnya..." Ruka menatap kagum pistol buatan ayahnya.

"Hmm.. Nama pistol ini adalah Gold Lux. Semua rahasia teknik dan mekanisme dalam pembuatan pistol yang papa ketahui semuanya berada disini."

"Tapi, Papa. Pistol ini kecil."

"Hahahahah... Tentu saja, kan papa yang buat. Nanti pistol ini akan papa wariskan ke kamu, pistol ini akan menjadi lambang dan kebanggaan keluarga Stryke! Hahaha."

"Wahh... Papa hebat!"

"Tapi, Ruka. Pistol ini tidak boleh jatuh ke tangan orang yang salah, karena jika disalahgunakan akan sangat berbahaya. Begitu juga pistol lainnya. Ayah tidak akan menjualnya ke siapapun karena terlalu berbahaya. Seperti Red Vulture, Black Rose, Gran Dessert, Sky Lark, dan Silver Mist. Ingat, Ruka. Apapun yang terjadi senjata-senjata itu tidak boleh jatuh ke tangan orang yang salah."

"Sayaaaang... Ruka masih terlalu kecil untuk mengerti hal itu." Ibunda Ruka yang sejak tadi mendengarkan perbincangan Ruka dan ayahnya dari depan pintu, masuk ke dalam workshop lalu memeluk Ruka dan mengelus kepalanya.

"Mamaaa~"

"Hahahaha... tidak apa-apa. Suatu saat nanti dia pasti akan menjadi penerusku, Stryke si Gunsmith!" ayah ruka tertawa.

"Sayaang, dia anak perempuan." Balas ibunda Ruka sambil tertawa kecil. "Nah, Ruka, bisa tolong belikan mama tiga botol susu di toko milik paman Kit?"

"Baik mama~ "

Ruka dengan riang berjalan menuju toko untuk membeli susu. Hari itu dia sedang senang, dia senang karena suatu hari nanti akan menjadi penerus ayahnya, menjadi seorang gunsmith. Dia berjalan sambil bernyanyi riang "Susu~ Susuuu~ Gold Lux~ Susuuuu~"

Ia akhirnya sampai pada toko paman Kit, dan membeli tiga botol susu sesuai dengan yang dipinta oleh ibunya. Ia pun pulang kembali dengan riang.

Sampai di depan rumahnya, Ruka berhenti.

PRANG!!

Ia menjatuhkan botol susu yang ia bawa, Ruka terkejut. Di depan matanya, rumahnya terbakar hebat, api melalap rumahnya dengan cepat. Karena tak memperhatikannya di jalan, Ruka tidak tahu rumahnya sudah terbakar sejak tadi. Orang-orang berduyun-duyun membawa air untuk memadamkan api. Ruka hanya terdiam, Air matanya mengalir, ia dilanda ketakutan dan kekhawatiran. Ia lalu segera berlari ke arah Workshop keluarganya.

"PAPAAAA~ MAMAAAAA~"

*****

"Dan setelah aku periksa. Workshop keluargaku telah hancur lebur. Memang, di dalamnya terdapat banyak bubuk mesiu, wajar saja jika meledak. Namun, aku tidak dapat menemukan sosok ayah maupun ibuku. Aku tidak tahu dimana mereka. aku hanya bisa menangis. Orang-orang bilang ada beberapa Orang tak dikenal yang datang ke toko senapan keluargaku. Orang-orang tidak tahu apa yang terjadi, tapi orang-orang tak dikenal itu kabur membawa banyak sekali pistol dan senapan buatan ayahku, setelah itu membakar rumahku, dan ayah ibuku. Yang aku ingat, salah satu dari tetanggaku bilang bahwa salah satunya membawa pistol yang berlapis emas. Itu pasti Gold Lux, dan Gold Lux jatuh di tangan orang yang salah. Aku harus mencarinya. Karena itu adalah milik keluargaku. Peninggalan keluargaku." Ruka tersenyum pedih mengenang masa lalunya. "Jadi, begitulah, Luke... hei.. luke... LUKE!! KAU MENDENGARKANKU, TIDAK?? JANGAN TIDUR HEEEII!!!" Ruka membentak Luke sambil menjitaknya.

DOR!

"TOLOOOOONG~" Perempuan berambut ikal panjang pirang berlari ke arah Luke dan Ruka yang sedang beristirahat. Pakaiannya compang-camping. Perempuan itu terengah-engah berusaha mengatur nafasnya.

"Tolong aku... aku dikejar-kejar oleh orang yang berbahaya... tolooong~" Perempuan itu memohon kepada mereka.

DOR! DOR!!

"GRAAAAACEEEE!!! JANGAN LARI DARIKUUUU!!!"