webnovel

Billionaire Baby

Billionaire Baby Konten dewasa 21+ Ini kali kedua, Fira tidak akan menyangka hidupnya harus memilih dua orang bukan siapa-siapa. Cintanya telah terbagi, bahkan dia harus merelakan separuh harga dirinya untuk pria bukan status cintanya. Demi pria dia cintai, Fira harus berkorban untuk harga dirinya menjadi seorang pemuasan cinta pada pria tidak dia kenal. Bahkan dia harus merahasiakan siapa anak yang dia lahirkan. Demi martabat dirinya merelakan semua cemooh dari keluarga terdekat hingga orang dia cintai juga membencinya. Bagaimana cara Fira memilih mengorbankan dirinya difitnah atau mengorbankan anaknya ditangan pria yang tidak dia kenal? Publish tgl. 19 April 2021

Lsaywong · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
26 Chs

Bagian 16.

Malam telah tiba, Fira sedari tadi mencari makanan di layar hapenya. Sampai sekarang belum juga cocok sesuai seleranya. Bolak balik terus dia mencari menu makanan yang pas.

Ervan mencari keberadaan istrinya, ternyata istrinya ada di pojok samping halaman rumah sambil meng-stalking menu aplikasi go-food.

"Sayang, sedang apa?" tanya Ervan ikut duduk bersama istrinya.

"Hmm, sedang cari makanan," jawabnya sambil meng-scroll menu gambar di layar hapenya itu.

Ervan pun ikut mengintip, gambar makanan semua sangat lezat disayangkan tidak sesuai dengan seleranya. Makanan barat, apalagi harga makanan online sudah bisa beli bakso tiga mangkok.

Fira berhenti, dia melihat gambar sesuai dengan seleranya. Namun lokasi tempat jual makanan itu sangat jauh. Harga ongkir saat antar sudah memakan waktu seleranya.

Ervan tau, istrinya sedang ngidam sesuatu, tapi melihat wajah istrinya sedang bete banget. Dia pun beranjak dari duduknya kemudian mengulurkan tangan ke arah Fira.

Fira yang melirik sebuah tangan padanya, dia pun mendongak. "Ayo!" ajak Ervan.

"Memang mau ke mana?" tanya Fira pada Ervan.

"Sudah ikut saja, nanti juga kamu tau, kok," ucapnya, meraih tangan istrinya dan ikut dengannya. Dia ambil kunci mobil milik abangnya.

"Bang! Pinjam mobil bentar, ya?" izin Ervan pada Kevin.

"Memang mau ke mana?" tanyanya pada Ervan.

"Jalan-jalan sebentar," jawabnya kemudian. Kevin mengizinkan, tanpa bertanya lagi. Lalu istrinya Kevin keluar dari kamar setelah menidurkan kedua putranya itu.

"Mau ke mana mereka?" tanya Rinda pada Kevin.

"Biasa, palingan lagi ngidam istrinya, macam gak tau saja kamu masalah wanita yang sedang hamil itu?" jawab Kevin, turun dari duduknya yang sejak dari tadi menikmati udara malam. Rinda tidak bertanya lagi, kemudian dia kembali masuk lagi ke dalam.

Dalam perjalanan, Fira dari tadi diam. Setelah Ervan membawanya keluar. "Kita mau ke mana, Sayang?" Fira pun membuka percakapan setelah beberapa menit terdiam.

"Kamu mau ke mana?" jawab Ervan santai, sambil menunggu lampu berubah jadi hijau. Fira melihat sekitar luar jalan. Mulai sepi jalanan kota. Lalu tanpa sengaja Fira melihat salah satu toko kue.

"Sayang, bisa ke sana?" tunjuk Fira pada Ervan. Ervan mengikuti arah jari istrinya, sebuah toko kue. Dengan logo papan sangat besar AMANDA kue brownies. Tanpa protes, lampu sudah berubah hijau, Ervan pun mengarah ke toko tersebut.

Fira keluar dari mobil dan di susul oleh Ervan. Mereka masuk bersama. Tidak terlalu ramai pengunjung itu, hanya ada beberapa orang saja. Saat ini Fira pengin makan kue brownies. Tadi dia sempat lihat di go-food, karena ongkirnya mahal, jadi dia mengurungkan niat untuk pesan.

Fira melihat-lihat kue dipajang di tempat kaca lemari itu. Sepertinya menggiurkan. Tapi Fira tidak menemukan kue dia inginkan. Ervan juga melihat-lihat kue tersebut. Tapi Ervan tidak terlalu doyan dengan kue bermanis. Seakan giginya ngilu setelah melihat kue itu.

"Selamat malam, Mbak, ada yang bisa saya bantu?" Setelah beberapa menit Fira berdiri melihat kue di depan matanya. Seorang penjaga toko menyapa dengan baik.

"Kue Brownies rasa pandan, gak ada, ya, Mbak?" tanya Fira pada penjaga tokonya.

"Habis, Mbak," jawab penjual tokonya.

Fira merenggut, padahal dia berharap masih ada kue itu. "Memang sudah habis benaran, ya, Mbak?" tanya Fira lagi.

"Iya, Mbak. Tinggal satu-satunya brownies-nya, atau bisa ganti rasa lain, ada brownies rasa mocca, wafel, kacang," jawab penjual tokonya lagi, kemudian memberi tawaran kepada Fira.

