webnovel

Kakak Senior

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu dateng juga! Hari pertama aku masuk ke dunia baru bernama 'SMA'. Tapi aku - lebih tepatnya kami - yang termasuk anak-anak baru tahun ajaran ini wajib terlebih dahulu mengikuti upacara sakral penerimaan siswa baru atau yang saat itu dikenal dengan sebutan MOS.

Sebelum sah menjadi sisa SMA di sekolah tertentu, setiap siswa wajib selama kurang lebih seminggu untuk ikhlas dan rela dirinya di plonco oleh kakak-kakak seniornya yang sudah menjadi siswa di sekolah tersebut pun mendapatkan kesan yang sama tahun lalu.

Ya... katanya sih MOS ini merupakan sarana pendidikan kepemimpinan untuk senior kepada para juniornya. Tapi menurutku itu cuma dijadikan sebagai ajang balas dendam aja sih. Kalau ada Senior yang nggak terima karena diperlakukan nggak adil atau kesan-kesan buruk lain yang diterimanya dulu dari seniornya lagi, nah... ini dia saat yang tepat untuk melampiaskannya tapi dengan mengkambinghitamkan para juniornya.

Dan kini saatnya aku dan teman-temanku berlapang dada menerima dan ikut berpartisipasi dalam permainan para senior. Demi agar aku bisa bebas dan sah memakai baju putih-abu yang menjadi ciri khas kelompok SMA.

***

Hari pertama MOS pun di mulai. Jumlah seluruh siswa baru yang menjadi angkatan tahun ini bersamaan denganku totalnya kurang lebih 850 orang. Dan dengan mudahnya kami pun diatur dan digiring untuk merapihkan barisan sesuai dengan komando para senior yang menggunakan jas almamater biru.

"Siap grak! Dalam hitungan 10 detik kalian harus merapikan barisan 20 baris ke belakang. Hitungan dimulai, satu... dua... tiga..."

What? 10 detik? Yang bener aja... Anak domba juga nggak akan bisa kali

"delapan..."

Barisan bukannya makin rapi malah makin kacau jadinya. Aku harus cepat-cepat masuk barisan sebelum hitungannya habis nih. Tapi yang mana, ya?

Ah... badanku yang minimalis ini benar-benar bisa diandalkan di saat seperti ini. Saatnya menerobos barisan yang sudah terlihat rapi...

"...sepuluh! Waktu habis. Yang tidak masuk ke dalam barisan maju ke depan sekarang juga!"

Astaga, nyebelin banget sih tuh cowok! Gara-gara aku baris di barisan belakang, aku cuma bisa denger suara nyebelinnya aja tanpa bisa lihat muka-muka nyebelin senior-senior itu.

"Oke, jadi kalian yang nggak dapet barisan sebanyak ini ya? Hei, kalian ini bodoh atau idiot? Kalian rela kalau disamakan dengan domba? Bahkan mereka bisa rapi lebih cepat daripada kalian, tau?"

Eh... kok dia bales teori aku ya?

"Jawab!"

"Nggak, kak!"

"Yang kencang!"

"Nggak, kak!"

"Nah, gitu dong!"

Duh... sebenarnya ada apa sih? Aku pengen lihat lho...

"Sekarang kalian bagi jumlah kalian jadi 3 kelompok. Setiap kelompok harus menyiapkan tarian yang lucu dan itu harus bisa bikin kakak-kakak senior kalian di sini tertawa. Lagunya bebas bisa kalian cari dan pilih sendiri. Waktunya 15 menit dimulai dari sekarang. Kelompok yang gagal akan diberi sanksi tambahan dariku nanti. Kalian boleh memisahkan diri di ujung barisan sebelah sana!"

"Baik, kak!"

"Bagus, kalian boleh bubar. Dan untuk kelompok yang sudah masuk ke dalam barisan, mulai saat ini itulah kelompok kalian. Dari depan sampai belakang harus berjumlah 20 orang. Dan orang yang berdiri paling depan di barisan adalah ketua kelompoknya. Aku nggak mau tau, pastikan kalian bisa jadi pemimpin dan memimpin teman-teman yang baru kalian kenal setelah ini. Oke, selain ketua kelompoknya sementara boleh duduk di tempatnya masing-masing! Dan untuk kakak senior yang sudah mendapatkan tugas sebagai pembimbing bisa memilih ketua kelompoknya yang akan dibina."

Akhirnya, dengan posisi duduk seperti ini aku bisa melihat ke sekeliling suasana sekolah juga suasana mencekam yang sedang kuhadapi ini.

Sebagian kelompok Kakak senior memakai almamater berwarna biru laut dan sebagian lagi memakai almamater berwarna hitam. Kenapa warna jas mereka berbeda? Apakah karena berbeda kelas, ya? Mungkin saat ini mereka belum menjelaskannya, tapi aku yakin pasti ada arti dibalik perbedaan warna itu.

