webnovel

Chapter 22

Cuaca pagi ini begitu cerah dan menawan, burung-burung berkicau di dahan pepohonan bermain riang gembira. Hawanya masih segar, beradu dengan hangatnya sang mentari.

Namun sangat disayangkan, keceriaan di pagi itu tak berlaku untuk sebuah keluarga kecil yang tengah dilanda permasalahan.

Nathan masih menemani ibunya yang terduduk lesu di depan meja makan. Piring-piring kotor masih berserakan di atasnya. Ia berinisiatif untuk membereskan meja itu. Satu persatu piring-piring itu ia kumpulkan lalu membawanya ke tempat pencucian alat-alat makan di pojok dapur.

"Klining klining" (bunyi dering ponsel milik ibu berdering)

Menyeka sisa air mata di pipinya, lalu mengangkat telepon.

"Halo , pagi Ras ada apa?"

"Pagi bu Amel, maaf mengganggu akhir pekan anda."

"Iya Laras gak apa-apa, kenapa?"

"Pagi ini akan ada meeting mendadak dengan CEO baru perusahaan kita?"

"Hah?, Benarkah?"

"Iya Bu, nanti jam 10 pagi beliau akan datang"

"Baik Ras saya akan segera ke kantor"

"Iya Bu, selamat pagi"

"Iya pagi juga ras,"

Tut tut tut.....

"Nathan mama akan ke kantor"

Nathan sedang sibuk dengan cucian berbusa di tangannya, sejenak berhenti dari yang di kerjakannya.

"Ke kantor? Bukannya hari ini libur ya?"

"Seharusnya iya, tapi akan ada rapat penting. Jadi mau tidak mau mama harus pergi ke kantor pagi ini juga"

"Yah Mama, jadi Nathan beres-beres rumah sendiri?"

"Kan ada adikmu?"

"Emmm, malah dia lagi sama saja bohong."

"Ya sudah kamu kerjakan apa yang mau kamu kerjakan saja, sisanya nanti biar mama yang urus."

"Iya deh mah,"

"Makasih ya nak, mama sekarang mau mandi dulu."

.....

Gemericik air keluar dari shower, jatuh menerpa ubun-ubun mengalir menelusuri setiap lekuk tubuh halus seorang wanita sampai ke ujung kakinya.

Paras indahnya terpejam saat di terpa air. Membersihkan raut muka yang semrawut, menghilangkan lelah di pikirannya menjadi segar dan jernih kembali.

Tangan lembutnya di olesi shampo, lalu di usapkan di kepala. Memijit-mijit lembut di kepala yang berbusa.

Lalu di kucurkan kembali air yang mengalir menghilangkan busa yang menutupi kepalanya.

Kini ia mengambil sabun cair yang berada di sampingnya, mengucurkan sabun itu ke spons mandi di tangan.

Lalu menggosok-gosok lembut bagian tangan, hingga ke ketiak mulus tanpa bulu.

Beralih spons mandi itu merayap ke dada indah milik sang wanita itu.

Menggosok-gosok dua buah bukit kembarnya yang terlihat tak mengendur sama sekali, itu karena ia sangat serius merawat "aset'' berharganya.

Tak luput gosokan spons itu di lakukan pada dua biji matang kemerahan di ujung buah dada yang masih kenyal keliatannya.

Spons itu terus melaju turun, membersihkan perut langsing bak gitar spanyol dari keringat yang telah keluar dari permukaannya.

Pusar cantik yang menghiasi tubuh eloknya nampak terhalangi oleh busa dari sabun mandi yang menempel.

Spons itu telah selesai membersihkan perut, lantas beralih pada paha kirinya. Membolak-balikkan paha mulus si wanita membersihkan bagian paha dalam serta bagian luarnya.

Pun demikian hal yang sama di lakukan pada paha kirinya.

Hingga kedua betis mendapatkan gosokan lembut yang serupa. Di akhiri dengan siraman menyeluruh ke seluruh inci bagian tubuh moleknya. Dari atas sampai bawah.

Sang ibu telah selesai mandi, namun ia lupa tak membawa handuk.

Untunglah kamar mandinya berada di dalam kamar, sehingga ia tak ragu untuk keluar dari kamar mandi tanpa memakai busana sehelai benang pun.

..

