webnovel

Date A Live: The Execution Spirits

seorang pemuda lelaki korban kecelakaan disebuah jembatan membuat dirinya tereinkarnasi kembali, bukan ke dunia fantasi seperti yang dia inginkan melainkan kedunia Date A Live dari Light Novel yang terakhir ia baca. setelah tereinkarnasi kembali, ia berada ditubuh seorang anak lelaki berumur 10 tahun dimana ia dirawat oleh seorang pendeta yang mengasuh panti asuhan juga, dan memiliki semua ingatan yang tubuh ini miliki. Diingatan tersebut dirinya terkapar lemas dan darah membanjiri wajahnya sampai ia melihat sesosok yang tak asing dimatanya, seorang gadis berkuncir 2 dengan mata merah menyala dan mata kuning berbentuk jam sedang menginjak jasad ibunya, demi menghormati pemilik tubuh yang ia miliki saat ini, dirinya akan menghalalkan segala cara demi melampiaskan dendam yang dimiliki oleh tubuh asli orang ini.

Nara_Ryuko · Tranh châm biếm
Không đủ số lượng người đọc
38 Chs

Chapter 37 Execution Target

Sesudah mengajak Origami untuk masuk kedalam industri D.E.M, ia mengantarnya menunu apartemen yang mereka tinggali berdua.

"kita akan kemana? gedung D.E.M sudah hancur apa kita akan pergi ke gedung D.E.M di London?" pikirnya mengawasi pergerakan Jester dibelakang.

"aku mau saja mengajakmu kesana, tetapi karena ini perintah langsung dari Isaac jadi kita akan menemuinya" jawabnya melirik kebelakang dan terus mengawasi langkah Origami.

'begitu... Jadi orang itu ada dikota ini ya. Sepertinya aku harus membicara sesuatu kepada dia' dalam hati Origami dan menatap tajam Jester didepan.

***

1 jam telah berlalu, dan kini mereka sudah berada didepan pintu apartemen. Jester segera mengetuknya sebanyak 2 kali, lalu terdengar suara pintu sudah terbuka.

Jester menggenggam gagang pintu lalu mendorongnya dan membiarkan Origami masuk terlebih dahulu. "lady's first"

Origami masuk kedalam apartemen diikuti oleh Jester dan kembali lagi menutup pintu lalu menguncinya.

Setelah didalam, terlihat Isaac duduk begitu tenang seakan-akan siap untuk menyambutnya dengan sebotol whisky dan beberapa gelas berada diatas meja.

"silahkan duduk, Sersan Origami" mempersilahkan dia duduk.

Origami segera duduk disofa setelah ditawarkan oleh Isaac.

"boleh aku berbicara terlebih dahulu? "

"tentu, karena aku duluan yang mengajakmu jadi silahkan kau pun juga penasaran dengan kebakaran 5 tahun yang lalu bukan?" menatap Origami dengan tatapan mendominasi.

Saat pembicaraan serius diantara mereka berdua, dengan tidak sopannya Jester langsung duduk disamping Origami lalu menuangkan Whiskey digelasnya.

"kebetulan sekali aku sedang haus"

Ia mengambil gelas terus lalu membuka sedikit bagian bawah topeng dan meminumnya dalam sekali teguk.

Jester mengenakan topengnya kembali dan berkata "hahhh... Nikmatnya, dingin-dingin memang paling nikmat minum alkohol"

Isaac hanya bisa menghela napasnya melihat tingkah laku Jester "hhh... Untuk pertanyaanmu itu biarkan Jester yang menjawab semuanya"

Isaac pergi menuju kamarnya meninggalkan Jester dan Origami berdua'an diruang tamu.ia kembali lagi menuangkan Whisky kedalam gelas lalu menawarkannya kepada dia.

"kau mau? "

Origami menggelengkan kepalanya "tidak terimakasih aku masih dibawah umur"

"begitu ya, sayang sekali" meletakkan kembali gelas berisikan whisky diatas meja.

