webnovel

bab 36 : aku bukan utusan siapa pun!

"aw aw, sakit, bisakah kau melepaskan dulu kupingku dan mendengarkan penjelasan dari ku terlebih dahulu" ocehan cerewet dari mulut zayn yang terus saja mengeluh ketika lisya menyeret dengan menarik kuping nya dengan kasar.

saat ini mereka masih di perkarangan sekitar taman sekitar, dia tidak boleh gegabah bisa saja lelaki di hadapannya ini sedang menjebak dirinya dan juga adik kesayangannya lisa bukan?.

Percaya dengan orang asing begitu mudah itu bukanlah pilihan yang tepat untuk saat ini.

"seperti nya tempat itu lumayan aman untuk berbicara" batin lisya, menatap salah satu ruang kosong dengan cela pintu terbuka, walaupun tidak yakin tempat itu terbuka untuk umum ataupun tidak, tapi mereka membutuhkan tempat untuk berbicara.

dengan cepat lisya menarik zayn ke ruangan kosong itu melepaskan jeweran telinga yang dia lakukan tadi.

merasa mendapat kan, keamanan zayn langsung bergisut mundur dan sedikit bergidik, wanita ini benar benar ganas seperti serigala yang kejam apa bila marah.

kelak dirinya harus mengingat kan untuk ber kekakuan yang agar tidak di tindas seperti itu oleh dia.

mata zayn menatap lisya nyalang.

"kau tahu, rasa jeweran telinga yang kau berikan padaku itu sungguh membekas" wajah zayn memasang raut kesal dan marah seperti seorang anak yang tak di turuti keinginan.

"aduh ini masih terasa sangat sakit, kau sangat kertelaluan tadi" lanjutnya lagi menunjuk lisya.

lisya masih memasang keadaan tenang seakan tak terjadi apapun, dan duduk di salah satu sofa yang ada, penerangan di rungan ini benar-benar buruk bahkan dapat dirasakan ini seperti gudang.

mungkin karena ini taman hiburan jadi mereka menaruh barang barang mereka di sini .

"Jelaskan!" perintah lisya dingin menatap zayn datar.

apa-apaan wanita ini jelas jelas dia yang menarik dirinya ke ruangan ini membuat dia harus menahan sakit di sekitar daun telinganya karena jeweran yang sungguh tanpa belas kasihan ini.

dan kini dengan santainya seolah tanpa ada kesalahan sama sekali dia menyuruh zayn menjelaskan?, seseorang bisa tolong memperjelas kepada zayn tentang sikap wanita ini.

****************

sementara itu di luar ruangan.

masih dalam keadaan ramai Harry berusaha mencari jejak yang lainnya kini dia tertinggal terlalu jauh bagaimana ini?.

walaupun tampak tenang lisa yang berada dalam gendongan nya ini, sejujurnya memasang wajah cemas dan takut keberadaan lisya itu menjadi faktor utama untuk rasa cemasnya saat ini.

"Kemana perginya kakak?" lisa kecil memandang wajah Harry meminta sedikit petunjuk.

baru saja harry ingin menjawab.

"Itu kakak, paman ayo kita pergi ke sana"tunjuk lisa cepat ke arah pintu yang sedikit terbuka, melihat sedikit siluet bayang wanita membuat mata lisa yang tajam langsung mengenali sosok itu.

Tunggu dulu bukan itu masalahnya, yang menjadi pertanyaan saat ini.

Paman?

hei, dia tidak setua itu.

ingat kan harry agar tidak memberikan hukuman ke pada si kecil lisa karena memanggilnya paman tadi.

baru saja ingin berjalan mendekat langkah mereka di hentikan karena melanggar privasi aturan taman bermain, dilarang untuk memasuki gudang penyimpanan.

Tetapi lisa kecil masih ngotot dan berusaha untuk masuk dan yakin kakaknya lisa ada di dalam sana.

"Sudah saya bilang di sana tidak ada siapa siapa" tegas seorang lelaki tua yang berkewajiban menjaga gudang penyimpanan.

setelah mengatakan hal itu kakek tua itupun pergi meninggalkan lokasi, selepas kepergian nya lisa segera mendekat ke arah gudang.

