Abhel begitu bahagia hari ini, sudah lama dirinya tidak menghabiskan waktunya dengan sang mama karena mereka sama sama sibuk, dan sekarang lihat. Mereka berbelanja dan bercerita, terkadang tergelak dan tertawa dengan ucapan garing dari Abhel. Dan mereka berdua melakukan sesuatu yang sudah lama tidak terjadi, menyenangkan bukan.
Sesampainya di kamar, Abhel merebahkan tubuhnya. Besok dia bertekat akan mendekati mama dari pria yang telah membuat dunianya jungkir balik. "Mas Roy, aku mencintaimu
Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan cintamu," lirihnya yang kemudian terpejam dan masuk kealam mimpi.
Sinar matahari menembus celah jendela kamar Abhel, perempuan itu mengeliat dan menguap sambil menutup mulut dengan tangan satunya. Netranya perlahan terbuka dan beringsut bangun, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang lalu memeriksa ponselnya.
"Hish, kesiangan," gerutu Abhel yang kemudian beringsut turun dan memakai sandal rumah menuju kamar mandi. Abhel melakukan ritual mandi dengan durasi 30 menit, merendam tubuhnya dengan aroma terapi agar lebih rileks.
Abhel menyambar badroom dan segera memakainya, hari ini dia tidak ingin membasahi rambutnya. Abhel keluar dari kamar mandi dengan tubuhbyang wangi dan segar, perempuan itu segera berganti pakaian.
Dress di atas lutut dan berwarna kuning menjadi pilihan Abhel, dengan sedikit memoles wajahnya dengan bedak dan lipstik berwarna merah muda membuat pesona Abhel terpancar.
"Ck, begitu banyak lelaki antri ingin jadi kekasihku, tapi dengan gampangnya dan tanpa berpikir Mas Roy menolak ku. Tidak mungkin dia sudah punya kekasih, aku tidak pernah melihat dirinya berjalan dengan seorang wanita," gumamnya pelan.
"Semangat Abhel, kamu pasti bisa mendapatkan mas Roy," perempuan itu menyemangati dirinya sendiri. Abhel berdiri di depan cermin, sekali lagi mematutkan diri dan segera keluar dari kamar setelah menyambar tas tangan yang biasa dia bawa.
Abhel menuruni tangga dengan hati hati, netranya memincing kala melihat seorang pria tengah duduk di ruang tamu. Pria itu mendongak kala merasa ada yang menatapnya, selain itu suara sepatu Abhel juga terdengar.
"Halo," sapa pria itu yang membuat bola mata Abhel berputar jengah, "mbak, mama udah berangkat?" tanyanya pada art yang dia temui, kakinya melangkah menuju dapur.
"Sudah, Non." jawab Art itu, Abhel mengangguk lalu menarik kursi dan duduk di ruang makan. Mengambil dua lembar roti dan toples kecil berisi selai kacang.
"Aku temani sarapan ya?" tawar pria itu yang kemudian duduk tanpa Abhel persilahkan. Pria itu juga mengambil sehelai roti tawar lalu mengolesinya denga selai cokelat.
"Pagi begini kamu terlihat cantik, mau kemana?" tanya pria itu, Abhel tidak menjawab. Mulutnya sibuk dia gunakan untuk mengunyah roti setelah menggigitnya, Abhel sengaja tidak menjeda banyak antara mengunyah dan menggigit.
"Kenapa kau mengacuhkanku?" dengan mulut penuh roti pria itu terdengar protes, namun Abhel tetap memilih diam. Abhel segera meminum es cokelat yang telah artnya buatkan, ya Abhel sangat suka minum es cokelat jika sedang sarapan roti dengan selai. Jika sedang sarapan nasi kadang harus ada es teh manis dan air putih.
"Bi, saya pergi dulu," pamit Abhel setelah mengelap mulutnya dengan tissue dan berdiri.
"Aku akan membantumu mendapatkan pria itu, tapi ada syaratnya," ucap pria itu lantang yang membuat Abhel menghentikan langkah nya. Terdengar langkah mendekat, Abhel tahu itu adalah pria itu.
