webnovel

Arman Sang Penakluk

Bagaimana rasanya menyaksikan kematian gurumu di depan matamu? Itulah yang dirasakan Arman, seorang pemuda ras manusia yang hidup di keluarga sederhana. Suatu saat dirinya berguru pada seorang tetua, untuk menaklukan Kingdom lain dan menyatukan dunia! Namun...gurunya dibunuh? Kampung halamannya diserang? Arman yg berhasil bertahan hidup, kini hanya memiliki 1 tujuan. Membalaskan dendam gurunya! Dibantu oleh beberapa sahabatnya dari berbagai Ras serta kakaknya ridho, ia mencari kelompok badik merah yang dipimpin oleh seorang pejabat pemerintahan... Dapatkah Arman membalaskan kematian gurunya dan menjadi sang penakluk dunia penuh misteri ini? Siapakah dalang dibalik pembunuhan gurunya? Akankah Arman memilih balas dendam atau melupakannya? Petualangan penuh balas dendam, persahabatan antar Ras dan makna hidup... Baca hanya di "Arman Sang Penakluk" Saya akan selalu berusaha tiap hari untuk mengupdate ceritanya. Jangan lupa untuk selalu mendukung karya-karya lokal di webnovel. nb : mohon maaf jika dalam penulisan masih terdapat kekurangan, secara baru belajar dalam penulisan novel

Si_Koplak · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
402 Chs

Bab 40 - Identitas Rini

Paman Rasyid menghentikan pembicaraanya dan mengajak Rini untuk ikut bersama mereka, namun sebelumnya dia menanyakan dulu ke Arman dan yang lainnya apakah mereka merasa keberatan Rini ikut atau tidak.

"tidak paman,!!!" jawab Arman yang masih kesal kepalanya dipatuk oleh Harpic.

"dia boleh ikut paman," jawab Ridho.

"baiklah, bagaimana denganmu Irwan,?!?!!" tanya paman Rasyid kepada Irwan yang terlihat sedang melamun.

"woi,!!! apa yang kamu pikirkan,?!?"

Karena tidak mendapatkan jawaban darinya, paman Rasyid lantas membentaknya dengan keras seraya memukul kepalanya.

"ouch, sakit,!!! .... kenapa guru memukulku,?!?" protes Irwan yang baru saja sadar dari lamunannya akibat pukulan dari paman Rasyid.

"ahahaha,!!! lagi bayangkan apa kamu bro,?!? sampai-sampai tidak menjawab pertanyaan dari paman," tawa Ridho yang melihat wajah Irwan yang kebingungan.

Rini yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil, baginya itu sudah biasa, dia sudah sering menjadi bahan lamunan setiap pria.