webnovel

Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

DICARI!!! Seorang perempuan muda, usia tidak lebih dari 23 tahun, cantik, menarik, mulus, dan belum pernah menikah alias masih perawan untuk melahirkan minimal 3 anak. Akan dinikahkan dengan seorang billionair tua dan cacat. Kompensasi berupa uang 100 juta perbulan sampai melahirkan 3 anak. Dan kompensasi perceraian berupa uang 1 milyar, 2 apartemen mewah, dan 1 kendaraan mewah. Calista Ardiningrum menghela nafas panjang membaca sebuah postingan di akun IG maklampir, sebuah akun gosip yang memiliki jutaan follower dan beritanya selalu tajam aktual namun belum dipastikan kepercayaanya. Ribuan komentar beragam ada yang menertawakan, mengejek, mencemooh, bahkan ada yang menghina sampai ke urat. Calista adalah seorang mahasiwi jurusan keguruan sebuah universitas negeri ternama di Jakarta yang juga bekerja paruh waktu sebagai office girl di sebuah perusahaan multinasional ternama di ibukota demi membiayai kuliahnya sendiri. Dia juga anak rantauan dari kota gudeg yang ayahnya hanya seorang tukang becak dan ibunya penjual jamu gendong keliling. Calista anak pertama dari 2 bersaudara. Adik laki-lakinya masih menyandang status pelajar SMK yang setelah pulang sekolah menyambi jadi pengamen di sekitar stasiun Tugu ataupun sepanjang jalan Malioboro. Tapi, kenapa dia sampai begitu perhatian dengan postingan dari akun gosip tersebut? Karena tiba-tiba ibunya menelepon kalau ayahnya menjadi korban tabrak lari sebuah mobil yang tidak diketahui pemiliknya. Kini ayahnya masuk ICU dan harus membayar puluhan juta untuk biaya operasi. Calista tidak tahu harus meminjam kemana karena uang sebanyak itu tentu saja tidak akan mudah didapatkan dalam waktu singkat. Sedangkan, phak rumah sakit berkata semakin cepat uangnya tersedia maka operasi pun akan secepatnya dilakukan. Apakah Calista akan mengorbankan hidupnya demi menolong ayahnya? Temukan jawabannya di novel ini .... *** Terima kasih untuk semua readers yang bersedia meluangkan waktunya membaca novel kedua saya, yang kemungkinan besar akan hadir dalam versi bahasa Inggris juga. Author selalu setia menunggu komen, vote power stone, dan gift yang teman-teman berikan di setiap chapternya. Silahkan menikmati karyaku lainnya: 1. Cinta Tak Berbalas 2. Angel's Blue Eyes 3. Tetaplah Bersamaku! 4. My Lovely and Sassy Wife 5. Runaway Ex-Wife

Anee_ta · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
555 Chs

BAB 18: Tertidur Pulas

"Ckckck, susah juga yaa. Dia terlalu obsesi padamu. Sudah bicarakan baik-baik padanya untuk menjauhimu?" Tanya Jack lagi.

"Many times. Dan, dia seperti pura-pura tidak mendengar." Jawab Darren kesal sambil melempar pulpen di tangan.

"Kalau begitu, kamu abaikan saja kalau dia datang. Jangan disambut dan jangan dilayani. Nanti dia akan lelah sendiri." Ucap Jack santai, sesantai penampilannya dengan dalaman kaos kasual warna putih dibungkus jas simpel warna navy dan celana jeans biru.

"Aaah sudahlah, kenapa membicarakan Britney. Oya, nanti malam aku tidak datang dulu ke klabmu. Malam ini kantorku lembur karena kami baru deal tender 1 trilyun dengan developer pembangunan resort di Bali. Nanti malam aku dan Andrew akan mengumpulkan tim untuk survey kesana." Ucap Darren sambil menyalakan laptopnya.

"Woow, 1 trilyun ke sekian kalinya yang kamu hasilkan. Tidak heran Britney tidak mau lepas darimu. Bahkan, mungkin semua wanita akan dengan senang hati menghangatkan ranjangmu." Ucap Jack.

"Yeah." Jawab Darren singkat.

"Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku pergi dulu." Jack bangun dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar. Namun, saat tangannya memegang handle pintu, dia berbalik menatap Darren yang masih fokus depan laptop.

"Hmm, aku boleh ajak sekretarismu keluar kapan-kapan? Sepertinya dia masih belum kenal siapa-siapa disini." Jack mengedip ke arah Darren yang dibalas Darren dengan tatapan iblis.

"HAHAHA.... Baiklah, aku tidak akan mengganggu dia. Kamu benar-benar bos yang posessif." Jack menggeleng-gelengkan kepala dan terkekeh sendiri.

Jack bukannya langsung menuju lift untuk turun, malah menyempatkan diri untuk menghampiri Calista yang sudah selesai makan siangnya dan sekarang sedang merapihkan file sebelum mulai bekerja.

"Hai...." Sapa Jack didepan partisi Calista.

"Oh, hai juga. Oya, kotak makannya...."

"Aku sudah suruh untuk buangkan, hmm? Oya, sepertinya kita belum berkenalan." Jack menaikkan alisnya.

"Oh, iya. Terima kasih rotinya. Kapan-kapan aku traktir kembali." Jawab Calista. "Namaku Calista." Lanjutnya.

"Aku Jack. Calista.... nama yang cantik. Secantik orangnya." Jack mulai mengeluarkan jurus merayu wanita seperti yang selalu dipraktekannya.

"Terima kasih." Baru saja Calista tersenyum membalas ucapan Jack, tak sengaja dia melihat Darren didalam ruangan sedang mengamati dirinya dengan tatapan mencekam. Calista menelan saliva dengan susah payah.