Aku pun melihat ke arah barisan terdepanku, rupanya kelompokku akan dipimpin oleh seorang perempuan. Semoga kelompokku bisa kompak dan selalu berhasil menyelesaikan tugas-tugas dari para senior itu. Aku tidak mau kami mendapat masalah lain seperti kelompok yang sedang menerima hukuman itu. Hufth...

Tak berapa lama, kakak pembimbing pun mengajak kelompokku memisahkan diri dari kerumunan dan membentuk kelompok kecil. Mereka memulai misinya dengan memperkenalkan sekaligus mengakrabkan diri dengan kami.

"Kenalin ya adik-adik, aku Vera. Kalian bisa panggil aku Kak Ve. Ini teman-temanku Kak Aska, Kak Indah dan Kak Bayu. Mulai hari ini, lebih tepatnya selama MOS kedepan kita akan selalu bersama-sama. Dimana pun kalian, begitu sampai ke sekolah harus segera berkumpul dan mencari kami. Karena kalian belum mendapatkan kelas kan? Jadi mulai sekarang kalian harus hafal dengan wajah dan nama-nama teman sekelompok kalian juga kami yang akan menjadi pembimbing kalian. Sampai di sini ada yang belum paham atau mau ditanyakan?"

"Maaf kak, saya mau izin ke toilet, bisa?" salah satu teman sekelompokku memberanikan diri dengan gugup. Bisa terlihat jelas dari name tag yang mengalung di lehernya, ia bernama Taufik.

"Boleh silahkan, toilet ada di sebelah sana ya. Di ujung. Dari sini kelihatan ya tanda toiletnya." Jawab kak Ve dengan senyum. Sepertinya dia baik.

"Ada lagi yang mau ditanyakan? Kalau tidak ada kita mulai perkenalan dulu ya. Kalian bisa menyebutkan nama dan asal sekolah dan hobi kalian masing-masing bergantian. Ayo silahkan, dimulai dari ketua kelompoknya dulu ya."

"Siap, kak! Perkenalkan, nama saya Silvia. Asal sekolah SMP negeri 02 Jakarta. Hobi saya menonton drama Korea kak."

Eh... apa-apaan dia? Apa yang seperti itu juga disebut hobi?

"Wah... Kalau begitu sama denganku. Aku Lee Minho lovers lho, hihihi... Oke selanjutnya silahkan."

Setelah beberapa orang, kini giliranku memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama saya Muna. Asal sekolah saya SMP negri 08 Jakarta. Hobi saya membaca novel."

"Hmm... Oke, bagus terimakasih. Selanjutnya?"

Ada apa dengannya? Kenapa dia melihatku seperti itu? Matanya menatap tajam dari ujung kepala sampai ujung kakiku. Apa karena gaya pakaianku?

Sesi perkenalan pun selesai. Lagi-lagi dari speaker terdengar komando untuk segera kembali berbaris di lapangan.

"Semuanya kembali ke lapangan dan langsung membentuk barisan dengan kelompoknya masing-masing. Tolong dibantu dirapikan ya kakak pembimbing."

"Siap kakak..." Kak Vera ikut menyahut.

"Sebelum upacara inti, kita akan sama-sama menyaksikan hiburan yang akan dibawakan oleh teman-teman kita yang sudah sudah dengan keikhlasan hati menyiapkan persembahannya untuk kita ya. Semua teriak 'cekidot' ok! Ayo teriakan sama-sama, 'cekidot'!"

Astaga... terlalu memaksakan kehendak.

Penampilan demi penampilan dari teman-teman yang mendapatkan hukuman menjadi pelawak pun akhirnya berakhir. Ada 3 kelompok yang terbentuk dari mereka dan mereka pun mendapatkan kakak pembimbing seperti kami.

"Baiklah, setelah ini kita akan sama-sama mendengarkan sambutan-sambutan dari guru-guru kita semua ya. Ada kepala sekolah, kepala kesiswaan juga dari pembina OSIS dan Ketua OSIS langsung. Oke dengarkan dengan tenang, jangan ada yang ribut ngobrol di belakang ya. Karena kakak-kakak senior siap memantau kalian dari pinggir lapangan dan bersiap menjemput jika ada yang menarik perhatian pastinya hahaha..."

Lamanya sambutan yang diberikan berhasil membuat kami semua menjadi ikan asin, lho kakak-kakak sekalian. Teganya mereka menjemur kami di tengah lapangan seperti ini. Sudah setengah jam kami mendengar petuah dari para guru. Sampai akhirnya muncullah sosok makhluk rupawan yang menjadi angin segar cewek-cewek jomblo di sini. Tapi tidak termasuk aku. Karena apa yang kurasakan tak seperti apa yang mereka rasakan.

Andika...?

***