webnovel

Anak asuhku Anakku

mei_yama · Thanh xuân
Không đủ số lượng người đọc
53 Chs

30.

Sah....

Teriak para saksi yang menjawab pertanyaan pak penghulu. Riasan yang sederhana dan para saksi yang diundang juga tak begitu banyak hanya orang orang terdekat saja. Nando, Bilhan, Amanda, paman Rudy, pak Budi, Bimo, putri dan Tante Mella.

Kemana nyonya Kim? Mama Juno. Semenjak kejadian di rumah sakit itu Mama Kim selalu menghubungi Juno. Tapi Juno menyembunyikan hal ini dari Lily dan sengaja mengabaikannya. Juno merasa trauma jika mengingat bagaimana mamanya mencoba memisahkan Juno dan Namira. Bahkan nyonya Kim pernah berucap bahwa sampai kapanpun dia tidak akan pernah mengakui Embun sebagai cucunya.

Kiasan anak durhaka sudah tak di hiraukan lagi oleh Juno. Karena sejatinya lebih banyak orang tua durhaka yang semena mena kepada darah dagingnya lantaran merasa dialah pemilik sejati dari si buah hati. Mereka lupa semua hanyalah titipan semata. Bagi Juno kebahagiaan keluarga dan anaknya lah yang terpenting dalam hidup ini. Itulah prinsip yang di tanamkan oleh Ayah Juno. Berbanding terbalik dengan sang Mama.

Juno mengecup kening Lily lembut di iringi sorak Sorai bahagia para saksi. Acara hanya berlangsung sederhana karena pesta akan menyusul kemudian hari. Yang terpenting adalah sah nya dulu bukan kemeriahan pestanya.

"Nek bunda Embun tantik ya nek?" Celoteh embun kepada nyonya Mella yang memangkunya.

"Iya, bunda Embun yang tercantik" jawab nyonya Mella sambil tersenyum dan mencium pipi Embun.

*Anak itu jika ku perhatikan di memiliki sesuatu yang sangat membuatku teringat akan seseorang. Senyuman itu tidak asing* nyonya Mella berpikir dan mencoba mengingat sesuatu sambil menatap Lily.

🐚🐚🐚☺️

Malam harinya...

*Aduh, perasaan baru kemarin dia bilang tentang perasaanya. Terus sekarang aku jadi istrinya?* Lily berpikir di dalam kamar mandi.

Lily mencoba membaca sejumlah blog tentang malam pertama. Banyak hal yang lili tidak ketahui, bahkan berciuman pun Lily tidak pernah. Juno yang pertama dan teristimewa bagi Lily. Tapi Juno sudah sangat mahir akan hal itu semua terbukti dengan kehadiran Embun.

Lily belajar dengan tekun di kamar mandi dan sudah satu jam. Satu jam itu cukup membuat Lily paham dengan teori dan tinggal mempraktekannya bersama Juno. Rambut Lily yang basah tergerai dan hanya memakai handuk kimono milik Juno dengan aroma tubuh yang wangi dan menggoda keimanan seorang pria.

Dengan perlahan dan malu malu Lily membuka pintu kamar mandi. Harapan Lily Juno akan menyambutnya dengan tatapan mesra dan senyumnya yang menawan. Tapi kenyataanya, Juno sudah terlelap di atas ranjang sambil memeluk Embun.

Melihat itu Lily menjadi kesal sendiri dan berteriak terik membuka mulut lebar lebar dan memeluk dinding meski tanpa suara. Lebih mirip TV dalam mode mute. Lily berjingkrak jingkrak kesal dan memukul mukul dinding yang pasrah tak berdosa itu.

*Sial, bodohnya aku. Ngapain juga kelamaan di kamar mandi coba. Udah jelas jelas gitu loh dia berpengalaman dan tak bisa di ragukan lagi kejantanannya. Ngapain aku belajarnya lewat Gugel. Padahal kan dia lebih akurat ketimbang Gugel. Bodoh bodoh bodoh!* Lily memarahi dirinya sendiri atas kebodohannya.

*Lupa, juga aku kan ada Embun. Kalau enggak pindah ke kamar sebelah mana bisa gitu. Pasti dia nungguin Sampek ketiduran. Huh, udah deh gagal semua.* Lily mendengus kesal dan mengutuk diri sendiri.

Lily menggelar matras dan menata bantal di matras bawah. Sebelum tidur Lily mematikan lampu dan mengambil baju ganti. Sebelum Lily mengganti bajunya Lily sejenak menatap Juno yang kini sudah sah menjadi suaminya itu tertidur pulas. Lily mengusap lembut rambut Juno dan mengecup keningnya.