"jadi mari kita mulai saja tanya jawabnya, silakan" mengarahkan telapak tangan kepada Origami untuk memberikannya giliran.

Origami masih diam membeku, memikirkan pertanyaan apa yang harus ia tanyakan seputar kebakaran hebat 5 tahun yang lalu.

Jester menopang pipi kirinya dengan tangan, menunggu pertanyaan apa yang akan keluar dari mulutnya yang dingin itu.

"apa kau tahu siapa pembunuh orang tuaku?" menatap Jester dengan tatapan tajam

'ya sudah kuduga pasti itu pertanyaan pertama yang akan keluar dari mulutnya' ujar dalam hati

Jester bersandar dan membiarkan dirinya sedikit tenggelam didalam sofa. "seharusnya kau sudah tahu akan hal itu dari Shido bukan? Atau dia justru tidak memberitahukannya padamu? Kasian sekali ya, orang yang kau cintai justru menyembunyikan sesuatu darimu"

Origami yang awalnya begitu tenang sekarang merasa sedikit kesal karena ia menyinggung Shido yang telah menyelamatkan dirinya 5 tahun yang lalu.

Ia mengepalkan tangannya dengan erat, kemudian mengurungkan niatnya untuk menghajar Jester setelah menghina Shido.

'hoh... Menarik sepertinya dia sudah mulai sedikit melepaskan Shido' memperhatikan telapak tangan Origami yang tadinya mengepal kembali lagi ia rentangkan.

"penyebabnya kebakaran 5 tahun yang lalu memang benar adalah dia, tetapi ada pemicu yang membuatnya dia menjadi Spirits"

Origami semakin penasaran dan kini ia tidak bisa berpaling dari Jester setelah mendengar jawabannya.

"jadi siapa dia? " menatap Jester dengan ekspresi serius

"aku menyebutnya Phantom, karena wujudnya ialah sebuah gumpalan Mana yang begitu abstrak dan juga statis." mengambil segelas whisky lalu membuka sedikit topeng dan meminumnya lagi.

"apa kau tahu bagaimana kekuatannya? bagaimana cara dia menyerang? " wajahnya semakin dekat dengan Jester karena sangat penasaran dengan makhkuk yang disebut Phantom.

Jester memasang rapat kembali topengnya "ntahlah yang kulihat ia hanya bisa menghindar-hindar saja diudara. Apakah itu sudah cukup? " lirik Origami yang wajahnya masih disampingnya.

Ia kembali jarak kembali dengan Jester dan duduk lagi seperti semula "tidak, terima kasih telah menjawab rasa penasaranku"

"sebelum itu aku akan memberikanmu saran, sersan Origami"

Origami menatap Jester yang mulai bangun dari sofa lalu berdiri dihadapannya. "lupakan balas dendammu, kau hanya akan menimbulkan sebuah paradoks- tidak justru hampir mirip dengan siklus Ouroboros menurutku"

Origami tidak bisa menerimanya dan merasa jika Jester itu sama halnya seperti Shido ingin menghalangi niat balas dendamnya "kenapa kau menghalangiku juga seperti Shido? Kau tidak berhak menghalangi tujuan balas dendamku"

"aku tidak pernah bilang akan menghentikanmu? Jika kau mau melakukannya silahkan saja, tetapi itu tidak akan pernah bisa kau lakukan karena kau perlu bantuan dari Nightmare untuk melaksanakan rencana balas dendammu" menatap tajam Origami dari balik topengnya.

Origami menjadi semakin bingung dengan perkataan Jester membuat dirinya tidak mengerti sama sekali "aku tidak paham, apa maksudmu ? Untuk apa juga aku membutuhkan Kurumi untuk menghabisi Phantom?--"

Lalu Origami mulai menyadarinya, sesaat ia menyebut nama Kurumi. Dia ingat jika kekuatan Spirits malaikatnya itu memanipulasi waktu.

