Mile sepertinya salah dengar. Dia pun berdebar sangking gilanya sensasi ditawari lelaki masokis ini. Tapi segera menggeleng. "No, no, no," katanya. "Itu terlalu beresiko. Kau tidak menyukaiku. Dan aku belum menyukaimu. Kalau pun kita berhubungan seks sebentar, itu tak masalah. Tapi setelahnya apa? Tidak akan ada yang berubah."
"Fuck."
Brugh!
Apo pun mendorong Mile sangking kesalnya dia dengan penolakan. Bagaimana pun rasa penasarannya sudah di ujung tanduk. Dia ingin tidur dengan Mile, lalu meninggalkan lelaki ini. Sudah, selesai. Lagipula dia selebrita. Banyak projek besar menanti kalau untuk kabur saja. Tinggal menyetujui tawaran main film di Rusia, maka Apo benar-benar terbang.
"Apo! Hei!"
Apo menaiki perut Mile dan langsung melepas sabuk celana lelaki itu. Dia memang tampak kesulitan dengan posisi kakinya yang belum sembuh, tapi terlampau emosional. Mau didorong seperti apa, tak gentar. Dia bahkan memberikan deathglare untuk Mile Phakpum. Lalu meraup penis besarnya.
"Kau akan menyukai ini," kata Apo.
Mile pun pening seketika. Pasalnya mereka di haluan kapal, yang artinya tempat paling depan dari kendaran itu. Angin pun menyerbu tubuh keduanya yang melakukan oral seks. Apo juga tampak ahli melakukan gerakan mulutnya, sementara matahari terik menyoroti dari atas sana.
"Hhhh, hhh," keluh Mile karena gejolaknya terlalu gila. Dia lupa kapan terakhir melakukan hubungan intim sangking sibuknya di USA, dan sekarang menghadapi manusia seperti Apo.
Coba katakan, ini kesialan atau keberuntungan? Apo bahkan tampak menikmati momen-momen sperma Mile muncrat di wajahnya, lalu menjilat jari di depan mata lelaki itu.
"Kenapa? Kau tidak suka pasangan yang nakal? Bagus," kata Apo. "Tinggal selesaikan saja sekarang. Terus antar aku pulang."
DEG
"Apa katamu?"
"Bukankah kau suka sub yang senang bergantung? Atau tadi aku salah dengar saja," kata Apo. Dia tak peduli dengan para awak kapal yang syok hingga melipir pergi. Dia benar-benar menelanjangi diri sendiri di depan Mile, lalu mengocok penisnya dengan ekspresi santai. "Hhh, hmmmh, ahh ...."
Apo pun mendongak dengan gestur tubuh super seksinya. Dia membuka kaki tanpa basa-basi, dan memakai sperma Mile dari wajahnya untuk melonggarkan lubangnya tanpa bantuan.
Persetan dengan Mile Phakpum. Apo adalah pecinta kebebasan dan coba-coba. Untuk apa menerima pengikatan darinya? Bedebah!
"Apo, stop," kata Mile yang tidak tahan dengan pemandangan itu. Dia bukannya tak suka, tapi sangat menghormati reputasi Apo Nattawin. Lelaki itu pun panik melepas jas luarannya, lalu menutupi tubuh indah tersebut.
"No, kau takkan bisa menahan aku," kata Apo yang tepat mengocok. Dia malah menarik Mile untuk berciuman lagi, walau si bungsu Romsaithong mulai uring-uringan.
"Apo, kubilang hentikan ini!"
"MINGGIR!"
Brugh!
Kalah cepat, Mile pun ambruk ke belakang dengan Apo yang menindihnya kedua kali. Lelaki itu tampak sama uring-uringannya, lantas memasukkan penis Mile ke salam dirinya.
"Ahh," desah Apo dengan wajah seduktifnya. Dia mungkin tidak sadar raut itu kelemahan Mile, hingga membuat si bungsu kehilangan akal. Mile pun berdecih saat Apo mulai menggerakkan pinggul, lalu balas mendorong ke belakang. Dia membalik posisi mereka karena sudah sangat kesal. Apo malah tertawa-tawa puas karena merasa berhasil. Bahkan memberikan simbol "fuck" dengan jari tengah ke udara saat Mile terlihat kecewa.
"Kau akan menyesali perbuatanmu," kata Mile sebelum memutuskan ikut alur. Dia pun mengguncang tubuh seksi dengan pinggang ramping itu, dan tidak menurunkan kecepatan agar Apo kapok. Pikirnya, jika lelaki ini tahu sebrutal apa dirinya saat menggarap tubuh pasangan, Apo akan tunduk di lain hari. Dengan meminta pelan-pelan, mungkin?
