webnovel

skenario yang sangat buruk

"Hei, ada apa denganmu, kawan?? Apa yang salah denganmu??" Pria berwajah berbintik-bintik itu mulai berteriak lebih keras ketika dia berbalik ke seorang turis yang duduk di seberang nya. Itu adalah sekarang yang memakai kaca mata, duduk si sebalah Arya. "Tuan, kamu nampaknya seperti orang yang berpendidikan, bisakah kamu mengatakan sesuatu kepada pria yang tak tau malu ini?"

"Siapa yang kaku panggil tidak tau malu?" Pria berambut keriting itu tidak bahagia, memutuskan untuk beralih ke pria berkacamata juga. "Tuan, tolong beritahu kami milik siapa tab ini?"

"Hmmmm" Lelaki berkacamata itu meletakkan jarinya di wajah dan mulai mendorong kacamata nya. Dia berbicara setelah ragu beberapa saat. "Aku seorang profesor sebuah perguruan tinggi, karna kalian berdua menaruh kepercayaan kepadaku ,aku akan memberikan kepada kalian berdua solusi yang adil untuk sebuah masalah ini."

"Silahkan" Baik pria berwajah berbintik-bintik dan pria berambut keriting mengangguk serempak, wajah mereka cemas ketika mereka menatap Profesor universitas yang memproklamirkan diri.

"Secara logika, tab itu berasal dari kaleng soda pria ini di sini, jadi sudah sewajarnya itu menjadi milik nya.." Pria yang berwajah berbintik-bintik itu mulai menyeringai ketika mendengar kata-kata Profesor itu, sementara pria berambut keriting di sisi lain mulai panik ketika dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. Profesor itu mengangkat tangan nya untuk menghentikan nya sebelum melanjutkan. "Namun pria ini memang membuang tab nya dan tuan mengambil nya. maka tidak mengherankan bahwa kamu harus menjadi orang yang membawa pulang tab.."

"Tapi tuan, kamu mengatakan pada diri sendiri bahwa tab ini milik aku" Pria berwajah berbintik-bintik itu berkata, wajahnya semakin pucat mendengar kata-kata itu.

"Bagaimana dengan ini? Mengapa kalian tidak membagi saja uang dari hadiah itu? Seharusnya itu adil jika kalian berdua membagikan nya!"

"Membagikannya?" Si pria berambut keriting itu ragu sejenak. "Baik aku bisa melakukan nya.

Laki-laki itu mungkin mengenali cacat dalam logika laki-laki berkacamata, akan tetapi laki-laki berwajah berbintik-bintik, di sisi lain dia mengerti bah tab pada akhirnya berada di tangan pria lain. Jika dia menentang ide yang di setujui oleh orang berambut keriting, dia mungkin tidak akan mendapatkan apa pun, dia berpikir akan lebih baik jika mendapat kan setengah dari pada tidak mendapatkan sama sekali.

"Baik, kita akan membaginya." Kata pria berwajah berbintik-bintik itu.

Profesor mengambil tab dari mereka dan memeriksanya. "Baiklah di katakan di sini bahwa kalian bisa mendapatkan uang sebanyak seratus RMB dan akan di Potong dua puluh persen dari pajak, kalian berdua memiliki delapan puluh RMB yang tersisa. untuk menguangkan tiket ini nantinya akan sedikit bermasalah, bagaimana jika salah satu dari kalian disini memberikan uang sebanyak tiga puluh RMB ke salah satu dari kalian, dan yang menukar kupon tersebut dengan uang akan mendapatkan delapan puluh RMB, bagaimana menurut kalian apakah itu ide bagus?

"Ya itu sangat bagus" Pria yang berwajah berbintik-bintik itu merasa puas selama dia bisa mendapatkan bagiannya, dia setuju tanpa ragu ketika dia berkata kepada pria yang berambut keriting. "Beri aku tiga puluh ribu kalau begitu, kamu bisa menjadi orang yang menukarkan tiket."