"Aku kenal Roy, aku bisa mendekatkan kamu dengan mamanya. Tapi...." pria itu menggantung ucapannya, "apa syaratnya?" tanpa menoleh Abhel bertanya membuat pria itu tertawa.
"Apa sih menariknya Si Roy itu, sampai kamu begitu tergila gila padanya," cibir pria itu, tangan Abhel mengepal ingin sekali memberi bogem mentah pada pria ini.
"Jerry, katakan apa syaratnya," desis Abhel yang langsung menatap tajam netra pria bernama Jerry itu, Jerry memajukan wajahnya hingga begitu dekat dengan Abhel.
Wangi parfum yang Jerry pakai tercium di indera penciuman Abhel.
"Jadilah pacarku, setelah kau dekat dengan Roy, kita putus," ucap Jerry dengan santai. Abhel diam memikirkan tawaran itu, bimbang yang dia rasakan. Akhirnya dia mengangguk, tanpa dia sadari Jerry tersenyum penuh arti.
Dan benar saja dalam beberapa hari ini Abhel sudah bisa mendekati mama dari Roy, ternyata Jerry adalah sepupu dari Roy. Mereka terlihat begitu dekat, dan dari pendekatan itu Abhel tahu kalau Roy belum memiliki seorang kekasih.
Perkenalan selama beberapa bulan terjalin itu semakin erat, sesuai perjanjian Jerry akan memutuskan Abhel bila perempuan itu sudah berhasil mendekati Roy.
Tanpa curiga Jerry mengajak Abhel bertemu, dan Abhel berpikir jika ini adalah penyelesaian. namun dia salah. Ini adalah awal bencana, hidupnya hancur, Jerry mengambil mahkotanya dan meninggalkan Abhel sendiri.
Rasa frustasi datang saat seminggu harusnya dirinya datang bulan namun belum juga ada tanda-tanda dan saat Abhel membeli alat tes kehamilan dan mencobanya, membuat dunianya hancur. Dia hamil anak Jerry, Abhel bertekat membeli obat perangsang itu, melakukan tindakan itu adalah jalan satu-satunya agar janin yang kelak tumbuh yang ada di perutnya memiliki ayah.
Hingga kejadian itu terjadi, dengan persiapan matang Abhel merencanakan ini semua. Memberikan obat itu di minuman yang telah art Roy berikan, dan mereka melakukan itu di rumah Roy.
Abhel pura-pura menangis seakan telah kehilangan hartanya, padahal sebelum berhubungan dengan Roy harta berharganya sudah hilang. Roy terlihat frustasi, namun dia berjanji akan tanggung jawab jika terjadi sesuatu.
Hingga dua minggu berlalu, Abhel datang kepada Roy dan mengatakan hamil dengan membawa alat tes kehamilan. Roy menjambak rambutnya kasar seraya mengumam, "maafkan aku Vani, maafkan aku," Abhel tersentak kaget, dalam benaknya dia bertanya-tanya siapa Vani.
Dan pernikahan antara Roy dengan Abhel terjadi, Roy memang memenuhi kewajibannya sebagai suami dengan memberikan nafkah lahir. Setiap malam Abhel mendengar Roy menyebut nama Vani dan berulang kali meminta maaf.
Hingga suatu hari dia memberanikan diri bertanya siapa Vani dan jawaban itu membuatnya tercengang, "Vani adalah kekasihku, dia cinta pertamaku. Aku sangat mencintai dirinya, aku tidak dapat melupakan dirinya," dunianya Abhel hancur seketika, pria yang begitu dia cintai malah mencintai wanita lain.
Sering Abhel meminta nafkah batin pada Roy, namun pria itu seakan enggan memberikan haknya. Dengan alasan tidak ingin terjadi apa-apa dengan kandungannya.
Hingga Rama lahir dan berumur tiga bulan, barulah Abhel mendapatkan haknya sebagai istri. Dan lagi lagi saat pelepasan hanya nama Vani yang pria itu sebut.
Pernah suatu hari Abhel ingin mengatakan kalau Rama bukan anak kandung dari Mas Roy, namun niat itu urung dia lakukan karena melihat begitu sayangnya Roy pada Rama.
Hingga sekarang rahasia itu dia simpan sendiri dan berharap pria pengecut itu tidak datang dan memisahkan anak dan ayah itu.