9 Menikung teman

Wanita bertubuh mungil namun tampak kentara aura keayuannya itu berjalan memasuki gedung lab,ia bersenandung kecil hingga akhirnya lina temannya menyusul dan menyetarakan langkah mereka disusul rena juga reka.

"pagi eza sayang.." seru lina dengan ekspresi menggebu gebu membuat eza menatapnya dengan aneh juga kaget ,ini anak kenapa?pagi pagi uda bikin heboh,biasanya juga dirinya lah yang terlihat sangat lesu efek belum sarapan.

"sehat lin..?salah minum obat atau gimana..?"

"sial..!!apaan sih eza,aku Cuma lagi seneng aja.Eh,za kamu tau enggak mantan aku ngajak balikan loh.."serunya sembari terkekeh sendiri membuat eza mengernyit tak mengerti.

"terus..?"

"ish..susah banget sih ngomong sama kamu,oh iya lupa kamu kan belum pernah pacaran mana mungkin punya mantan..dan pasti enggak tau rasanya.." ucap lina asal karena respon eza tak sesuai ekspetasinya.

Eza mendengus sebal dengan ucapan lina,tapi ia juga tidak menampik...bahwa nyatanya ia belum pernah begitu menyukai lelaki sampai tergila gila dan susah move on.Dengan masih acuh ia abaikan sindiran lina terhadapnya.

"terus kamu terima..?"tanya eza mencoba menanggapi dengan setengah hati percakapan lina.

"jelas lah.Dia mantan yang belum bisa aku lupain sampai sekarang tau..."lins terkekeh sendiri mengingat percakapan yang entah apa isinya,eza kembali mengernyitkan dahinya.

"balikan sama mantan bisa buat kamu seseneng ini ya ?bukannya mantan itu bekas ya,dan harusnya disingkirkan jauh jauh.." suara rendi terdengar memotong percakapan mereka,dan tampak eza tengah menahan mulutnya agar tidak sampai tertawa kerasmendengar jawaban rendi.Mereka tampak acuh melihat ekspresi lina yang tampak murka,"kak rendi.."umpatnya lantas mengejar ngejar rendi untuk memberikan pelajaran.

Dengan tanpa memperdulikan mereka eza kembali berjalan menuju lokernya,memainkan ponselnya sekedar melihat lihat media sosialnya.

Malam hari dikediaman rumah eza tampak Rere mamanya eza berjalan untuk membukakan pintu setelah mendengar suara ketukan pintu beberapa kali.

"siapa..?"

"maaf bu mengganggu,saya teman satu lab nya eza,eza nya ada bu..?" ucap lelaki itu yang tak lain bagas,salah satu teman eza.Ia tersenyum sopan kearah mama eza,,dengan setengah berteriak ia memanggil eza dari ambang pintu...

"Eza temen kamu datang ni.."serunya lantas mempersilahkan bagas yang saat itu yang ditemani dodi dan tunangannya untuk masuk.Eza berjalan menuju ruang tamu u ntuk menghampiri mereka,"bagas bang dodi tumben dateng enggak ngasih kabar ?ada apa.?"

"za keluar yuk,malam minggu ni.."seru bagas membuka percakapan,eza tersenyum aneh,tidak biasanya mereka keluar jika tidak satu rombongan anggota divisi.

"kemana..?"

Tanya eza yang menangkap sinyal tak biasa dari ajakan bagas,eza tidak pernah jalan berdua dengan lelaki apalagi malam hari,jikaakan keluar pun kakak laki lakinya akan mengantarnya.Ia sudah sering kongkow bareng teman satu divisinya disalah satu cafe dikota S,tapi tanpa sepengetahuannya sang kakak memantau juga membuntutinya hingga akhirnya pulang kakaknya sudah berada diparkiran.Wajar saja,ia kesayangan kakaknya,adik perempuan yang susah senang bersamanya sejak kecil,dia tidak ingin adiknya kenapa napa,tidak ingin pergaulan adiknya begitu bebas.

"ke kafe biasa.."

"aku izin dulu ya,soalnya kakak aku lagi tidak ada dirumah.."Eza kemudian masuk kedalam dan meminta izi pada mamanya..setelah mendapatkan izin eza kembali menemui bagas juga bang dodi u ntuk bersiap pergi.

"yuk..."

"dibolehkan..?" tanya bagas untuk memastikannya lagi.

"iya boleh,,"

"kakak kamu kemana..?bukannya biasa ia selalu menguntit kamu kemana kamu pergi,..?" tanya bagas lagi untuk memastikan.

"kakak lagi nginap di perumahannya,dia lagi banyak kerjaan,jadi tidak pulang kerumah.."bagas mengangguk mengerti dan bersiap untuk pergi.

"kamu enggak usah bawa motor ,aku boncengi aja.." seru bagas lagi menghentikan eza yang akan menyambar motornya,seumur umur ia tidak pernah dibonceng laki laki lain selain kakaknya.tapi melihat tatapan bagas yang sudah bersiap eza akhirnya menurut saja,

"jangan terlalu malam pulangnya za,nanti kakakmu bisa marah.." seru mama rere mengingatkan.

"iya ma,eza pergi dulu..bye.."

Sebenarnya rere memberikan izin karena kakak eza sudah mencari tahu semua teman teman eza satu divisi,ia sudah men yimpan kontak mereka hanya untuk memastikan adiknya baik baik saja.Jika eza lengahn ia akan membajak ponsel adiknya untuk memeriksa seluruh isinya.

