webnovel

Suwa dan Sang Kegelapan (B)

Ludra duduk di sisi ranjang, menatap miris gadis yang tengah terpejam di peraduan. Lebam bekas cengkeraman Dosta meninggalkan bekas kebiruan. Apalagi tusukan kuku Dosta yang sempat mengenai leher Suwa masih meneteskan darah. Pasti sangat sakit.

Ludra mengepalkan tangan sampai buku - buku jarinya terlihat. Ia akan membalas perlakuan sang kegelapan.

"Saya bawakan ramuan pereda nyeri." Kakak Diyang datang membawa beberapa tumbukan dedaunan obat. Meletakkan mangkok, hendak mengoleskan ke luka Suwa.

"Biar aku saja." Ludra meraih mangkok berisi ramuan. Kakak Diyang hanya mengangguk. Dengan sopan pamit undur diri, meninggalkan Ludra merawat gadis pemanggilnya.

Perlahan, dioleskannya ramuan tersebut. Hati - hati agar Suwa tak kesakitan. Dalam tidurnya sesekali Suwa merngernyit merasa perih akibat tumbukan daun-daun herbal sebagai tanda ramuan tersebut sedang melaksanakan fungsinya.

Seandainya kekuatannya sudah stabil. Mungkin Ludra bisa menyembuhkan luka - luka kecil seperti ini hanya dengan sentuhan. Tapi apa daya, dia belum memperoleh kesempurnaan kekuatannya. Jangankan mengalahkan Dosta. Melawan anak buah andalan sang kegelapan dia masih kalah.

Ludra bertekad secepatnya memperoleh kakuatannya.

"Sang kegelapan sudah bertemu Suwa?"

Ludra mengangguk tanpa melihat lawan bicaranya. Momoru yang tiba-tiba muncul dengan membawa tongkatnya mendekat. "Dia mencoba membunuh Suwa."

"Ya."

Momoru memejamkan mata, "Sebaiknya anda segera melakukannya sebelum Dosta merenggutnya."

Gerakan tangan Ludra terhenti. Meletakkan mangkuk ramuan, ia menoleh. Menatap Momoru datar. "Aku pasti melakukannya." Manik perak Ludra melirik Suwa sekilas, "Saat waktu yang tepat."

"Waktu yang tepat itu kapan? Semoga Suwa sudah mengandung bayi Falcon sebelum peperangan hebat terjadi." Ujar Momoru sebelum menghilang.

****

Suwa terbangun dengan rasa perih di lehernya. Mencoba bangkit dari ranjang namun gerakannya dicegah Ludra. "Kau baik - baik saja?"

Suwa mengerjap beberapa kali, mencoba memulihkan kesadarannya. Dia hanya menatap Ludra dengan pandangan aneh. Pikirannya masih terbayang akan peristiwa tadi.

Sungguh mengerikan.

Spontan Suwa memegangi lehernya. Panik.

"Jangan takut! Kau sudah bersama ku." Ucapan Ludra membuat Suwa menoleh. Tersadar bahwa peristiwa tadi sudah berlalu.

"Mana Gu dan Ga?" Suwa memutar pandang, mencari keberadaan hewan yang susah payah ia cari.

"Mereka di luar."

Suwa menghela nafas lega. Dia akan sangat menyesal jika kedua hewan tersebut tidak berada di tangannya. Demi mencari mereka, Suwa hampir saja mati.

"Lain kali jika bertemu dengan makhluk bertopeng emas kau harus segera lari."

"HAA?" Suwa menatap tanda tanya ke arah Ludra. Dia masih belum menangkap apa yang Ludra katakan barusan.

Ludra mendengus, "Tadi, makhluk yang mencekikmu dia adalah Dosta, Sang kegelapan."

Mata Suwa melebar begitu terkejut atas penuturan Ludra. Tak disangka, pria bertundung tersebut ialah makhluk paling berbahaya. Musuh dari tuannya sang Falcon terakhir.

"Dia akan membunuhmu."

Suwa hanya mengangguk. Tapi, hey tunggu!

Sang kegelapan bisa saja langsung membunuhnya tadi. Tapi kenapa pria itu melepaskannya? Dosta bahkan sempat membersihkan darah yang merembes di leher Suwa dengan lembut sebelum makhluk itu pergi meninggalkannya.

****

Bersambung

#Intermezzo

Yazzi dan Meilan

"Aku akan selalu setia pada sang kegelapan." Gagak cantik tersebut berseru mantap. Dari binar matanya, dia amat memuja Dosta.

"Kenapa kau bisa menjadi anak buahnya?" Tanya Yazzi.

Meilan tersenyum manis, "Sang kegelapan telah menolongku." Manik hitamnya berubah tajam, "Sebelum menjadi siluman aku adalah manusia. Manusia yang sangat sial. Dewa yang aku puja tak bisa membantuku. Ketika aku tersesat dan tak berdaya karena ulah manusia-manusia laknat itu, sang kegelapan datang mengulurkan tangannya untukku."

Yazzi terdiam menunggu Meilan melanjutkan kalimatnya.

"Saat itulah aku bersumpah akan mengabdi pada sang kegelapan walau harus mengorbankan nyawa." Ucapnya penuh tekad.

****

Maaf guys. Hari ini sedikit dulu ya!

Uwakiyacreators' thoughts