BAB 9
Pagi pun kembali, Syera masih dengan kegelisahnya, tapi dia tidak tau kegelisahan mana yang dia rasakan.
Dia melihat ke layar handphone nya, waktu sudah menujukkan pukul 10 pagi, Suara Pak Purnomo sudah dateng dan mengucapkan salam,
" Assalamu'alaykum"
"Wa'alaykum salam,"Ayah Syera yang menjawab salam, karena Beliau sedang duduk di ruangan itu.
"Pak Purnomo sudah dateng saja pagi-pagi begini, mau kemana lagi Pak? Tanya Ayah Syera.
" Saya ingin membawa Syera menjalankan bisnisnya Pak. Syera belum cerita Pak"?
Mereka berdua terus bercerita, Syera tidak fokus dengan percakapan mereka. Karena Dia tidak begitu memperdulikan obrolan itu. Yang harus Syera lakukan adalah bersiap-siap untuk segera pergi berjuang, pikirnya.
Di kamar, Syera tinggal hanya memakai jilbabnya. Dia memilih mengenakan jilbab segi empat. Saat hendak memasangkan jarum pentul di bawah dagunya, tiba-tiba..
"Aduhh,,, aw shhhh" Jari Syera ketusuk jarum pentul itu. Terasa lumayan dalam, karena Syera melihat dar4h yang keluar dari kulitnya tidak sedikit. Dia buru-buru mengelap dar4h itu, agar dar4h itu tidak mengenai jilbab atau baju yang Syera kenakan.
Kiri dar4hnya telah sedikit mereda, Syera kembali memasangkan jarum pentul itu lagi, dan lagi-lagi..
"Aww aduuhhh…Ya Allah" Syera ketusuk jarum untuk yang kedua kalinya di jari yang sama.
Sejank Syera berpikir "Loh kok bisa ketusuk lagi sih, ga biasanya nagih ketusuk jarum begini. Malah seumur - umur ini jarang terjadi. Ini malah sampe 2 kali, mana dalem lagi ketusuknya.. . Banyak banget lagi dar4hnya keluar." Dia mengelapnya lagi dengan tissu.
"Ya Allah, ada apa ya? Apa akan ada sesuatu yang buruk akan terjadi pada aku? Ah ga lah mana mungkin ada, cuma ketusuk jarum pentul doang…itu biasa aja. Cuma mitos kalau ada sesuatu yang buruk terjadi nanti."
Syera tidak memperdulikannya, walaupun rasa ragu di hatinya semakin kuat. Dia bertekad akan tetap ikut pergi bersama Pak Purnomo.
Kini Syera pun sudah siap, mereka langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Syera.
***
Mereka telah sampai di lokasi yang sudah dijanjikan. Syera memperhatikan ada lebih banyak orang yang datang dibanding yang kemarin.
Syera belum mengenal mereka semua, hanya Bu Amelia dan Pak Hadi yang sudah Dia kenal sejak kemarin, dan satu lagi Pak Purnomo.
Rupanya tujuan utama mereka bukan di rumah Pak Zebua lagi, mereka akan pergi ke lokasi yang lumayan jauh, perjalanan mungkin memakan waktu satu jam dengan mengendarai mobil.
Semuanya naik dan masuk ke dalam mobil. Syera duduk tepat di sebelah Pak Purnomo. Dengan polosnya Syera merasa Pak Purnomo sepertinya memang sedang menjaganya. "Mungkin sih ini sudah tadi pesan Ayah ku. Eh tapi ga tau juga lah, aku kan ga mendengar percakapan mereka dengan jelas karena ga fokus dengan obrolan mereka juga." Pikirnya.
Posisi duduk disini sangat rapat sekali, Syera merasa sedikit gerah. Mobil itu berisi 8 orang, Syera duduk di kursi kedua di belakang supir.
Bersebelahan dengan Pak Purnomo ini membuat paha Syera dan paha Pak Purnomo menempel menyatu, ya ini rapat sekali. Mau bagaimana lagi, Syera tidak bisa menghindari hal itu.
Perjalanan terasa begitu panjang, karena memang lokasinya jauh dari kota. Tiba di lokasi mereka disambut dan masuk ke sebuah rumah sederhana tapi indah di pandang mata, rumah siapa kah gerangan?
***
Bu Amelia mendapatkan banyak orang yang deal registrasi di tempat itu.
"Wah hebat banget Bu Amelia nih" Batin Syera.
Tadinya Syera berpikir dengan adanya dia ikut dalam rombongan itu maka akan ada 3 orang diberikan atas namanya. Tapi boro-boro 3,1 saja pun tidak ada. "Ini sistemnya gimana sih?" Tanyanya dalam hati.
Setiap mendengar Bu Amelia menjelaskan tentang bisnis itu kepada banyak orang, membuat setiap orang yang mendengarnya pasti akan tergiur, karena begitu juga yang Syera rasakan kemarin.
Bu Amelia mengatakan jika kita bisa membawa 1 orang dan satu orang itu deal untuk registrasi, maka kita mendapatkan komisi 1,5 juta rupiah. Uang itu akan di transfer seminggu sekali setiap hari selasa.
