Hari-hari berlalu begitu cepat, dan meskipun semuanya terasa indah, tantangan tetap saja datang. Zara dan Dylan memang sudah memutuskan untuk menjalani hubungan ini lebih serius, tapi kenyataan tak selalu sesuai dengan harapan. Di balik tawa dan kebahagiaan yang mereka bagi, ada juga masalah-masalah yang harus dihadapi.
Pagi itu, Zara terbangun dengan perasaan tidak enak. Dia belum mendapat kabar dari Dylan semalam, padahal biasanya mereka selalu menghabiskan waktu untuk saling memberi kabar. Mungkin itu hanya masalah kecil, mungkin Dylan sibuk, atau mungkin dia sedang punya urusan yang tidak bisa diganggu. Namun, entah mengapa perasaan tidak tenang itu terus menghantuinya.
Zara berusaha menenangkan dirinya dan mulai mempersiapkan diri untuk bekerja. Di tengah-tengah kesibukan rutinitas pagi, ponselnya bergetar, sebuah pesan masuk dari Dylan.
"Zara, kita perlu bicara."
Pesan singkat itu membuat Zara terdiam. Ada sesuatu dalam kata-kata itu yang membuat hatinya berdegup kencang. Dia langsung membalas pesan itu, berharap bisa mendapatkan penjelasan lebih.
"Ada apa? Kamu kenapa?"
Beberapa menit kemudian, Dylan membalasnya.
"Aku harus ke luar kota untuk pekerjaan. Mungkin beberapa hari. Aku cuma nggak mau kamu khawatir."
Zara merasa sedikit lega, tapi juga bingung. Mengapa Dylan tidak memberitahunya lebih awal? Mengapa pesan ini datang begitu mendadak?
"Kenapa nggak bilang dari kemarin?" balas Zara, mencoba tetap tenang.
Dylan membalas dengan cepat.
"Maaf, aku baru dikasih tahu pagi ini. Tapi jangan khawatir, semuanya baik-baik aja. Aku akan telepon nanti ya."
Meskipun penjelasan Dylan terdengar masuk akal, Zara masih merasa sedikit bingung. Bagaimana bisa semuanya begitu mendadak? Dan yang lebih membuatnya penasaran, kenapa Dylan tidak memberitahunya sejak awal? Mereka selalu terbuka satu sama lain, dan sekarang ada jarak yang terasa, meskipun hanya lewat pesan.
Hari itu berjalan dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Zara mencoba fokus pada pekerjaan, tapi pikirannya terus menerus melayang kepada Dylan. Apakah ini tanda sesuatu yang lebih besar akan terjadi? Atau apakah dia hanya terlalu khawatir tanpa alasan yang jelas?
Malam hari, seperti yang dijanjikan, Dylan menelepon. Suara di seberang sana terdengar familiar, tapi ada sesuatu yang berbeda.
"Zara, aku cuma mau pastiin kalau kamu nggak khawatir, oke?" kata Dylan dengan nada yang sedikit canggung.
Zara bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan, dan dia tidak suka itu. "Aku nggak khawatir. Tapi kenapa kamu jadi aneh gini? Ada yang salah?"
Dylan terdiam sejenak, seolah sedang mencari kata-kata yang tepat. "Nggak ada yang salah, kok. Hanya saja aku butuh waktu untuk fokus, dan aku nggak mau kamu merasa terbebani dengan hal-hal yang nggak penting."
Zara menarik napas panjang. Dia tahu, Dylan tidak pernah mengungkapkan sesuatu yang lebih dari sekedar kebohongan kecil. Tapi kali ini, dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
"Aku cuma pengen tahu, Dylan. Kamu tahu kan aku selalu di sini, buat kamu. Kita kan sudah berkomitmen untuk nggak ada yang sembunyi-sembunyi, kan?" jawab Zara dengan hati-hati, berusaha menjaga suasana tetap tenang.
Dylan terdiam sejenak, lalu berkata dengan lembut, "Aku tahu, dan aku janji nggak akan ada lagi yang disembunyikan. Aku cuma butuh waktu sebentar buat menyelesaikan beberapa hal, dan aku janji, begitu semuanya selesai, kita bisa ngobrol lebih banyak. Cuma... aku butuh ruang sekarang."
Zara merasa hatinya berat mendengar itu. Ada rasa kecewa yang tidak bisa dijelaskan. "Oke, kalau itu yang kamu butuhkan," jawabnya pelan, meskipun hatinya terasa hancur. "Tapi jangan lupakan kita, Dylan. Jangan sampai kita kehilangan apa yang sudah kita bangun."
Telepon itu berakhir dengan suasana yang lebih dingin dari sebelumnya. Meskipun mereka berdua tidak ingin berpisah, ada kesan bahwa jarak mulai terbentuk antara mereka. Zara merasa bingung, apa yang sebenarnya terjadi? Dan apakah ini ujian bagi hubungan mereka?
Di malam itu, saat Zara terbaring di tempat tidur, dia berpikir panjang. Dia menyadari bahwa mungkin, cinta tidak selalu seindah yang dibayangkan. Ada kalanya, hubungan itu diuji dengan rintangan yang tidak terduga, dan mereka harus belajar untuk saling mempercayai dan memberikan ruang.
Namun, di sisi lain, Zara juga tahu bahwa dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia sudah terlalu banyak berjuang untuk meraih kebahagiaannya, dan Dylan adalah bagian besar dari kebahagiaan itu. Dia hanya perlu waktu untuk menenangkan dirinya dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sementara itu, Dylan juga berjuang dengan perasaannya sendiri. Dia tahu bahwa ada ketegangan antara mereka, dan dia tidak ingin kehilangan Zara. Namun, ada masalah besar yang harus dia hadapi, dan dia tidak bisa membiarkan Zara terlibat dalam kekacauan itu. Semua yang dia lakukan adalah demi melindungi orang yang dia cintai.
"Zara, aku akan segera kembali," pikir Dylan dalam hati, berharap hubungan mereka bisa bertahan melewati ujian ini.
---
Beberapa hari kemudian, Dylan kembali ke Jakarta. Meskipun keadaannya masih belum sepenuhnya jelas, dia tahu bahwa saatnya untuk menghadapi Zara dan berbicara secara terbuka. Dia tidak bisa terus menghindar.
Zara menatapnya saat mereka bertemu di kafe tempat biasa mereka berkumpul. Ada kecanggungan di antara mereka, tapi juga kerinduan yang tak terbantahkan.
Dylan menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Zara, aku minta maaf kalau aku membuat kamu khawatir. Ada beberapa hal yang harus aku urus, dan aku nggak bisa melibatkan kamu. Tapi aku janji, aku nggak akan pergi lagi tanpa menjelaskan semuanya."
Zara menatapnya, merasa sedikit lebih lega mendengar kata-katanya. "Aku cuma nggak mau kamu merasa sendirian, Dylan. Aku di sini buat kamu, nggak peduli apapun yang terjadi."
Mereka saling berpandang dengan penuh pemahaman, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, mereka merasa ada harapan untuk masa depan yang lebih baik.