Rambut basah Lily mengenai kening Juno dan membuatnya terbangun. Juno membuka mata perlahan dan mendapati Lily sedang mengganti bajunya dengan membelakangi Juno. Nampak lekuk tubuh itu, putih mulus dan tak terjamah oleh siapa pun.

Dengan santai dan mengomel ngomel sendiri tanpa suara Lily asik bermonolog pada dirinya sendiri. Suara yang tak asing itu memecah keheningan malam.

"Ehemmm..." Juno berdehem sambil melihat Lily.

Lily sontak terkejut dan menoleh ke arah Juno. Celana tidur sudah di kenakannya tapi bajunya belum sama sekali. Lily hanya mendekap bajunya untuk menutupi dadanya dan menatap kepada Juno.

Juno yang melihatnya tersenyum sendiri dan menggeleng kecil. Lily bergegas memaki kaus oblongnya tanpa menggunakan bra. Lily yang gugup malah mengenakan kaus dengan terbalik. Dengan lancarnya Juno berdiri berjalan dan menghampiri Lily.

Lily hanya berdiri seperti membeku sambil menutup mulutnya yang melongo. Bercampur aduk semuanya antara bingung heran dan tak percaya. Juno berada tepat di hadapan Lily tersenyum lalu memeluk pinggang ramping Lily.

"Kamu... ka kamu...." Ucap Lily sambil menangkup pipi Juno yang ada di hadapannya.

"Kenapa kaget ya?" Tanya Juno santai sambil mencium pipi Lily.

Lily, melepas pelukan Juno dan menangis sambil berjongkok dan memeluk lututnya sendiri.

*Dia tuh bohong atau beneran sih? Apa coba maksud dia tuh seenak hati bikin orang sedih khawatir udah itu bikin seneng lagi. Apasih sebenarnya niat dia tuh* Lily menangis karena sangat jengkel dengan apa yang di lakukan Juno.

*Enggak mungkin juga kan baru 1 Minggu latihan belajar jalan terus sekarang udah lancar gitu* Lily menangis sesenggukan.

"Sayang, kenapa malah nangis gini sih? Bahagia dong harusnya." ucap Juno sambil ikut duduk dan mendekap Lily dari belakang.

"Jelasin sama aku ya, sejak kapan kamu udah bisa jalan" pinta Lily dengan suara parau.

"Jujur nih, sejak sadar sebenernya tidak ada masalah dengan syaraf gerakku" ucap Juno sembari mengelus rambut Lily perlahan.

"Aku tuh sebel ya sama kamu. Maksudnya apa coba?" ucap Lily dengan mata yang terus berair lancar.

"Oke aku jelasin, tapi kamu jangan marah ya. Sebenernya aku tidak lumpuh. Dokter itu adalah seniorku saat aku kuliah di kedokteran. Ingat setelah sadar dari koma saat kamu sedang di luar mengabari semua orang? Aku meminta tolong pada dokter Aldi untuk bilang jika aku mengalami kelumpuhan sebagian. Tapi itu bukan tanpa sebab. Aku melakukanya untuk menjauhi ulat bulu dan Mamaku."

"Entah kapan waktu nya yang jelas waktu aku akan tersadar aku dengan jelas mendengar persekongkolan Sandra dan Mama mereka sedang menyusun rencana dan bernegosiasi"

"Apa itu,?" potong Lily sambil menatap wajah Juno lekat dan menengadah ke atas.

" Yang jelas hal itu sangat membuatku sakit hati dan benar benar ingin menjauhi Mama untuk sementara waktu. Sudahlah jangan di bahas lagi. Yang terpenting adalah sekarang ulat bulu itu sudah pergi kembali ke asalnya" ucap Juno sambil mengecup kening Lily.

"Tapi aku masih marah ya, sebel aku" Dengus Lily yang beranjak berdiri dan berbaring di ranjang lalu menutup rapat selimut di sekujur tubuhnya dan melirik tajam pada Juno.

Juno ikut berbaring dan memeluk Lily dari belakang, tapi Lily langsung mendorongnya sampai Juno terjatuh di matras bawah. Juno hanya mampu memandang heran lily. Lily semakin sebal dan menekuk kedua alisnya hingga hampir terpaut dan bibirnya manyun.

"Tuh, tidur di bawah. ini bantalnya. Sebel aku pokoknya" Ucap lili sambil melemparkan bantal pada suaminya yang hanya menatapnya heran.

*Galaknya, ternyata dia sangat galak kalau marah. pertama kali aku liat dia marah gini. Embun, tolongin papa nak*