webnovel

Bagas

Di sebuah kota kecil yang terletak jauh dari Ibu Kota Pusat Benua Samosir. Ada satu tempat yang bisa dibilang masih jauh dari keramaian, Kota kecil yang dikelilingi hutan dan sungai. Kota yang bisa dibilang juga masih sebuah desa karena luasnya yang tidak seberapa.

Tim Aflif Hati Naga datang ke kota kecil tersebut. Kedatangan mereka adalah karena ada misi khusus untuk mereka. Yaitu, menghabisi Perampok yang beroperasi di sekitar kota kecil itu.

Kota kecil itu bernama Aurora, bersebelahan dengan 3 kota kecil lainnya, sering disebut Kota Kembar Empat karena jalur perdagangan mereka antara empat kota itu sangat terkenal. Mereka membawa barang dagangan dari penduduk dan saling bertukar, keempat kota itu berada dibatasi dengan jalur air dan hutan.

Namun, beberapa tahun ini perompak sering melakukan aksinya, bahkan mereka tak segan untuk membunuh para saudagar dagang. Kelompok mereka sering disebut Serigala Hitam.

Lima orang anggota Aflif Hati Naga menemui Walikota Aurora, mereka disambut dengan baik karena memang itu permintaan Walikota dan para saudagar yang melaporkannya ke Aflif. Tim kemudian istirahat sejenak dan kembali melakukan penyelidikan dan juga sweeping ke tempat dimana para perampok itu beraksi. Ada banyak jalur yang menghubungkan keempat kota kecil itu, ditambah hutan dan sungai yang lebar, mereka harus menyamar atau bahkan mengumpulkan informasi dari siapa saja dengan baik.

Di salah satu ujung perkotaan, ujung kota dan dekat dengan perairan. Seorang Lelaki muda sekira usia 17 tahun tengah duduk di sebuah batu dan kedua tangannya memegang tongkat berwarna silver dan ada ukiran yang megah disana. Tongkat itu menjulang ke langit dan pemuda itu masih duduk sambil bermandikan keringat karena baru selesai berlatih beladiri.

"Kakak! Kau sudah makan?" Reza duduk di sebelah kakaknya itu, namanya Bagas. Kakaknya memang selalu berlatih, setiap hari. Tak kenal lelah, katanya dia ingin melindungi dirinya. Tapi, Reza juga sudah semakin kuat, hanya saja Bagas tak bisa melupakan kejadian 10 tahun yang lalu, dimana Rakuta Beruang Borkoat yang memiliki 5 tanduk emas membunuh kedua orangtuanya.

Kedua orangtua Bagas dan Reza adalah pelindung Kota Aurora pada awalnya, mereka berdua bertarung untuk melindungi masyarakat dan kedua anak mereka. Dalam pertempuran dahsyat itu, Ayah Bagas memancing habis-habisan, Isterinya menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengurung Borkoat. Mereka berdua mengorbankan diri mereka dalam pertarungan itu, dan, kelima tanduk Borkoat dipersembahkan pada Bagas dan dibentuk oleh seorang Blacksmith di kota itu menjadi sebuah tongkat yang kini dipegang Bagas.

Reza yakin, Kakaknya memiliki takdir hebat karena tak pernah lelah berlatih, hidupnya hanya digunakan untuk berlatih hingga menempa fisik dan energinya.

"Serigala Hitam semakin merajalela, Apakah Kakak tidak akan bertindak?"

"Apakah Walikota sudah meminta bantuan Aflif?"

"Benar, mereka sudah datang," Jawab Reza.

Bagas diam saja, dulu orangtuanya adalah anggota Aflif dan mereka mengorbankan hidupnya untuk melindung kota. Sayangnya, mereka seolah dilupakan pun dirinya tidak diminta tolong untuk membasmi para perampok. Mungkin, mereka sudah dianggap tidak ada, atau bahkan mereka tak percaya dengan kemampuan Bagas dan Reza.

Reza tersenyum sejenak, "Ayo latih tanding Kak."

Bagas pun tersenyum, Adiknya juga semakin kuat. Mereka pun berlatih tanding bersama, meskipun hanya latihan, mereka tak pernah main-main dan mengerahkan segenap kemampuannya, namun Reza selalu kalah dengan Kakaknya yang memang maniak berlatih setiap saat. Dan, Reza pun mengakui itu. Reza juga melatih beberapa anak di Kota Aurora, mereka sangat suka dengan Reza karena sabar melatih mereka.

BOOOM! BRAAK1 KLANG! KLING! KLANG!

Bagas dan Reza terkaget karena tiba-tiba dari kejauhan seperti ada ledakan demi ledakan energi dan aura menyebar. Mereka merasakan ada pertempuran besar yang terjadi.