Terkunci???

bagaimana ini? bahkan membayangkan kakak nya didalam saja kini mata lisa sudah mengenang bak kaca siap melepaskan aliran deras.

"hust jangan menangis, kakak mu baik baik saja" harry yang tidak tega lamgsung mengusap air mata lisa.

"Kakak, di dalam, bagaimana lisa nanti" tangisnya pun pecah,membuat Harry gelabakan dan rela memeluk tubuh lisa langsung.

Misi utama nya saat ini adalah melindungi lisa, mungkin keesokan hari baru dia akan mengajak orang untuk membuka gudang itu.

Dasar kakek tua yang sombong, tidak taukah dia dengan kuasa mereka bukan hal yang sulit untuk membuat seorang kakek tua seperti nya kehilangan perkejaan.

Tapi karena ada lisa di sisinya dia tidak ingin membuat little girl itu ketakutan, lisa begitu kecil lucu dan rapuh jangan sampai lisa terluka, mungkin dia tak bisa memaafkan dirinya sendiri.

**************

"Baiklah kembali ke topik awal sekarang jelaskan" lisya sudah sedikit tenang dab mulai duduk di kursi hadapan zayn.

"Sebelumnya bolehkah, aku bertanya kenapa kau harus repot-repot mengajak dan menyuruh ku bercerita di tempat gelap seperti ini, padahal cerita di tempat tadi juga tidak Masalah" perotes zayn menatap lisya dengan pandangan menantang, dirinya benar benar binggung akan maksud wanita ini yang tiba tiba mengajaknya untuk pergi meninggalkan adiknya dan juga teman temannya.

"Kau tidak tau ada seberapa banyak tembok yang memiliki telinga di dunia ini" desis lisya tajam, dia masih tak bisa mempercayai alasan zayn yang ada di sini murni karena kebetulan, itu semua omong kosong jelas jelas lelaki ini ada hubungannya dengan yunani itu, terutama kastil sabero.

ya benar, dia harus membuat zayn jujur sekarang.

"Hah, apa maksud mu, aku tidak mengerti"zayn yang memang merasa tak faham langsung melayangkan perotes nya akan tuduhan lisya.

"Berhentilah berpura-pura di sini hanya ada kita berdua, bahkan aku sudah membawamu ke ruangan terdalam"sahut lisya memasang wajah malas dan kesal.

"Siapa yang mengirimu kemari?" lanjutnya lagi bahkan kini pandangan matanya pun menajam dan menatap.

"mereka, ayahanda ibunda, keluarga sabero atau...." ucapan lisya terhenti pandangan matanya menajam dan menatap zayn tepat di manik matanya.

"William? apa mereka semua yang menyuruh kau menangkap aku dan adikku lalu melaksanakan pernikahan konyol itu" lisya yang terus mendesak kan zayn akan pertanyaan pertanyaan konyol itu, membuat zayn mengganga tak percaya dirinya kehabisan kata kata.

hey ini murni hanya sebuah tuduhan, kenapa dia mengira bahwa, dialah yang menjebak dia dan siapa tadi, pujaan hatinya.

"Apa yang sedang kau bicarakan, sangat tidak masuk akal" balas zayn yak habis fikir kini memasang wajha serius.

"berhentilah berakting, hanya ada kita berdua di sini, kalau bukan karena hal itu lantas apa lagi?" lisya masih yakin dan kekeh akan ucapan nya.

"kau fikir, hanya dirimu yang berharap ingin menghentikan perjodohan konyol itu, aku pun juga ingin melakukan segala cara untuk menghentikan nya tapi melihat dirimu yang berada di sini hari ini, aku rasa tidak perlu repot-repot" zayn tersenyum smirk dan memandang lisya enteng.

"Karena kau sudah bertindak sebelum aku mengajak bekerja sama, bukan kah kita berdua ini memang sangat jodoh"lanjutnya lagi dengan semangat yang tiada tara.

ingat kan lisya untuk tidak muntah mendengar ucapat abstrak dari lelaki gila di hadapannya ini.

"terus apa maksud mu dengan jodoh?" lisya kembali bertanya tajam.