"Uuuhhhh" Lelaki berambut keriting itu menepuk saku nya secara tidak sadar sebelum melihat kembali pada pria yang berwajah berbintik-bintik. "Aku tidak memiliki uang bersama ku, mengapa tidak kamu saja yang memberikan uang tiga puluh ribu RMB kepada ku? Itu akan lebih baik jika kamu nanti nya yang menukarkan kupon tersebut."

"Aku juga tidak memiliki uang bersama ku" Pria berwajah berbintik-bintik itu berkata, mengerutkan kening. "Maksudku coba kamu lihat bagaimana kondisi aku, bagaimana bisa aku mempunyai uang tiga puluh ribu?"

"Profesor tolong berikan kami beberapa ide, kami sama-sama tidak memiliki uang bersama kami." Pria yang berwajah berbintik-bintik berpaling ke arah profesor sekali lagi.

Dia menghela nafas sebelum dengan susah payah memberikan saran. "Hmmmm kenapa kalian tidak mengambil uang dari aku saja masing-masing tiga puluh ribu, dan biar aku yang menukarkan tiketnya?"

Kedua lelaki itu saling memandang sebentar dan mereka berpikir kalau mereka masih akan masing-masing mendapatkan tiga puluh ribu. "Itu bagus. Ayo lakukan itu kalau begitu."

Tampaknya senang profesor itu meraih tasnya dan mulai mencari ke dalam tasnya. Namun kegembiraan di wajahnya tidak bertahan lama, dan semakin cepat dia mengeledah tasnya dan semakin buruk wajahnya, dia basah kuyup saat melihat ke dalam tas nya. "Sial ternyata aku tidak membawa uang sebanyak itu hari ini, aku hanya memiliki tiga puluh hari ini, kalian mungkin tidak tahu bagaimana cara menukarkan kupon pemenang itu juga, dan ahhhhhh... Uang itu hanya akan menjadi sia-sia, sungguh sangat di sayangkan."

"Hah? Kedua pria itu berkedip. Tak satu pun dari mereka memiliki uang, jadi bagaimana uang itu di maksudkan untuk di bagi pada saat ini? Pria berwajah berbintik-bintik itu mulai berdiri untuk meredakan kecemasannya. "Profesor kamu berpengetahuan luas dan berbudaya tidak bisakah kamu memikirk kan sebuah ide yang lain?"

"Yah.. Bagaimana kalau kita bertanya kepada orang lain?" Dengan itu profesor beralih ke orang yang berada di sebelahnya yaitu Arya, "Teman, ini adalah kesempatan kecil seumur hidup mu, apakah kamu memiliki uang enam puluh ribu untuk di berikan kepada keduanya? Yang perlu kamu lakukan adalah menukarkan kupon tersebut dan kamu akan mendapatkan keuntungan dua puluh ribu, itu tidak terlalu sulit untuk di lakukan bukan? Sebenarnya aku ingin melakukannya sendiri cuma seperti yang kamu lihat aku tidak membawa uang bersama ku hari ini."

Arya telah memperhatikan kinerja mereka bertiga sepanjang waktu, dan dia menemukan bahwa ekting mereka bertiga sangat lah buruk, ketiga jelas merupakan tim penipu yang amatir.

Laki-laki berwajah berbintik-bintik adalah penggagas nya dan pria berambut keriting adalah pelaku nya dan sang profesor adalah sang mediator.

Memang Arya tumbuh di pegunungan akan tetapi dia bukan orang bodoh yang idiot, di bawah pakaian Arya yang nampaknya seperti petani itu dia berhasil membaca gerak gerak mereka bertiga dengan sangat baik dengan pengetahuan nya. Tidak banyak yang bisa menyamai Arya dala hal seperti ini, apalagi mereka bertiga hanya penipu kelas amatir seperti itu.

"Aku?" Kata Arya, memasang wajah kaget terbaiknya. "Apakah itu tidak apa-apa?"

"Tentu saja tidak apa-apa, itu adalah kesempatan yang langka yang bisa kamu dapatkan anak muda." Profesor itu sangat bahagia ketika melihat Arya menjawab dengan bertanya apakah itu tidak apa-apa bukan mengatakan kalau dia juga tidak memiliki uang. Lagi pula biasanya orang yang merespon seperti itu adalah orang yang memenuhi syarat.