Reza segera memberi tanda Kakaknya untuk melihat ada apa gerangan. Mereka berdua segera pergi menuju arah suara tersebut.

***

Di sebuah perbatasan, pertempuran terjadi. Aflif Hati Naga sedang bertempur habis-habisan melawan perampok Serigala Hitam. Aflif Hati Naga terkurung, mereka sudah mengintai pergerakan Perampok dan masuk ke rombongan pedagang dan masuk ke salah satu kereta. Benar saja, mereka dihadang perampok. Kesempatan menyelesaikan misi.

Sayangnya, rencana mereka pun bocor, Perampok Serigala Hitam bukan sembarang perampok biasa, mereka punya banyak divisi, mereka punya link dengan organisasi perampok dunia. Divisi mereka pun punya kekuatan besar, mereka sudah berkumpul dari semua divisi yang ada di empat jalur. Lusinan orang dan tentu saja kekuatan mereka bukanlah kemampuan biasa, ada banyak rank pada lusinan orang tersebut.

Para pedagang dalam rombongan itu terpaksa mundur ke sisi lain dan mereka pun ketakutan, mereka juga memiliki para penjaga yang juga bergabung dengan Aflif Hati Naga. Pertarungan terus berlanjut, Tim Aflif kewalahan, mereka bisa melumpuhkan beberapa perompak namun empat divisi perampok itu menyerbu mereka.

Aflif Hati Naga tak menyangka bahwa para perampok itu memiliki kekuatan yang besar, mereka mengira hanya sekelompok kecil yang merusuh, nyatanya mereka memiliki energi aura yang tinggi, bahkan sebagian para perampok memiliki rank yang sama dengan kelompok Aflif Hati Naga.

Jika demikian, mengapa hanya tim mereka saja harus mengambil misi ini? Bukankah harusnya mereka mengirim Tim Aflif yang lebih senior dari mereka? Danu, yang merupakan ketua Tim pun menyesal mengambil misi berbahaya ini, dia telah membawa timnya dalam musibah besar. Dia sangat menyesal.

"Maafkan aku Kawan-kawan, aku tak menyangka misi ini terlalu sulit," Pantas saja bayarannya besar namun Aflif tidak memberi gambaran bahwa perampok itu memiliki kekuatan sebesar ini. Jika demikian sama saja mereka menyerahkan nyawa tanpa persiapan yang memadai.

Tim Aflif habis-habisan, mereka semakin terdesak meskipun belasan perampok juga sudah tumbang. Nani yang merupakan Mage dan selalu memberikan support mulai kelelahan, dia mulai kehabisan energi. Sebuah serangan mengarah pada Nani, Danu segera melihat hal itu dan mencoba menangkis sabetan pedang.

Klang!

"Hati-Hati Nani!" Tim berkumpul, Togar yang memiliki fisik paling kuat juga sudah mulai kelelahan, dua yang lain Andre dan Raga juga terlihat napasnya memburu mulai kehabisan energi.

Dari kejauhan di rimbunnya rerumputan tinggi. Reza hendak bergerak namun Bagas menekan pundak adiknya itu dan menggelengkan kepalanya.

"Tapi…, mereka akan mati Kak."

"Apa kamu mati juga? Kita tak bisa mengalahkan mereka semua, terlalu banyak."

"Sejak kapan Kakak menjadi penakut?"

Bagas terdiam sejenak, dia ingin melindungi adiknya itu.

"Setidaknya, tunggu sebentar kita harus mengamati situasinya terlebih dahulu."

Pertarungan Aflif Hati Naga dan para perampok kembali terjadi. Para pasukan dari rombongan pedagang juga sudah dilumpuhkan seluruhnya, para perampok semakin beringas menyerang. Mereka semakin garang karena ada belasan anggota mereka juga sudah tumbang, mereka melihat Tim Aflif itu juga sudah kelelahan, dalam jumlah mereka akan menang tentunya.

Klang!

Senjata saling beradu.

Andre hampir terkena sabetan pedang namun Togar mendorongnya, sabetan itu mengenai lengan Togar dan sedikit tergores, energinya mulai melemah sehingga energi defensifnya juga menurun. Di sisi lain, Raga terpental karena tendangan salah satu pemimpin Divisi perampok itu yang melihat celah.

Ada 4 ketua divisi yang saling bekerjasama dengan para anggota dan mengincar masing-masing tim Aflif tersebut.

Nani segera membantu Raga berdiri dan membantunya bangun. Belum sempat sempurna bangun salah satu ketua divisi perambok merangsek maju, Danu melihat itu namun tak berdaya karena dia sendiri sedang kewalahan menghadapi divisi perampok yang lain. Tak sempat.

WUUSH!

Semua mata terkaget karena senjata perampok itu yang hampir mengenai Nani dan Raga tiba-tiba terpental. Siapa yang melakukannya?

Chương tiếp theo