"tunggu, sepertinya aku paham maksudmu"

Jester merasa senang setelah tahu jika Origami tidaklah bodoh seperti yang ia pikirkan.

"benar sekali, Phantom sudah tidak pernah menampakkan dirinya lagi semenjak 5 tahun, dan itulah yang menjadi hambatanmu sekarang ini. Kau harus memiliki kekuatan seperti aku atau Ellen, beruntung jika Kurumi menerima bujukan darimu untuk menggunakan kemampuannya, tapi kau pasti tahu sendiri bagaimana sifat Spirits itu bukan? " tanyanya yang mulai melangkah menuju pintu keluar

Disini Origami terdiam dan berpikir 2 kali tentang urusan pribadinya saat ini. "apa kau kau bisa membantuku? " melirik Jester yang sudah berada didepan pintu

"tidak, urus saja urusanmu sendiri. Bukan balas dendam namanya jika tidak kau lakukan dengan tanganmu sendiri" memegang gagang pintu.

Jester membuka kunci pintu lalu keluar meninggalkan Origami seorang diri diruang tamu.

Ia pergi menuju lift lalu menyalakannya untuk turun menuju lantai 1. Ketika didalam, Jester melepaskan topeng serta mantel hitam yang ia kenakan berubah menjadi Mana dan memudar dengan perlahan.

"aku yakin jika orang itu sudah mulai melakulan aksinya. Apakah aku harus ke London sekarang? " pikirnya.

Tingtung...

Bel berbunyi menandakan pintu lift terbuka. Oberon segera pergi dari apartemen dan memesan taksi online untuk menuju bandara.

***

Sementara itu Shido serta Kotori sedang berdiskusi bersama Reine yang sedari tadi melihat statistik perkembangan kondisi mental Natsumi dilayar monitor besar.

"sudah kuduga kita terlalu memaksanya, tak kusangka dia akan sebenci itu" mengingat kejadian dimana mereka memaksa Natsumi untuk melakukan segala kegiatan kecantikan mulai dari perawatan kulit,salon, pakaian serta berdandan agar Natsumi percaya diri akan wujud aslinya.

"tidak kurasa bukan itu masalahnya. " Reine segera menampilan statistik kondisi mental Natsumi dimonitor "dilihat dari kondisi mentalnya,suasana hati serta perasaan telah keluar dari zona merah"

Shido merasa lega karena yang mereka lakukan sebelumnya justru memberikan banyak perkembangan.

Kotori menyimpulkan tentang sifatnya yang langsung kabur setelah menunjukkan banyak perubahan setelah memberinya perawatan dari salon kecantikan yang mereka lakukan kepadanya "kemungkinan karena dia tidak ingin dipuji saat tak dalam wujud perubahannya"

Shido melirik Kotori setelah mengeluarkan pernyataan tersebut. "jauh didalam lubuk hatinya dia pasti ingin diakui oleh lain,namun ia tidak percaya diri. " lanjut perkataannya.

Ia ingat jikalau Natsumi pernah mengatakan hal yang hampir serupa kepada dirinya setelah mereka menyelamatkan Natsumi dari Ellen.

"kalau tidak salah Natsumi pernah mengatakan hal yang sama, jika dengan wujud aslinya tidak akan ada yang mau menerimanya" menoleh kepada Kotori.

"kemungkinan apa yang dialami Natsumi membuat sudut pandangnya menyimpang. Yang terpenting bukan masalah cantik atau tidaknya" langsung menoleh kepada Shido disampingnya.

"namun kepercayaan Natsumi mengenai dirinya akan diterima atau tidak'kan? " kembali bertanya kepada Shido tentang pemikirannya.

Shido kembali memikirkan Natsumi dengan emosi dan kondisi mentalnya saat melihat gambar Natsumi yang ditampilkan dilayar monitor.

***

Sementara itu kita akan kembali lagi ke sudut pandang Jester yang kini sedang melakukan penerbangan dipesawat dikelas ekonomi demi menghemat keuangannya.