Fira menggeleng, padahal dia pengin banget brownies dia incar. Ervan mendekati istrinya. "Kenapa, Sayang?" Melihat istrinya sedih begitu.

"Kuenya habis, Sayang," ucapnya sedih.

"Ya sudah, bisa beli yang lain, atau mau cari di tempat lain? Mungkin ada kue yang sama?" Ervan membujuk istrinya.

Ervan dan Fira keluar dari toko itu, di samping mobil itu seorang wanita berkisaran lima puluh tahun, sedang berdiri menunggu supir pribadi menjemput. Ketika mobil itu tiba di depan toko tersebut. Seorang pria tua keluar dari mobil dan menghampiri wanita itu.

"Maaf, Nyonya. Tadi ada kecelakaan di jalan, jadi agak terlambat datang menjemput," ucap pria itu merasa bersalah pada majikannya.

"Tidak apa-apa, Herman," kata wanita itu, lalu dia berikan bingkisan kue dia beli tadi.

Ketika supir itu membawa bingkisan kue ke mobil, wanita itu hendak untuk masuk ke mobil namun melihat seorang wanita muda merengek sedih.

"Tapi, aku mau kue itu, Sayang! Percuma kue itu hanya ada satu tempat. Cari di mana pun tetap gak ada kue yang sama di aplikasi go-food," ucap Fira pada Ervan.

Ervan pun menggaruk-garuk rambut kepalanya, dia juga bingung. Bagaimana cara buat bujuk istrinya. Wanita itu menoleh dan mengamati wajah wanita muda tersebut.

"Iya, Sayang. Aku tau, jadi bagaimana dong? Kue nya habis. Bagaimana besok kita kembali beli lagi?" Ervan sekali lagi membujuk istrinya.

"Gak! Aku mau sekarang, mana ada lagi selera buat besok. Aku mau sekarang bagaimana dong?!" kukuh Fira dengan keinginannya tersebut.

Wanita itu pun menghampiri dua sepasang suami istri itu. Dengan kesopanan, dia pun menyapa. "Maaf, ada apa, ya? Mungkin saya bisa bantu?"

Fira dan Ervan menoleh, Ervan dengan cepat membalas sapaan wanita tua ini. "Istri saya lagi ngidam kue bulo brownies pandan, cuma kuenya sudah habis di beli sama Ibu-Ibu, jadi ..."

Wanita itu melihat Fira sebentar, dengan sigap memandang wajah Fira cukup lama. "Dia...."

"Nyonya Marika!" Herman memanggil wanita tua itu. Ya, wanita yang disebut adalah Marika Himawari Sanjaya, Ibunya Alex.

"Aku bilang gak mau besok, Sayang! Aku mau sekarang, ngerti gak sih! Aku mau kue itu malam ini?!" bentak Fira, Ervan terdiam setelah dibentak oleh istrinya sendiri. Baru sekarang dia melihat Fira begitu marah setelah apa yang dia inginkan tidak terpenuhi.

"Herman, bisakah kamu bawa kue yang tadi saya beli?" pinta Marika kepada supirnya.

Tanpa dibantah Herman pun kembali ke mobil dan mengambil kue itu ke Marika.

"Ini, Nyonya," Herman menyerahkan kepada Marika sebuah bingkisan kue itu kepadanya. Marika pun mendekati dua sepasang suami istri itu.

"Oke, Oke, aku minta Mbak nya bikin lagi," Ervan hendak masuk kembali ke toko itu, tapi dicegah oleh Marika.

"Tidak perlu, ini saya belikan satu untuk istri kamu yang sedang ngidam sepertinya," ucap Marika senyum pada Ervan. Ervan dengan sigap terdiam setelah disapa lagi oleh wanita tua ini.

"Bagaimana Ibu tau, kalau istri saya lagi ngidam?" Ervan bertanya pada Marika.

Marika dengan bawaan santai dia pun tersenyum pada Ervan. "Insting seorang wanita itu tidak peka, Anak muda. Agak sulit jika seorang wanita sedang ngidam sesuatu tidak di kabulkan, hal itu bisa menghancurkan suatu hubungan," kata Marika pada Ervan.

"Lalu bagaimana dengan Ibu, ini kan kue...."

"Tidak apa-apa, saya beli rasa lain. Sudah berikan kepada istri kamu, kasihan janin di kandungan," ucap Marika memberikan bingkisan kue kepada Ervan.

Ervan jadi tidak enak hati dengan Marika, dengan cepat dia menerima, dan mengucapkan Terima kasih kepada Marika.

Ketika Ervan berikan kue diinginkan oleh Fira. Dengan wajah ceria itu pun tercetak. Ervan lega, jika bukan Ibu tadi yang mulia baik entah apa yang akan terjadi pada istrinya nanti malam.

"Nyonya, apa tidak apa-apa kue itu diberikan sama dua sepasang suami istri itu?" tanya Herman pada Marika setelah dia masuk ke mobil.

"Tidak apa-apa, saya malah tidak ingin sesuatu terjadi pada calon cucu saya di sana. Calon cucu keluarga Sanjaya, kedudukan itu akan membangkitkan bisnis ke depannya," jawab Marika pelan. Herman tidak tau maksud jawaban majikannya. Yang pasti majikannya melakukan atas kebaikan ke wanita yang sedang ngidam itu.