Xu Weilai dan Gu Yu sudah pergi dari kediaman keluarga Gu. Saat Gu Yu baru keluar dari gerbang pintu kediaman Gu, ia melihat Xu Weilai berjalan menyusuri jalanan perumahan ini.
Ternyata tanpa sadar, Gu Yu memperlambat laju mobilnya. Ia melihat tubuh Xu Weilai yang lebih kurus daripada tiga tahun yang lalu. Saking kurusnya, mungkin gadis itu bisa roboh akibat hembusan angin saja.
Dengan sekali lihat sudah pasti mudah diketahui kalau tubuh Xu Weilai terlihat tidak baik. Ia berjalan sempoyongan dan wajahnya pucat pasi. Di bawah sinar matahari ini, wajah pucatnya sungguh terlihat menakutkan. Ia masih tetap menggigit bibirnya sambil berjalan.
Langkahnya tiba-tiba berhenti. Ia melepas sepatu hak tinggi yang dipakainya dan menenteng sepatu itu sambil melanjutkan perjalanannya.
Di siang hari yang seperti ini, terik matahari yang sangat terang mampu membuat permukaan bumi jadi sepanas api. Sudah pasti, jika Xu Weilai berjalan tanpa alas kaki di jalanan ini pasti akan menambah penderitaannya.
Apalagi, Jarak antara posisi Xu Weilai yang ada di kawasan perumahan sampai jalanan utama memang sangat jauh. Tentu, tidak ada taxi yang lewat di daerah ini. Jika Xu Weilai melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, ia akan membutuhkan waktu setengah jam lebih.
Memahami hal itu, kecepatan mobil Gu Yu semakin melambat. Saat ia kembali sadar, ia mendapati kakinya sudah menginjak rem hingga mobilnya berhenti.
Gu Yu langsung merasa bimbang dalam sejenak, kemudian kembali sadar. Dalam hatinya, ia mengejek dirinya sendiri lantaran tidak menyangka bila hatinya masih merasa kasihan melihat Xu Weilai.
Sangkaan itu membuat hatinya tertekan, membuat dirinya semakin jengkel. Seketika pandangannya mendingin dan kembali memandang ke depan. Dengan bibir tipisnya yang menegang, ia memilih untuk menginjak gas mobilnya lagi. Mobil itu langsung melaju melewati Xu Weilai di sampingnya.
Merasa dilewati oleh mobil, Xu Weilai berhenti sejenak. Dilihatnya mobil hitam itu melaju cepat semakin jauh dan hampir tidak terlihat. Xu Weilai menundukkan kepalanya kemudian melanjutkan perjalanan.
Setelah berjalan cukup lama, Xu Weilai akhirnya menemukan taxi. Xu Weilai duduk di kursi belakang sambil merasakan perih pada kaki mulusnya. Telapak kakinya tampak lecet karena tidak memakai sepatu hak tingginya selama perjalanan tadi.
Namun baginya, rasa perih ini bukanlah rasa sakit yang parah. Apalagi hatinya merasa lebih sakit saat mengingat kejadian di kediaman keluarga Gu.
Sesampainya di rumah, ia mendapati rumahnya masih kosong. Mungkin kedua orang tuanya masih berada di rumah sakit. Dengan begitu, ia tidak perlu menjelaskan alasan dirinya tidak berada di rumah sejak semalam. Xu Weilai langsung menuju kamarnya, merebahkan dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Dengan cepat ia memejamkan matanya.
*****
Di sisi lain, Gu Yu baru saja sampai di kantornya setelah menyetir mobilnya sepanjang jalan ini.
Saat ia memulai rapat, sepertinya ada sesuatu yang terasa berbeda. Meskipun biasanya ia bersikap dingin, namun kali ini dirinya seperti dilapisi aura dingin yang lebih tebal dari biasanya. Hal ini membuat orang-orang disekitarnya serasa ingin menghindarinya. Mereka juga tidak berani bernapas saat dilewati olehnya. Semua orang di ruangan ini takut bila dijadikan objek kemarahan oleh Gu Yu.
Untungnya asisten Gu Yu yang telah lama bekerja pada Gu Yu, sudah terbiasa menghadapi aura bosnya ini. Ia mendeteksi suasana hati bosnya itu lewat ekspresinya. Hari ini ia mampu menebak bahwa suasana hati Gu Yu sedang tidak baik, tapi tidak tahu penyebabnya.
Apakah karena Su Ziqian membuat masalah dengannya?
Setelah rapat, asisten Gu Yu mengikuti bosnya kembali ke ruangan Gu Yu. Gu Yu pun duduk, kemudian asistennya melaporkan hasil progres hari ini. Selain itu, ia juga mengatakan sesuatu setelah melaporkan progres, "Tuan Gu, semenjak tadi Nona Su telah menelepon beberapa kali. Dia ingin membuat janji untuk bertemu dengan Anda, coba Anda melihatnya..."
Gu Yu melirik ke arah asistennya itu. Tatapan itu membuat Si Asisten ingin menarik kembali hal yang sudah ia katakan.
Dengan menilai bahwa hati Gu Yu sedang tidak baik, maka tidak salah jika ia menyebut nama Su Ziqian. Biasanya hal itu bisa membuat suasana hatinya membaik. Tapi tidak disangka, kali ini Gu Yu terlihat tidak ingin mendengar nama Su Ziqian.
Akhirnya, asisten Gu Yu tidak berbicara lebih lanjut lagi. Setelah menstabilkan pikirannya, ia pamit, "Kalau begitu, saya pergi dulu."
Keluar dari ruangan Gu Yu, ia menyeka dahinya yang penuh keringat.
Dari sekian lama berada di sisi Gu Yu, ini kali pertama bagi Si Asisten melihat Gu Yu teramat menakutkan. Bahkan ketika Gu Yu bertengkar dengan Kakeknya, ia tidak terlihat semenakutkan ini.
Asisten Gu Yu kembali ke tempat duduknya. Ia meneguk teh susu lalu bersiap untuk mengerjakan pekerjaannya. Tiba-tiba, ia mendapat laporan dari resepsionis melalui telepon bahwa Xu Shuai datang berkunjung!
Asisten Gu Yu berdiri menyambut Xu Shuai. Sebelum Xu Shuai masuk ke ruangan Gu Yu, ia berbisik pada Xu Shuai, "Tuan Muda Xu, suasana hati Tuan Gu hari ini tidak begitu baik, berhati-hatilah Anda dengannya..."
"Hah? Suasana hatinya tidak baik?" Xu Shuai mengerutkan alis, kemudian tersenyum, "Wah, berarti aku datang di waktu yang tepat!"