Jester melepas topengnya disana dan kini sedang memandangi layar laptop yang dipenuhi dengan kalimat karena dirinya sedang melanjutkan mengetik novel.

"ini harus bisa kuselesaikan dalam 2 atau 3 bulan." menatap layar laptop dengan fokus sampai sedikit membungkuk.

Agar otaknya tidak terlalu panas karena berpikir, ia kembali menyandarkan tubuhnya lalu melirik beberapa penumpang di sisi kanannya karena ia berada di sisi kiri.

Kebetulan seorang biarawati lewat, ia memesan segelas soda agar bisa memperbaiki moodnya saat ini.

"permisi, aku ingin memesan soda, apa'kah masih tersedia? " mengangkat tangannya setengah saat biarawati melintas didekatnya.

"ya tuan, kalau soal soda kami memiliki ukuran gelasnya, mau yang ukuran M atau L tuan? "

"begitu, aku mau memesan yang ukuran L"

"baiklah, mohon ditunggu ya" tersenyum kepada Oberon lalu pergi meninggalkannya.

Kemudian ponselnya berbunyi. Oberon segera mengambil ponsel yang berada disaku celananya.

Drrruutt drrrutt... Ddrruut ddrrutt...

Tit

"halo, ada apa Shido? Napasmu terdengar terengah-engah begitu" mengangkat telepon dan terdengar suara nafas shido yang begitu berat.

"halo.... Hhhha...hhhaa... Kau... ada dimana?" jawabnya

"memangnya ada apa? Kenapa kau terdengar begitu gelisah" tanya Oberon yang masih bingung dengan kondisi Shido sekarang

"Natsumi menghilang dari Ratatoskr, bisakah kau membantu kami? Aku akan menyuruh Kotori untuk memindahkanmu--"

"sayang sekali itu tidak bisa Shido"

Tak biasanya Oberon menolak permintaannya membuat Shido menjadi bingung.

"kenapa?"

"ya bagaimana ya jelasinnya, intinya aku ada panggilan tugas dari origanisasi. Aku sedang berada didalam pesawat perjalanan menuju London jadi maaf ya"

Oberon langsung mematikan telepon dan kembali memasukkannya ke dalam saku.

Lalu datang seorang pramugari membawakan soda yang pesan.

"silahkan sodanya tuan"

"terima kasih" mengambil Soda tersebut dan meletakannya disamping laptop

"jadi berapa harganya? " mengambil dompet dari saku satunya.

"harganya sekitar $30.60 tuan"

Ia memberikan uang sebesar 40 dolar dan membiarkan pramugari itu mengambil kembaliannya sebagai tip.

Oberon mulai menyeruput sodanya dan kembali lagi melanjutkan mengetik novelnya.

***

8 jam telah berlalu sejak terakhir kali Shido menelepon dirinya. Dan suasana dikota London kini sudah malam sekitar pukul 09:21Pm.

Ia segera memesan sebuah taksi untuk pergi menuju lokasi tempat tinggal target.

Baru saja naik kedalam taksi, Isaac langsung melakukan panggilan via videocall dan mempertanyakan perihal apa yang telah dilakukan Mudrock sekarang.

"tak kusangka dugaamu benar, tidak heran jika kau diangkat sebagai anaknya" sedikit memuji dengan sedikit tepukan kecil darinya.

"kenapa bisa kau tidak memberitahukan perihal itu kepadaku? Jester!?" Ellen dengan nada tingginya duduk disebelah Isaac.

"ayolah, bukannya kau sendiri sedang sibuk dengan project Goetia? Sebegitu tidak percayanya itu'kah kau padaku Ellen? " menatap Ellen dengan tatapan sedikit mengejek dari senyum tipis dan pipi yang ditopang oleh punggung tangannya.

"tidak sama sekali! Bahkan dari awal aku tidak mempercayai kekuatanmu yang diluar nalar itu" suara Ellen yang mulai tinggi.

