webnovel

Bab 1

Selalu seperti ini, tak ada yang menarik sama sekali, tak ada ceria, atau pun kesedihan yang tampak di wajahnya, ia tak pernah sekali pun tertawa atau pun marah.

Datar begitulah ekspresi dari dirinya.

"berapa lama kamu di sini".

Tanya seorang peria pada-nya, dan lalu duduk di sebelahnya.

Tapi seperti biasa, tak ada jawab darinya, membisu mungkin itulah kata yang tepat menggambarkan diri-nya.

"hari mulai gelap, tidak kah kamu pulang?". Lagi-lagi tak ada sedikit kata pun yang keluar dari mulutnya.

"baik lah kalau begitu, bila aku mengganggu mu".

Peria itu pun pergi dari nya.

Lisa seperti itu lah nama-nya, selalu dalam keheningan tanpa banyak bicara, gelap memandang, dengan tongkat sebagai penunjuk arah kaki nya melangkah, pernah ia merasakan kilauan cahaya namun itu hanya sebentar saja.

"bisakah aku tak seperti ini".

Begitulah kata yang pernah ia ucapkan dahulu, namun kini ia hanya berserah diri saja, menjalani hidup walau tak bisa menikmatinya.

"apa kah kamu sekarang sedang melihat cahaya senja!?".

tanya ia Lisa kepada peria itu, lalu ia bangkit dari bangku panjang sembari melangkah ke arah berlawanan dari sang peria.

"aku ingin sekali melihat mentari senja, atau pun fajar".

Lalu ia berlalu begitu saja meninggalkan peria itu yang kebingungan akan perkataan-nya.

Gelap tanpa cahaya, pekat tanpa terang, begitu lah buta tanpa bisa melihat.

Hanya bisa meraba centi demi centi dengan tongkat.

Walau gelap ia masih mau berjalan, menyusuri setiap trotoar dibantu dengan tongkat.

Begitu lah ia.

Ia tak tahu bahwa hari telah berganti, ia tak tahu bahwa senja telah hilang berganti malam.

Hitam pekat menutupi matanya, pernah berpikir untuk apa ia hidup, jika ia tak bisa menikmati semuanya.

Namun mungkin tuhan mempunyai rencana nya sendiri.

Hanya bisa merasakan, dinginnya hembus'an angin, atau panasnya sinar matahari yang menyentuh kulit tubuhnya.

Merasa hanya itu lah yang ia bisa, mungkin kah ini suatu takdir darinya.

Berjalan melewati jalan yang biasa ia lalui, walau dengan cara menghitung setiap langkah kaki.

Agar tak sesat nantinya, di rumah ini, ya betul Rumah dengan dinding papan jauh dari keramaian, ia tinggal di sini dengan ditemani sang adik yang berumur 15 tahun, menghidupi dirinya dan tentu kakak nya, ia adiknya begitu tabah akan semua ini, walau kadang tangis menyertai dirinya ia tahan atau ia kecil kan suara tangisan agar kakaknya tak mengetahui.

Pasrah begitu lah ungkapan yang selalu ada dalam hati kecil adiknya.

Menghidupi sang kakak dengan keterbatasan, tak membuat ia berkecil hati menjalani hidup, bekerja sebagai pembantu orang, mencuci, mengepel, menjaga anak orang.

Semua ia lakukan.

Di umur yang begitu muda ia sudah harus menjadi seorang yang berpikiran dewasa, tak ada kata bermain, bahkan ia harus putus sekolah agar bisa merawat sang kakak, sebenarnya ia adalah murid yang cukup pintar.

Namun karena keadaan seperti ini, tak khayal harus membuatnya menepikan semua mimpi nya.

Di rumah ini tak banyak cerita yang bisa diukir, hanya tawa dalam kemiskinan, hanya senyum dalam kepedihan dari adik nya, ia Lisa begitu tak bersahaja, ia merasa sangat tak berguna, namun semua membuatnya harus begini.

Waktu itu adalah musim hujan, di mana saat musim hujan sang penghuni rumah tersebut harus berjibaku dengan atap rumah yang bocor begitu banyak, adiknya sedari tadi sibuk meletakan beberapa wadah, menampung air yang terus bercucuran dari sela-sela atap yang bocor, ia hanya diam tanpa bisa melakukan apa pun, dengan berselimut kain, menahan hawa dingin yang masuk dari sela-sela dinding papan.

Chương tiếp theo