webnovel

Chapter 15

Sinar hangat sang mentari pagi menembus kaca jendela di sebuah ruang kelas, cahayanya tepat menerpa beberapa murid yang duduk di dekat jendela.

Nampak rambut panjang terikat dengan ikatan kucir kuda berwarna menjadi kecoklatan.

Jam pelajaran normal sudah di mulai, tak ada lagi yang namanya pengenalan sekolah, sudah berakhir di pekan kemarin. Dengan hanya menyisakan momen-momen yang tidak menyenangkan.

Para siswa nampak belajar dengan sungguh-sungguh, memerhatikan setiap guru yang mengajar di depan kelas.

Lama jam pelajaran berlangsung, tibalah saatnya Bel berbunyi, tanda jam istirahat.

"Baik anak-anak jangan lupa kerjakan tugas kalian"

"Baik pak" serentak menjawab.

Tidak seperti biasanya para siswa begitu mendengar bel berbunyi, langsung berhamburan ke luar kelas. Namun mereka semuanya tidak ada satu pun yang melangkah ke pintu keluar.

"Aluna, !! Maafin aku ya"

Tiba-tiba saja Maya teman sebangkunya merengek. Di susul Andi yang datang menghampiri,

"Aluna, maafin kejadian kemarin ya"

Maya merangkul badannya, hendak menangis.

"Aluna plis maafin aku, aku tahu aku udah jahat sama kamu Luna"

Aluna melirik dengan tatapan keheranannya.

'' udah sih yang kemaren gak usah di pikirin ".

"Tapi lun, aku udah jahat sama kamu, hemmm"

Tiba-tiba seluruh siswa berdiri tegak lalu maju mengitari Aluna.

ia Sempat kaget dengan yang dilakukan oleh semua temannya sekelasnya.

"Eh eh ada apa lagi ini?"

Aluna takut di lempari lagi oleh teman-teman sekelasnya.

Sang ketua kelas angkat bicara untuk mewakili semua siswa yang berdiri di sekitar Aluna.

"Aluna, maafin kami semuanya yah. Kami tau kami salah, dan kami minta maaf banget."

"Udah sih, semua nya gak usah di pikirin. Aku udah maafin kok. Aku tau kalian pasti di suruh kan sama kakak kelas "

"Iya lun, kami terpaksa gak punya pilihan lain. Kami takut "

"Tapi kamu maukan maafin kami semua?"

Mereka secara serempak duduk membungkuk, sebagai tanda keseriusan permintaan maafnya kepada Aluna.

"Aiihh, apa-apaan sih sampe sebegitu nya. Ayo dong bangun !,. Kalau kalian gak bangun aku gak jadi maafin deh"

Mereka pun bangun, seperti yang di inginkan Aluna.

"Jadi kamu mau maafin kami?"

"Ho'oh" angguk Aluna mengiyakan pertanyaan yang di lontarkan.

"Makasih Aluna "

Lalu kemudian mereka pun berbondong-bondong memeluk Aluna satu persatu secara bergantian. Melepaskan beban dosa yang telah mereka lakukan pada salah satu temannya itu.

kini ia di cintai dan di kagumi oleh seluruh teman sekelasnya, berkat ketulusannya untuk memaafkan dan tak menyimpan dendam pada mereka. Suasana haru kini bernaung di dalam kelas.

Aluna pun baru kali ini bisa merasakan ketenangan dan ketentraman di sekolahnya yang belum pernah di rasakan sejak pertama kali menginjakkan kaki di sekolah.

...

Sang penguasa kini telah kembali ke sekolah. Di temani teman setia, Reno dan beberapa lainnya berada di belakangnya.

berjalan menuju kelas 10 E tempat Aluna berada, dengan langkah kakinya yang masih mengenakan alat penyangga badan.

Sial baru saja ia merasakan nikmatnya kedamaian di sekolah, nampaknya kedamaian itu akan segera sirna.

Seiring hawa tak mengenakan yang di bawa Bastian akan menghembus Aluna.

"Wah gawat ada kak Bastian" ucap salah satu siswa

"Mau apa dia ke sini" timpal siswa lainnya.

"Mereka pasti mencari Aluna "

"Aduuhh, mau ada apa lagi sih nih?"

"Eh temen-temen, temen " meminta perhatian dari seluruh teman sekelasnya.

"Kak Bastian sebentar lagi kesini, kalau mereka mau nyelakain Aluna. Kita cegah bareng-bareng yuk"

"Ayuk.. ayuk setuju ''

Aluna terperanjat mendengar ucapan temannya.