Disini Oberon hanya bisa menghela napas panjang melihat Ellen yang denial atas kemampuan Mystic Eye's yang dirinya miliki.

"ya sudah kalau begitu, oh ya apa kau menugasnya gadis itu untuk menanganinya Isaac? " kembali bertanya dengan senyuman tipis.

"ya, lagipula kita harus mengukur kemampuannya juga bukan? "

Oberon memejamkan matanya dan sedikit mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Isaac.

Ia membuka matanya kembali "kalau begitu kita sudahi dulu, kebetulan aku sudah sampai didaerah perumahan orang itu" melirik ke luar jendela.

"baiklah, selamat menikmati makan malammu"

Isaac mematikan panggilan lalu Oberon memasukkan ponselnya kesaku. Ketika ia hendak mengambil menyerahkan uang pembayarannya, Oberon berbincang sebentar kepada supir taksi "oh ya ngomong-ngomong setelah ini apakah bapak akan pulang kerumah?"

"itu sudah pasti bukan? Jika tidak ada orderan mungkin aku sudah pulang dari tadi" ujarnya dengan nada kesal

"hmm... Begitu ya, baiklah sebagai permintaan maaf akan kubayar 2 kali lipat dari harga aslinya" memberikan uang sebesar $240.

"tu-tunggu ini terlalu banyak" melihat uang disodorkan kepada dirinya

Oberon tersenyum kepada supir taksi dan berkata "tak apa, anggap saja permintaan maaf dariku"

Supir taksi itu menerima uang pemberian dari Oberon lalu "oh ya 1 lagi" ia langsung mengarahkan jari telunjuknya tepat ditengah-tengah dahi supir taksi.

"anggap saja pertemuan ini tidak pernah terjadi"

Dalam sekejap supir taksi langsung kehilang kesadaran dan tertidur didalam. Oberon segera membuka pintu lalu turun dari dalam taksi sembari menatap pemandangan rumah yang cukup megah.

"baiklah, waktunya menyiapkan makan malam" menempelkan 3 jari dari pipi kirinya lalu menggesernya ke kanan yang perlahan topeng Jesternya muncul seiring jarinya bergeser.

***

Sementara itu Shido yang lain baru saja selesai mengurus satelit yang dibuang oleh D.E.M ke kota Tenguh yang membuat semua penduduk kota melakukan pengungsian besar-besaran kedalam shelter, jika seandainya mereka tidak menghentikan sudah dipastikan tempat seaman shelter pun akan hancur dan menimbulkan cukup banyak korban jiwa.

"kalau begitu semuanya ayo kita pulang, besok kita akan masuk sekolah'kan?" tanya Shido melirik kepada mereka semua

"Ummh! Kita tidak boleh terlambat" seruan Tohka dengan penuh semangat.

"Tohka benar, aku juga tidak mau kena omel wali kelasku"

"menjawab, aku juga karena Kaguya selalu saja terlambat"

"tu-tunggu kenapa kau memberitahukan itu ke mereka" geram Kaguya kepada Yuzuru setelah rahasia dirinya yang selalu terlambat telah bocor"

Disaat sedang bercanda gurau, Kotori yang masih berada di pesawat Fraxinus baru menyadari sesuatu, akan ada sebuah serangan yang datang melalui radarnya.

"apa!? "

"ada apa Shido? " tanya Tohka yang kebingungan.

"sepertinya ini belum berakhir" seruannya yang kini tatapannya dialihkan kelangit.

Dari kejauhan terlihat sebuah bom nuklir di luncurkan ke kota Tenguh, semua Spirits siap sedia menyambut kedatangan bom tersebut.

Disisi lain Shido sudah kehabisan kekuatannya dan mencoba memaksa dirinya lagi.

ketika mengarahkan tangannya keatas untuk memunculkan Sandalphone sekali lagi, datang sebuah tembakan yang sangat cepat mengenai bom tersebut, hingga meledak diudara.