"Aku.... masih banyak pekerjaan. Maaf, aku tidak bisa mengobrol lebih lama." Jawab Calista takut-takut.

"Well baiklah, ini kartu namaku. Kalau kamu butuh sesuatu, jangan sungkan telpon aku." Jack memperagakan ibu jari dan jari kelingking seperti gagang telpon di telinga.

"Iya, terima kasih." Calista segera melanjutkan pekerjaanya kembali, sementara Jack berjalan pulang melewati ruangan Darren yang sudah kembali duduk di kursinya secepat kilat.

Hingga hari merangkak sore dan sampai jam 7 malam, tidak ada tanda-tanda karyawan di lantai ini akan meninggalkan kantor menuju rumah masing-masing. Calista yang sudah lelah dihari pertamanya bekerja, masih harus menunggu para manager dan Darren rapat sampai entah kapan selesai. Calista yang sedang menatap layar laptop dengan tangan kiri menyangga pipi kirinya, tiba-tiba tertidur pulas sambil duduk. Sementara tangan kanannya masih bisa memegang mouse laptop meski dalam posisi terdiam.

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Dan, rapat yang dimulai sejak pukul 6 sore itu pun selesai sudah. Darren yang berjalan bersama Andrew melewati meja sekretaris melihat Calista bisa tertidur pulas sambil duduk bahkan hampir terjatuh kepalanya berkali-kali namun balik lagi.

"Kita lanjutkan besok. Suruh dia pulang dengan supir yang tadi mengantar kesini. Aku akan pulang belakangan." Andrew mengangguk dan mulai menelepon supir yang tadi pagi mengantar Calista.

"Nona Calista, nona...."

"Haaa...." Calista menjawab dengan nyawa yang belum terkumpul semuanya.

"Pulanglah duluan. Supir sudah menuju kemari. Anda tunggu saja di lobi." Andrew berkata.

"Ohh, sudah selesai rapatnya?" Calista merenggangkan punggungnya dan menguap sambil menutup mulut.

"Sudah, barusan. Bos meminta anda pulang duluan." Andrew sekali lagi berkata agar Calista segera bersiap-siap.

"Baiklah. Sampai jumpa besok. Aku sudah ngantuk berat." Calista mengambil tasnya yang didalam laci dan menutup laptopnya. Calista berjalan melewati ruangan Darren tanpa berpamitan terlebih dahulu. Langkahnya yang gontai sambil menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir kantuk yang teramat sangat.

Darren yang melihat Calista melewati ruangannya, hanya mengernyitkan keningnya. Tapi, dilihat dari cara berjalannya, perempuan itu sepertinya sudah ngantuk berat. Jadi, Darren tidak akan membuat perhitungan dengannya... setidaknya saat ini.

Calista menunggu supir yang menjemputnya di lobi seorang diri. Tidak ada siapa-siapa lagi. Semua karyawan sudah pulang kerumah masing-masing. Hanya beberapa petugas keamanan yang masih seliweran mengecek ruangan satu persatu.

"Menunggu jemputan, mba?" Seorang bapak petugas keamanan menegur Calista yang dalam keadaan mengantuk masih duduk.

"Iya pak." Jawab Calista singkat. Sudah tidak ada upaya lagi dari dirinya untuk sekedar berbasa-basi. Kantuk yang menggelayut di pelupuk matanya terasa sangat berat untuk dibuka lebar-lebar.

"Lembur ya mba? Diatas masih ada orang tidak mba?" Jawab bapak petugas itu lagi.

"Masih pak, mereka baru selesai rapat. Sebentar lagi pasti pada turun." Tidak berapa lama Calista berkata, benar saja sekitar 4-5 orang manager turun bersamaan dan berjalan keluar dari lobi. Mereka tidak melihat Calista yang duduk di pojokan sambil menyandarkan bahunya ke tangan sofa. Bapak petugas keamanan yang tadi mengajak Calista berbicara langsung disibukkan dengan membantu para bapak manager mendapatkan mobilnya masing-masing.

Satu jam kemudian Darren turun ke lobi bersiap untuk pulang.

"Semua sudah pulang diatas. Kami terakhir." Darren berkata kepada bapak petugas yang masig berjaga didepan pintu lobi.

"Oh iya, kurang satu lagi tuan." Petugas itu baru teringat Calista yang masih tertidur di sofa. Dia setengah berlari menghampiri Calista. Dan, benar saja.... perempuan ini belum mendapat jemputannya. Calista tampak pulas dalam tidurnya sambil memeluk kedua tangannya dibawah dada dengan posisi setengah berbaring kesamping.

Darren yang penasaran, mengikuti laju bapak petugas keamanan itu. Dia sangat terkejut begitu melihat yang dimaksud kurang satu orang lagi adalah Calista.

"Jemputannya belum datang?" Tanya Darren heran.

"Belum ada mobil ataupun motor yang menjemput nona ini tuan. Sudah 1 jam lebih dia menunggu. Kasihan juga mana malam begini sudah tidak ada angkot lewat." Jawab bapak tersebut.

Darren menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghela napasnya. Andrew yang berjalan menyusul dibelakang Darren terkejut melihat Calista yang belum pulang.

"Sebentar tuan, aku telpon lagi supirnya. Terakhir saya telpon dia langsung bilang meluncur." Andrew menjauh dari kerumunan tiga orang itu dan menelepon seseorang diujung sana. Tampak Andrew sedang berbicara dengan nada keheranan.

"Tuan, mobil jemputan nona Calista mogok ditengah jalan. Sekarang pun masih belum selesai karena baru menemukan bengkel dipinggir jalan." Jawab Andrew.

"Huhh, bagaimana ini? Tidak mungkin membiarkan dia tidur disini. Andrew, mobilku sudah ada di depan?" Tanya Darren.