webnovel

Jejak Pencak Silat

Tác giả: Anime_Chan_3638
Lịch sử
Đang thực hiện · 2K Lượt xem
  • 13 ch
    Nội dung
  • số lượng người đọc
  • N/A
    HỖ TRỢ
Tóm tắt

Novel "Jejak Pencak Silat" mengisahkan perjalanan seorang pemuda bernama Rangga, yang terlahir dan dibesarkan di sebuah desa kecil di Jawa Barat. Sejak kecil, Rangga terpesona oleh seni bela diri pencak silat yang menjadi bagian integral dari budaya masyarakatnya. Dengan cita-cita untuk menjadi pendekar hebat, ia bertekad untuk melestarikan tradisi dan nilai-nilai yang terkandung dalam seni bela diri ini.

Chapter 1Panggilan sang pendekar

Bab 1: Panggilan Sang Pendekar

Matahari mulai merangkak naik di ufuk timur, menyinari sawah-sawah luas yang mengelilingi Desa Kemuning. Embun pagi masih menempel di daun-daun padi, berkilau bak permata. Di tengah suasana pedesaan yang tenang itu, seorang pemuda bernama Rangga tengah bersiap untuk bekerja.

Usianya baru 18 tahun, namun tubuhnya sudah cukup kekar karena sering membantu orang tuanya di sawah. Wajahnya tampan dengan sepasang mata hitam yang berbinar. Namun, di balik senyumnya yang ramah, tersimpan sebuah keraguan.

Rangga selalu merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Ia bosan dengan rutinitas sehari-hari yang monoton. Ia ingin melakukan sesuatu yang lebih berarti, sesuatu yang bisa membuatnya merasa hidup.

Suatu pagi, saat Rangga sedang mencangkul di sawah, ia mendengar suara gamelan yang merdu dari kejauhan. Suara itu membawanya pada kenangan masa kecil, ketika ia sering menyelinap ke belakang rumah untuk mengintip latihan pencak silat.

Dulu, Rangga sangat mengagumi para pendekar dengan gerakan mereka yang lincah dan penuh kekuatan. Namun, karena ejekan teman-temannya, ia mengurungkan niatnya untuk belajar pencak silat.

"Ah, sudahlah. Apa gunanya memikirkan hal yang tidak mungkin?" gumam Rangga dalam hati.

Namun, suara gamelan itu terus memanggil-manggilnya. Rangga merasa gelisah. Ia ingin sekali merasakan sensasi berlatih pencak silat.

Setelah selesai bekerja, Rangga memberanikan diri untuk pergi ke tempat latihan pencak silat. Sesampainya di sana, ia melihat banyak orang sedang berlatih dengan serius. Di tengah kerumunan itu, ada seorang pria tua dengan rambut putih yang sedang mengajarkan gerakan dasar pencak silat.

Pria tua itu adalah Guru Haris, seorang pendekar yang sangat dihormati di desa. Rangga ragu-ragu untuk mendekat, tapi akhirnya ia memberanikan diri.

"Permisi, Pak Guru," sapa Rangga.

Guru Haris menatap Rangga dengan senyum ramah. "Ada apa, Nak?"

"Saya ingin belajar pencak silat, Pak," jawab Rangga dengan suara pelan.

Guru Haris mengangguk. "Bagus sekali, Nak. Setiap orang berhak untuk belajar dan mengembangkan diri."

Rangga merasa sangat senang mendengar kata-kata Guru Haris. Sejak saat itu, Rangga mulai belajar pencak silat dengan sungguh-sungguh. Ia berlatih setiap hari, bahkan ketika badannya lelah.

Namun, tidak semua orang mendukung keputusan Rangga. Teman-temannya sering mengejeknya dan menganggap pencak silat sebagai kegiatan yang kuno.

"Hahaha, mau jadi pendekar? Lucu sekali!" ejek Beni, teman sekelas Rangga.

Rangga berusaha untuk tidak menghiraukan ejekan teman-temannya. Ia yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah benar.

Bạn cũng có thể thích

Pesan Cinta Effendik

“Menata hati bukan ikwal membalik telapak Mencairkan luka jua tak sekedar meneguk kopi Menyapu keresahan masa lalu jua teramat tak mampu Semua adalah garis takdir qada Mau tak mau harus terlewati Di sisinya ada jurang di sisi yang lain ada lubang Di tengah-tengah ada serapak dua kaki Bila salah sedikit neraka jahanam adalah ujung tanpa tepi Bukan masalah hanya mengucap Bismillah Atau mengusap kedua tangan kemuka dengan Allhamdulillah Tapi terus berjalan di jalanan yang benar Setegak alif sekuat baq berjuang demi menjaga keimanan dan kesalehan hati Terus berusaha hidup dengan lafaz shalawat dan tabuh genderang takbir langit” *** Begitulah serat cinta lampiran sebait puisi Effendik yang iya tulis rapi bak catatan buki diari. Sore menjelang magrib dengan segelas kopi dan sebungkus rokok di atas meja berteman sunyi sebuah gang desa bernama Mojokembang. Sebuah desa pinggiran kota Jombang. Ini ikhwal sebuah cerita dan album masa lalu Bagus Effendik. Seorang lelaki muda yang sedang mencari jati diri. Benturan demi benturan kenyataan pahit terus ia lalui. Kehidupan sederhana dari orang tua yang sederhana membuat ia harus selalu berjibakuh dan kerja keras untuk mencari sesuap nasi. Bagus Effendik yang sering dipanggil dengan sebutan Cacak Endik. Adalah pemuda biasa dari kebanyakan pemuda kampung lainnya. Namun di balik penampilannya yang biasa saja terselip kalam-kalam illahi yang indah yang selalu tergetar di mulut dan hatinya. Jalan takdir yang ia miliki membuatnya selalu resah dengan keadaan yang diterimanya. Iya selalu bertanya dalam hati apa itu cinta sebenarnya dalam arti mana harus ku kerahui cinta apakah dalam arti kiasan atau secara hakikatnya

Cacak_Endik_6581 · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
55 Chs