Anginnya berhembus sangat kencang hingga Shido dan yang lain menutup pandangannya.

Shido mencari dari mana asal serangan itu berasal, kemudian terlihat Origami dengan perlengkapan dari D.E.M melayang diatas kota sebelum dirinya kembali pergi dari pandangan mereka.

"Origami..."

***

Sementara itu ditengah malam kota London

"aghh sial!! Bisa-bisanya rencanaku menghabisi Westcott gagal karena Spirits itu" teriaknya sambil menggeprak setir mobil yang ia kendarai.

"hhhaa... Ya sudahlah, akan kususun ulang lagi rencana untuk menghukum orang itu" kembali lagi fokus menyetir.

Mudrock sudah sampai didaerah perumahannya, ia melihat mobil taksi yang terparkir didepan rumah tetangganya.

Dirinya langsung saja memparkir mobilnya didepan garasi tanpa memedulikan taksi disana.

Melihat suasana rumahnya yang gelap gulita dan sepi ia segera masuk kedalam dan berpikir jikalau keluarganya sudah tidur.

Ketika ia memeganh gagang pintu, pintunya tidak terkunci yang membuat dirinya begitu panik dan langsung saja masuk kedalam rumah

"Jean!! "

Ia segera masuk dan mengecek diruang tamu, ketika hendak menyalakan saklar lampu, Mudrock merasa seperti menginjak sebuah genangan air.

"selamat datang kembali sayang, kamu pulang larut belakangan ini" suara wanita yang terduduk diatas meja makan

"Jean... Syukurlah kau tidak apa-apa sebenarnya apa yang terjadi? Apakah pipa rumahnya bocor--"

Saat saklar lampu dinyalakan, terlihat dinding rumah serta beberapa furniture dilumuri oleh darah. Dan orang yang ia sangka istrinya tadi kini berubah menjadi seorang pria dengan mantel hitam yang duduk dimeja makan.

"ka-kau!! "

"aduh kenapa sayang kok kaget begitu"

Dirinya sangat terkejut jikalau pria itu bisa meniru suara yang begitu persis seperti istrinya.

"Je-jester!--"

Jester yang topengnya sudah bersimbakan darah istri dan anak Mudrock hanya tertawa kecil melihat ekspresi ketakutannya

"ahaha... Kenapa? Kok panik begitu" tanyanya yang mulai berdiri dengan sebuah katana di tangan kanannya

"kenapa kau lakukan itu pada keluargaku!? " teriak Mudrock yang mengibaskan tangannya karena tidak terima atas perbuatan dari Jester

"pakai nanya, kalian semua anggota D.E.M pasti sudah tahu bagaimana caraku bekerja" Jester mulai berjalan dengan perlahan mendekatinya.

"ja-jangan mendekat!--"

Baru saja melangkah mundur, ia merasa sedang menendang sesuatu dibelakangnya. Ketika ia melihat kebelakang, Mudrock melihat kepala putrinya tergeletak ditanah

"Marie!! "

Sreeng!! Srraaatt

"Ghhhkkk!! "

Tangan kirinya terputus hanya dengan sekali ayunan dari katana Jester dan darah muncrat membasahi jasnya.

Mudrock segera memegang begitu erat luka ditangan agar tidak begitu banyak darah yang keluar.

Dirinya sudah tidak berkutik dihadapan Jester, bahkan jika seandainya ia lari pun tidak akan ada orang yang dapat menyelamatkannya.

Jester yang merasa kecewa dengan melihat ekspresi Mudrock yang sudah begitu putus asa "hahh... Membosankan"

Srenngg ssratrt!...

Tangan kanannya kini sudah terpotong membuat ia berteriak kesakitan lagi.