"Otaknya maksudnya bukan hatinya" zayn yang langsung faham pun langsubg mengelakkan cepat tak ingin salah faham.

"Lagian aku juga tidak ingin di jodohkan dengan mu, bagiku kau lebih pantas ku anggap sebagai ibuku ketimbang calon istri ku" zayn berucap dengan serius terbukti kini lisya yang ikut terbawa akan suasana ini.

"Iya kau benar akupun berfikir demi kian kau lebih pantas aku anggap sebagai anakku, ketimbang calon suamiku"balas lisya yang tak kalah dramatis sampai titik di mana mata mereka bertemu, dan saling menyipit tajam.

Sejak kapan mereka bisa se frekuensi.

"Lagian kenapa aku tidak di jodohkan dengan adikmu, aku yakin tanpa berfikir dua kali aku pasti akan langsung menjawab iya" celah zayn di sela tatapn mereka.

"Plak" sebuah bantal berdebu di lemparkan ke arah wajah lelaki itu membuat dia terbatuk batuk.

"Hei apa yang kau lakukan, apa kau cemburu?" zayn yang kesal perotes akan kelakuan yang telah lisya lakukan.

"Jangan gila kau, apa kau ingin menjadi seorang pedofilia karena sudah menyukai anak yang terpaut beberapa tahun dari mu" geram lisya melihat tingkah laku zayn yang semena mena.

harusnya dia tidak memberi hati tadi.

Bahkan kini dengan beraninya menargetkan lisa adik kesayangannya. Ini tidak bisa dibiarkan lisya harus menyingkirkan niat jahat zayn pada adiknya.

"aku tidak masalah jika dia adalah adik mu, tapi yang lain tentu tidak akan" tekan zayn lagi lebih percaya diri tanpa menyadari perubahan suhu yang kini sudah dingin dan mencengkam.

"Kau, sepertinya kita lupa mengenai alasan kita di sini?" lisya memandang zayn dengan dingin berjalan mendekat.

"Bukankah kau berhutang satu penjelasan padaku, mengenai ucapan mu tadi tuan devinili terhormat?" sejak kapan lisya kini sudah berdiri di belakan zayn membuat bulu kuduk lelaki itu meremang.

"Hehehehe, lain kali saja masih banyak waktu"zayn segera berdiri ingin meninggalkan lisya.

dia bukan lelaki bodoh menjelaskan hal itu pada kakak gadis imut itu, yang sesaat saja bisa menyiksa dia, oh itu bukan lah keputusan yang bagus, dia bisa menjelaskan lain kali jangan di sini, tidak baik untuk jantung, dia masih ingin selamat kali ini.

"Mau kemana kau" suara lisya sudah menggemah.

"Keluar, nanti akan aku jelaskan"

"Tidak aku mau sekarang, kembalilah kau"teriak lisya murkah, entah kenapa zayn merasakan seram yang sangat menakutkan melihat kemarahan perempuan itu.

dengan semangat kilat dia berlari dan meninggalkan lisya yang menyusulnya dari belakang.

krek...krek...krekk

aneh tak ada niat ingin terbuka sedikit pun, bahaya bisa habis dia di tanggan lisya.

"Cepat lah terbuka pintu, kau ingin membuatku habis di tangan kakaknya dia itu"mohon zayn pada pintu terkunci itu.

"Kenapa masih ber akting? sekarang jelaskan" sahut lisya yang sudah berada di belakangnya.

"Gawat!" mata zayn menatap lisya serius.

"Ada apa berhentilah memasang wajah seperti itu" balas lisya dingin tak ingin melihat tingkah kekanakan zayn.

"Sepertinya kita berdua terkunci di sini" sambung zayn lagi memasang wajah pucat, sementara lisya yang tak sadar.

"Oh" balasan singkat itu membuat alis zayn bertaut curiga apa perempuan di hadapannya itu senang sekarang???

Sedetik kemudian...

"APA? TERKUNCI" teriakan melengking itu sukses membuat zayn segera menutup telinganya kuat.

"Oh tidak bagaimana dengan adik ku" wajah lisya yang sudah cemas itu tak dapat di pungkiri.

Chương tiếp theo