webnovel

Bab 15: Momen Tak Terduga

Keesokan harinya, setelah makan malam itu, Zara merasa sedikit lebih optimis. Walaupun masih ada beberapa keraguan yang mengendap, dia merasa ada sedikit perubahan dalam hubungan mereka. Dylan terlihat lebih serius, lebih berkomitmen, dan untuk pertama kalinya, dia merasa ada kemungkinan mereka bisa menjalani hubungan ini dengan cara yang lebih sehat. Namun, perasaan itu tidak berlangsung lama.

Pagi itu, Zara masuk ke kantor dengan pikiran yang campur aduk. Dia duduk di meja kerjanya, mencoba fokus pada email yang harus dibalas, namun pikirannya melayang ke Dylan. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Dia tahu, walaupun mereka sudah sepakat untuk berusaha, perjalanan mereka pasti penuh dengan rintangan. Apalagi dengan pekerjaan yang seringkali membuat mereka berdua sibuk dan jauh.

Ponselnya bergetar, dan ketika melihat nama yang muncul di layar, Zara merasakan sedikit ketegangan. Itu adalah pesan dari Dylan.

Dylan: "Zara, aku ada hal penting yang perlu dibicarakan. Bisa ketemu siang ini?"

Zara menghela napas, merasa cemas sekaligus penasaran. Apa lagi yang akan dibicarakan Dylan? Apakah ini pertanda buruk? Tapi, dia tahu kalau mereka ingin hubungan ini berhasil, mereka harus bisa terbuka satu sama lain.

Zara: "Tentu, jam berapa?"

Dylan: "Mungkin sekitar jam 1 siang. Aku akan jemput kamu."

Zara menatap layar ponselnya, sedikit ragu, namun akhirnya dia mengangguk sendiri, meskipun tidak ada yang melihatnya. Dia sudah memutuskan, dia akan mendengarkan apa pun yang Dylan ingin katakan. Jika ini bagian dari usaha mereka berdua untuk lebih terbuka, maka dia siap untuk itu.

---

Siang itu, tepat pukul 1, Dylan menjemput Zara di kantor. Wajahnya tampak lebih serius dari biasanya, dan itu membuat Zara sedikit cemas. Mereka naik ke mobil, dan Dylan langsung melaju tanpa banyak bicara. Zara hanya duduk di sampingnya, menunggu untuk mengetahui apa yang akan terjadi.

Setelah beberapa menit yang terasa hening, Dylan akhirnya membuka suara.

"Zara, aku tahu kita berdua sudah sepakat untuk mencoba lagi, tapi ada sesuatu yang harus aku jelaskan," katanya dengan nada serius.

Zara menatapnya, semakin penasaran. "Apa itu, Dylan?"

Dylan menghela napas panjang, kemudian melanjutkan, "Aku baru dapat tawaran kerja di luar negeri. Ini kesempatan besar, tapi aku juga sadar ini mungkin jadi masalah buat kita."

Zara terdiam, terkejut mendengar berita itu. "Luar negeri? Tapi... bagaimana dengan kita? Apa artinya ini buat hubungan kita?"

Dylan menatapnya dengan serius, "Aku nggak mau buru-buru membuat keputusan. Tapi aku harus pergi ke sana untuk beberapa waktu. Ini akan memengaruhi kita, tentu saja. Aku tahu kita masih belum sepenuhnya stabil, dan ini mungkin jadi ujian besar."

Zara merasa perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia tahu ini adalah kesempatan besar bagi Dylan. Di sisi lain, dia merasa terkejut karena semuanya datang begitu cepat. "Aku... aku nggak tahu harus bagaimana, Dylan. Aku ingin kita berjalan bersama, tapi ini... ini tiba-tiba banget."

Dylan mengangguk, "Aku tahu, dan aku nggak mau membuat kamu merasa ditinggalkan. Tapi aku juga nggak bisa menunda kesempatan ini selamanya. Aku ingin kamu tahu bahwa aku akan berusaha tetap menjaga hubungan kita, meskipun kita akan terpisah untuk sementara."

Zara merasa mulutnya kering. Meskipun dia tahu Dylan hanya berusaha untuk berbicara dengan jujur, ini masih sangat sulit baginya. "Jadi, kamu akan pergi?" tanya Zara, meski suaranya terdengar lebih lemah dari yang dia inginkan.

Dylan menoleh, matanya penuh kehangatan. "Aku nggak tahu kapan, tapi aku akan memastikan kita tetap bisa berkomunikasi. Aku ingin kita tetap mencoba, meskipun jarak memisahkan."

Zara terdiam. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Tapi satu hal yang jelas—dia masih peduli pada Dylan, dan dia tidak ingin hubungan ini berakhir begitu saja.

"Aku... aku nggak tahu harus bilang apa, Dylan. Ini semua terasa cepat dan berat," kata Zara akhirnya.

Dylan tersenyum tipis, "Aku mengerti. Aku juga merasa hal yang sama. Tapi, setidaknya kita sudah bisa saling berbicara tentang ini."

Zara menghela napas, kemudian berkata, "Baiklah. Kita lihat saja nanti, kan? Aku nggak bisa janji apa-apa, tapi aku akan mencoba. Kita harus berusaha, tapi ini nggak mudah."

Dylan mengangguk, lalu meraih tangan Zara dan menggenggamnya. "Aku akan berusaha, Zara. Percayalah."

---

Saat mobil itu berhenti di sebuah kafe kecil yang nyaman, Zara merasa sedikit lebih tenang. Mereka duduk bersama, berbicara lebih banyak tentang masa depan dan hal-hal yang tidak pasti, namun mereka berdua tahu bahwa ini adalah langkah yang perlu mereka hadapi bersama. Meski ada banyak ketidakpastian, setidaknya mereka sudah mulai terbuka dan jujur satu sama lain. Dan itu adalah langkah pertama yang paling penting.

Zara tersenyum lelah, namun ada harapan di matanya. "Kita akan coba, kan?" tanyanya pelan.

Dylan mengangguk, "Kita akan coba, Zara."

Chương tiếp theo