"ngghhaakk!! "

Darah yang begitu kental terus mengalir dari lubang ditangannya "mengapa kau tidak langsung membunuhku!? "

"ya... Gimana ya... Membunuhmu langsung itu tidak seru sama sekali, Westcott pun pasti menginginkan hal itu. Jadi berbahagialah karena kau masih bisa melihat hartamu dirumah" ujarnya dengan nada senang seperti psikopat

Jester segera memasang kuda-kuda dengan kaki kiri didepan, dan kanan dimenyerong kebelakang berbentuk huruf L

Katananya ia pegang dengan kedua tangan ia hunuskan menyamping sejajar dengan tatapan matanya.

"Hiken:"

Jester langsung melesat maju kedepan dan berada dibelakang Mudrock "Tsubame Gaeshi"

Srinngg! Sreettt!

Anggota tubuhnya terbelah menjadi 4 bagian dari kepala yang terputus lalu badan serta kakinya terpotong menyilang.

Jester mengayunkan pedangnya kebawah agar darah serta lemak yang menempel pada bilah katananya turun.

Ia memasukkan kembali katana kesarungnya, lalu Jester mulai memfoto Mudrock yang sudah menjadi terbelah menjadi 6 bagian dan mengirimkan foto tersebut kepada Westcott dan meninggalkan pesan suara diakhir.

"target telah dieliminasi, eksekusi selesai"

Jester memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana dan segera pergi meninggalkan kediaman Mudrock.

***

Setelah kejadian tersebut, dirinya meminta kepada Kannazuki untuk menjemput dirinya yang berada diLondon karena Kotori sebagai komandan sudah tertidur dikediamannya.

"halo Kannazuki, bisakah kau menjemputku diLondon? " tanya Oberon dari teleponnya.

"sayang sekali aku tidak bisa menggunakan pesawat Fraxinus untuk kepentingan pribadi" membalas dengan nada yang begitu sopan.

"begitu ya, sayang sekali padahal aku ada beberapa foto Kotori yang sedang memakai stoking lo-"

Belum menyelesaikan perkataannya, nada Kannazuki menjadi berat dan begitu serius.

"sebutkan koordinatmu, kami akan menjemputnya sekarang" ujarnya dengan nada serius.

'hahhh... Dasar pedo' dalam hati Oberon dengan ekspresi datar

"sekarang aku sedang berada didepan istana ratu elizabeth, aku terlalu malas untuk mengetahui koordinatku"

"baiklah tunggulah sekitar 2-3 jam"

Titt...

Setelah mematikannya salah satu bernama Kawagoe bertanya kepada Kannazuki.

"siapa itu? "

"Oberon, dia meminta kita untuk menjemputnya sekarang diLondon" jawabnya sembari memasukkan kembali ponsel ke saku celana.

"tapi bukannya kita dilarang menggunakan pesawat ini untuk kepentingan pribadi? " tanya kembali.

"apa kau lupa jika markas D.E.M itu juga ada di London? "

"tunggu jangan-jangan!--"

Menganggukkan kepala "ya itu benar, bisa saja ia mendapatkan suatu informasi dari sana"

"baiklah kalau begitu, semuanya! Kita lakukan penjemputan Oberon di London, kita bisa saja mendapatkan informasi D.E.M darinya sekarang! " teriak Kawagoe kepada para staff disana.

Semuanya menyetujui penjemputan Oberon, segera bergegas pergi menuju London. Sementara itu Kannazuki tidak percaya jika mereka semua mempercayai kata-katanya demi kepentingan pribadi untuk sebuah foto Kotori memakai stoking.

Setelah lama menunggu, Oberon langsung diteleportkan kedalam pesawat dan segera kembali menuju kota Tengu dijepang.

Saat perjalanan, ia mengajak Kannazuki ke toilet untuk transaksi ilegal.

"ini foto yang kujanjikan"

Oberon memberikan 3 foto Kotori yang sedang memakai dan melepas stoking berwarna hitam.

"senang berbisnis denganmu" mengulurkan tangan pada Oberon untuk berjabat tangan.

Oberon segera meresponnya dan berjabatan dengan kannazuki "tentu, senang berbisnis denganmu juga kawan".

-To Be Continued-