Motor bagas dan dodi melaju membelah angin malam yang cukup dingin,eza masih tak bergeming diboncengan.meski sesekali mereka tampak berbincang untuk mengusir keheningan hingga akhirnya mereka sampai di kafe yang dituju.Mereka turun lalu masuk kedalam cafe,terlihat bang dodi mengambil duduk yang cukup jauh dari mereka,Kemungkinan bang dodi tahu tujuan bagas mengajaknya.Agar eza diperbolehkan keluar oleh kakaknya bagas menimpuk dodi sebagai rekan double datenya.Bagas berniat nembak eza ...itu yang diketahui dodi,walau diakui untuk wanita seperti eza rendi mungkin cukup sesuai untuk urusan tampang dibanding bagas yang entahlah...Dodi seketika merasa bersalah dengan rendi mengingat bagaimana bagas menikung eza dari rendi yang sendirinya dodi tidak tau bagaimana perasaan keduanya meski mereka terbilang cukup dekat kini.

Tampak terlihat bagas dan eza duduk dengan canggung,ini hal pertama bagi eza,ia melirik bagas untuk mencari tahu apa tujuan laki laki ini mengajaknya keluar dan makan bersama.Mana rendi juga yang lain,ia pikir mereka sudah ada ditempat ini duluan,ternyata ia salah...ini jelas double date..dan mengapa bang dodi harus duduk sejauh itu.

"eza,aku ngajak kamu kesini ada yang ingin aku katakan.." akhirnya bagas membuka suara dengan ragu ragu,mencoba membelai keheningan yang ada.bagas melirik eza yang tampak menantikan kalimat apa yang akan ia ucapkan berikutnya,ekspresinya terlihat datar...lain jika wanita ini bebincang dengan rendi..matanya berbinar memperlihatkan bola mata hitamnya yang sungguh nampak indah jika ditatap.

"apa itu gas..kenapa harus berdua,biasa juga rame..?" tanya eza langsung to the point seraya menggosok gosok hidung yang tidak mancung namun membuatnya malah terkesan cantik.

"Eza aku suka sama kamu..mau enggak jadi pacar aku.." kalimat itu mencelos begitu saja dari mulut bagas,eza menatap tak percaya.Sendok yang dipegangnya bahkan jatuh diatas piringnya,lelaki ini bercanda..pikirnya.Bagas menatap manik mata eza yang langsung eza putuskan tatapan itu,ia tidak suka,ia jengah.Usianya memang sudah dua puluh tahun,tapi entah kenapa ia tidak suka predikat pacar atau apapun itu...merasa tidak mendapat jawaban bagas bertannya kembali.

"kamu terima enggak za..?"

Eza menarik nafas berat,saat ini ia tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun ia nyaman dengan kesendiriannya,entah apa kesannya tapi ia merasa ia baik baik saja tanpa sebuah hubungan saat ini.Eza tersenyum mencoba merangkai kata kata agar bagas tidak tersinggung nantinya,ia tahu dirinya hobby mengarang tulisan..tapi menolak seseorang bukan bagian dari menulisnya.

"bagas,maaf ya.Aku tidak bisa terima.."

"kenapa..?karena rendi..?"

Eza membelalakan matanya,kenapa jadi rendi yang ia sebut,Dirinya meras rendi tidak ada sangkut paut pada penolakannya,ia hanya tidak menginginkan hubungan itu saat ini.

"bukan.kenapa,ada apa dengan rendi..?"

"Eza ...semua orang didivisi juga tahu kalu kalian itu dekat,atau jangan jangan kalian uda..."kalimat bagas mengambang dan membuat eza ingin meleapaskan tawa sekuat kuatnya.Apa apaan ini,dirinya bahkan tidak memiliki perasaan apapapun pada rendi selain menganggapnya seperti kakak.Hanya karena dia nyaman berbicara pada rendi,karena orangnya supel juga happy bukan berarti dia jadian juga kan dengan rendi.

"kenapa tertawa..?"

"kamu aneh ya,aku sama kak rendi itu tidak ada apa apa...kita sebatas temenan doang.Dan maaf bagas aku tidak berniat pacaran dengan siapapun saat ini,lagian aku baik baik saja berteman dengan kalian,dan juga kakak aku selektif untuk lelaki yang dekat denganku.Jadi sekali lagi maaf ya,berteman itu lebih dari cukup..." eza menatap tulus seraya menyunggingkan senyuman yang sulit ditebak,bagas sendiri merasa ingin menghilang mengingat perasaannya ditolak.

Malunya....

Tak lama eza melirik ponselnya,sudah hampir jam sepuluh malam,ia menoleh kearah bagas."pulang yuk,entar kemaleman.."ajak eza seraya beranjak dari duduknya,ia berjalan menuju meja kasir membayar semua makanan yang mereka pesan.

"malam ini aku yang traktir.." seru eza lagi sembari mengerlingkan matanya,melihat bagas yang kelimpungan saat eza membayar makanannya,bukankah ia yang ngajak ngedate tadi.hedeuh...

Mereka akhirnya keluar dari dalam cafe menuju parkiran dan melaju meninggalkan kota menuju rumah eza.

avataravatar
Chương tiếp theo