Tapi sepertinya gagal total.
Makin keras tumbukan Mile, makin gila juga Apo Nattawin. Dia sepertinya tak peduli hari esok, jadi dihantam berapa kali pun tidak masalah. Bahkan saat dibalik jadi telungkup, Apo pandai berpegangan meski kakinya terasa sakit. Dan itu tampak tidak mempengaruhi dirinya.
Mile pun jadi frustasi sendiri. Dia akhirnya melepas Apo setelah ronde ketiga. Lalu mendekapnya erat. "Brengsek mana lagi yang ingin kau kejar, katakan," tuntutnya karena melihat masa depan Apo meninggalkannya besok pagi. Lelaki itu malahan terkekeh santai, padahal telanjang bulat sendirian di pelukan Mile. Dia menatap langit dengan senyum yang sangat manis. Keringat di tubuhnya bukan apa-apa. Dan cairan yang membanjir di dek kapal bukan beban di wajahnya.
"Tidak ada. Kan sudah kubilang ingin mencicipimu saja," kata Apo.
"Ha ha ha ha ha! Aku sudah tahu rasanya bercinta dengan calon presdir. WOHOOOO!! MUNCAS GRASIAS!" teriaknya seperti orang tidak waras. (*)
(*) Muncas grasias adalah Bahasa Spanyol. Artinya "terima kasih banyak", jadi Apo ini selebriti pinter. Bukan cuma ngandelin dunia entertainment aja. Dia menguasai beberapa bahasa.
Mile pun tersinggung karena Apo benar-benar tidak serius dengannya. Setidaknya niat saja tidak ada, apalagi diajak bertahan. Tapi, seperti kata Apo sendiri. Harga dirinya sebagai dominan terlanjur diinjak-injak. Mile pun tak terima hingga memborgol Apo Nattawin. Jadi lelaki itu tidak bisa pergi seperti rencana dalam kepalanya.
Kacrak! Kacrak!
DEG
"Hei, apa ini?" tanya Apo saat baru bangun tidur. Dia menarik-narik dua tangannya yang terberangus. Sementara Mile pura-pura tidak tahu.
"Bukan apa-apa. Aku mau mandi dulu," kata Mile yang melipir pergi begitu saja.
Apo pun seketika panik, lalu berteriak keras. "Tunggu! Calon tuan presdir! Brengsek! HEI! LEPAS!" katanya. Namun Mile malah membanting pintu.
Brakh!
Wajah Apo seketika dihias pias. Dia pun berusaha mengeluarkan tangan dari borgol-borgol, tapi tetap saja gagal. Yang ada sakit dan kulitnya lecet-lecet. Apo pun menatap laci nakas dan mencari-cari kunci, tapi Mile sepertinya menyembunyikan benda itu.
"FUCK! BANGSAT!" teriak Apo, tapi dia yang kesal setelah menendang selimut. Sebab kakinya jadi sakit sendiri, dan Mile yang terlihat puas karena Apo tidak jadi pergi.
"Lihat kan? Masa depan bisa dirubah. Dan diantara kita hanya aku yang tahu gambaran itu," kata Mile setelah duduk di tepi ranjang. Dia meraih pipi Apo, walau dipelengosi. Lalu menggenggam tangannya. "Karenanya, percaya saja dan ikuti caraku. Kita lakukan ini pelan-pelan. Saling mengenal dan biarkan prosesnya berjalan."
"Sudi siapa," kata Apo. Tapi lantas memperbaiki ucapannya. "Kau, bukannya kurang di suatu prespektif. Tapi aku ini tidak suka hubungan resmi! Paham tidak sih? ITU BEBAN, MILE! Keparat mana yang sanggup membuatku diam? Pokoknya aku menolak yang barusan!"
"Jadi kau lebih suka bebas daripada berpasangan?"
"Tentu saja. Punya kekasih itu merepotkan. Harus tanggung jawab di sana-sini. Tidak perhatian sedikit diprotes, lupa momen anniversary bertengkar ... cih. Toh aku bisa hidup sendiri. Siapa juga yang ingin berlaku sundal cuma demi uangmu? TIDAK BUTUH!"
Mile justru menyeringai perlahan. "Hm, aku jadi semakin tertantang."
DEG
"APA?! Eh--"
Ssssakkhh!
Dengan kerah yang dijambak, Apo pun mendekat untuk mendengarkan desisan Mile Phakpum. "Kita buktikan saja kalau begitu," katanya. "Diantara kita berdua, siapa yang berakhir menang dalam kompetisi ini."