Lantas ia memakai pakaian kantornya, dengan mengenakan rok hitam ketat pendek di atas lutut yang memamerkan bagian pinggulnya, dan blues kemeja putih panjang menjuntai sampai menutupi paha, di tengahnya tepatnya di bagian tengah perut memakai tali pengikat.

Ia telah selesai berdandan.

Dirinya nampak begitu menawan, dengan rambut panjang berombak belahan di sisinya.

Tak ada tanda penuaan di wajahnya,

Orang akan mengira bahwa ia adalah ibu muda yang baru punya satu anak kecil.

...

"Nathan Mama pergi dulu ya"

Dari ruang tamu tempat Nathan bersantai sejenak dengan ponselnya ia menjawab.

"Ia mah, hati-hati."

"Jaga rumah dan adik kamu baik-baik, ingat jangan berantem lagi ya.!!"

"Iya Mama "

Iya menghidupkan mobil putih yang terparkir di garasi.

Setelah mesinnya menyala dan beberapa saat menghangatkan mesinnya. Ia pun bergegas menuju kantor tempat kerjanya.

....

Ia tak menyangka pak Andre selaku pemilik perusahaannya benar-benar akan menjual perusahaan miliknya sendiri.

Pada suatu kesempatan pak Andre pernah berbicara dan membahas masalah ini. Tapi rautnya tak begitu meyakinkan untuk benar-benar melakukan hal ini. terlihat seperti sedang bergurau saja.

Di tambah dari segi finansial perusahaan ia bukanlah perusahaan yang dalam masa sulit.

Kondisi Keuangannya baik-baik saja. Bisa di katakan bahwa sangat jauh dan tak mungkin perusahaan ini akan segera gulung tikar.

Tapi mungkin pak Andre telah tergiur dengan tawaran gila dari pengusaha lain yang akan membeli perusahaannya.

Dan akhirnya ia pun telah bertekad kuat dan tak main-main dengan omongannya untuk menjual perusahaan miliknya.

..

Singkat cerita Bu Amel telah berada ruang kerjanya.

Ia tengah mempersiapkan berkas-berkas yang akan di bawa pada meeting mendadak yang tinggal sejam lagi waktunya.

Seorang wanita yang merupakan staf kantor datang menemuinya.

"Bu, bu Amel??!!"

"Eh Laras bikin kaget aja"

"Ibu tau gak siapa yang akan menjadi bos baru kita selanjutnya?"

"Heu eumm (menggeleng kepala)"

"Masa ibu gak tau?"

"Saya pikir pak Andre tak akan melakukan niatnya untuk menjual perusahaan ini ras, jadi ibu tenang-tenang saja gak terlalu mikirin urusan ini. Tapi eh ternyata."

"Iya Bu, Laras juga mikirnya gitu. Tapi katanya pak Andre gak bisa nolak sama tawaran ini Bu"

"Emang kenapa kok bisa ya pak Andre bisa semudah itu melepas perusahaan yang di rintisnya dari nol?"

"Katanya sih Bu, orang itu mau membayar sepuluh kali lipat. Makanya pak Andre cepat-cepat menyetujuinya."

"Oalah, pantesan aja ia mendadak menjual perusahaannya. Tapi Ras kamu tahu orang yang membelinya?"

"Saya liat dari berkas-berkasnya nama pemilik baru perusahaan ini adalah bapak Artha Wijaya Bu"

"Apa?! Apa saya gak salah denger ras?"

"Iya Bu, pak Artha Wijaya..!!, Kok ibu langsung bengong denger namanya?!"

"Euuhh, enggak ras kayak pernah denger "

"Iyalah bu, siapa yang gak kenal sama beliau. Orang dia tuh salah satu orang terkaya di negeri ini."

Tapi bukan itu yang di maksud sebenarnya oleh bu Amel.

Mendengar nama itu Bu Amel pikirannya jauh menerawang kebelakang.

Terpikirkan olehnya sosok seorang lelaki yang pernah hinggap di hatinya, menemani hari-hari yang penuh suka cita bersamanya selama lebih dari sepuluh tahun.

Hari yang di mulai dari pertama kali duduk di bangku sekolah SMP. Melalui berbagai macam kisah-kisah yang membekas di hati.

Lalu menjadikan nama itu sebagai sosok cinta pertamanya.

..

.

.

Cilincing 09-07-2022 03:45 am

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

TitikCahaya03creators' thoughts
Chương tiếp theo