"Emmhh,. Aku harus gimana nih?"

"Tenang Lun, kita semua akan ngebantu kamu. Udah tenang aja"

Aluna merasa gemetaran, takut terjadi apa-apa lagi di dalam kelas. Apalagi yang datang adalah sang penguasa sekolah.

Mereka telah berdiri di ambang pintu kelas, melihat sekeliling ruangan. Dan mendapati orang yang mereka cari tengah asyik bercengkrama dengan teman sebangkunya.

"Oh itu rupanya"

Ketika mereka hendak menghampiri Aluna yang tengah duduk di bangkunya.

Mereka di cegat oleh beberapa teman temannya.

"Minggir kalian bila tak ingin dapat masalah!!"

"Maaf kak, tolong jangan sakiti Aluna"

"Arrgghhh, minggir sana"

Mereka menerobos cegatan teman -temannya. Semakin mendekati dirinya.

Raut wajah Aluna mulai menunjukkan ketakutan, namun di sisi lain pula ia amat kesal dan benci terhadap orang itu

"May, gimana nih tolongin aku"

"Tenang Lun, kali ini aku bakalan belain kamu"

Tangannya mencengkram erat lengan besar temannya, menunjukkan rasa kekhawatiran dan kekesalannya.

Sedangkan sosok yang di takuti nya kini berdiri tegak di depan mata.

Mendekatkan paras bengisnya di depan mulut Aluna.

"Hey anak baru," aroma wine terasa pekat di nafasnya.

Membuatnya berpaling.

"Heh liat aku, aku sedang berbicara padamu!!"

Bastian mencengkeram dagunya, supaya lawan bicaranya fokus menanggapi apa yang akan di ucapkan.

"Aku tak pernah menemukan seorang pun di sekolah ini yang selalu membuat onar. liat, aku. Apa kau puas melihat kondisi ku seperti ini?"

Melihat ke tongkat penyangga tubuh milik Bastian.

Sepertinya ia mulai kembali menyesali atas tindakan berlebihan yang di lakukan sang kakak.

Tapi bukankah mereka telah membayarnya dengan membully dirinya di depan kelas.

Bahkan ketika ia melirik ke arah Reno di belakangnya, matanya menatap tajam. kebencian terhadap mereka semakin tumbuh di benak Aluna. ia tidak bisa menjamin kehormatannya masih baik-baik saja atau tidak.

"Euuhhh lepas ." Menggeleng kepala supaya cengkraman di dagunya terlepas, tapi tak mau lepas.

Malah semakin erat pegangannya,

"Hhsstt aw," meringis sakit.

Tak ada cara lain untuk bisa terlepas dari cengkeraman tangannya.

Wajah Bastian yang begitu dekat dengan parasnya, ia ludahi.

"Cuuiihh'' mengenai mata.

Dan sekali lagi.

"Ccuuiihh" tepat di pipinya.

Semua yang hadir tak percaya dengan apa yang dilakukan Aluna. Tercengang dan hanya terdiam sesaat.

Ingin sekali rasanya Bastian membanting lalu memecahkan dagu yang kini berada di cengkramannya.

"Ha ha ha, menarik sekali. Sungguh menarik."

Bastian segera akan merespon ulah yang telah di lakukan Aluna,

Ia menarik bibir mungil di hadapannya. Membenamkan wajahnya mencium paksa bahkan mengemut bibir lembutnya bagai permen.

Lidahnya mengetuk-ngetuk belahan bibir, hendak masuk. Aluna menahan bibirnya supaya tak terbuka.

Dengan paksa membuka belahan itu dengan tangan kuatnya.

Lidah itupun bisa merangsak masuk kedalam mulutnya.

Meraih lidah lembut milik Aluna, saling menukar liurnya di mulut hangat sang gadis.

Cukup lama ia memagut bibirnya, meski Aluna menghentakkan tangan memukul-mukul dadanya supaya menjauh darinya. Tapi tak di hiraukan, ciuman paksa itu cukup membuatnya kesulitan bernafas.

Setelah puas mencumbu bibir manisnya, Bastian melepaskan cengkramannya. Dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan penuh gairah dan kemenangan.

Paras wanita yang di cumbunya memerah, menangis di pelukan temannya.

Sedangkan yang lainnya hanya bisa diam menyaksikan isak tangis sesenggukan di pelukan Maya.

...

.

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Cilincing 02-07-2022 03:32 am

TitikCahaya03creators' thoughts
Chương tiếp theo