"Wah keren sekali, Gimana kalau aku dapet 10 orang. Wow bisa dapet komisi 15 juta aku. Wah keren dong. Belum lagi ada komisi yang lain. Dapet 500 ribu kalau dapet 2 orang. Wah wah banyak keuntungan, berati bisa pulang modal 3,5 juta dong. Kembali uang aku tuh. Menarik menarik." Begitu polos dan bodohnya Syera berpikir. Tidak segampang itu orang mau mengeluarkan 3,6 juta rupiah untuk sesuatu hal yang tidak jelas seperti itu.
Tiba-tiba Pak Purnomo nyeletuk "Begitu Dek Syera, kalau difokusi bisa dapet puluhan juga dalam seminggu, besok kamu mau ikut lagi ga?
"Wah keren ya Pak, bisa dapet lebih banyak lagi itu" Jawab Syera excited.
"Besok mau ikut?" Pak Purnomo bertanya lagi.
"Mau lah pak, sepertinya kalau saya resign dari pekerjaan saya, bisnis ini bisa difokusin ya Pak. Kalau begitu besok saya mengajukan resign saja, biar saya fokus disini." Syera benar-benar excited ingin mendapatkan penghasilan yang banyak dari bisnis itu.
Ya ampun bodohnyaaa, tanpa Syera sadari, kini Dia benar-benar sudah berada diambang jalan kehancuran. Entah angin dari mana yang membuat kebodohan Syera bertambah menjadi seribu pesen.
"Bagus sekali itu Dek, saya Dukung kamu" Jawab Pak Purnomo yang sebenarnya pura-pura mendukung.
" Pak, masih lama ga sih pulang nya" Tanya Syera pada Pak Purnomo.
"Sore ini jam 6 kita bergerak pulang dari sini. Ntar sampe sana lebih kurang jam 7 lah, trus kita mampir makan di cafe saja ya, tenang... kamu kan sudah saya permisiin langsung ke ayah kamu." Tutur Pak Purnomo.
"Oke deh Pak, saya mau deh kalau gitu" Dengan semangat 45 Syera menjawabnya.
Perhatian Syera kembali tertuju ke arah Bu Amelia. Tidak sengaja mata Syera melihat keberadaan cowok ganteng yang sedang melakukan registrasi kepada Bu Amelia. Syera bisa memperkirakan dari perawakannya usia cowo itu tidak jauh darinya, lebih tua dari Syera sedikit. "Bisa menjadi temen aku cowo itu nanti" Syera tersenyum membayangkannya.
Tiada terasa waktu berlalu. Kini sudah jam 7 malam lewat. Mereka sudah sampai di lokasi dimana motor mereka di parkir pagi tadi, Syera kembali dibonceng oleh Pak Purnomo.
Syera heran melihat semua motor pergi ke arah yang berbeda-beda. Karena keadaan itu dari belakang Pak Purnomo Syera bertanya dengan penasaran.
"Loh Pak, kenapa mereka ga ikut ke Cafe"
"Lah ngapain mereka ikut Dek, ini khusus acara kita berdua saja" Ucap Pak Purnomo santai
"Hah loh , kok jadi gini sih kok cuma berdua, ini mah namanya ngedate. Masa ngedate sama Om-om" Syera bergumam dalam hati.
"Masa iya aku harus ngedate sama suami orang, Apa aku tolak aja ya, aku minta pulang aja kali ya, Gimana cara nya nolak ya" Syera pun berpikir bagaimana caranya dia menolak.
Sembari Syera berpikir, sementara motor pun terus berjalan membelah gelap jalan malam. Ada rasa yang bercampur aduk di hati Syera saat ini, ada kata-kata yang berperang di pikirannya.
Syera tidak bisa mengartikan perasaannya saat ini. Terkadang Dia merasa senang sekali jika dekat dengan Pak Purnomo. Berbeda jika jauh, Syera merasa yang biasa saja.
Terus muncul lagi kata-kata di pikiran Syera. "Apa ga usah nolak ya. Asik juga bisa makan dan ngobrol berdua."
Di perjalanan itu kembali Pak Purnomo menyuruh Syera untuk memegang pinggangnya. Syera pun langsung melakukannya, karena Dia masih teringat dengan kejadian yang kemaren saat pergi berboncengan pertama kali dengan Pak Purnomo, Pak Purnomo mengerem mendadak yang membuat Syera hampir terjatuh ke belakang.
Jadi untuk kali ini tanpa pikir panjang Syera pegang saja pinggangnya. Kini kedua tangan Syera sudah berada di pinggang Pak Purnomo kiri dan kanan.
"Dek, agak maju sedikit ya duduknya. Biar boncengannya ga terlalu berat" Pinta Pak Purnomo.
"Astagaa emang ngaruh ya gitu, aku kan ga gemuk" Syera bertanya dalam hati tapi tetap saja Dia mau melakukan perintah Pak Purnomo itu.
Syera bergerak maju hingga P4yud4ranya menyentuh punggung Pak Purnomo. Itu membuat tangan Syera menurun ke pahanya Pak Purnomo.
Lalu tiba-tiba..
Sppp… tangan Syera dipegang oleh Pak Purnomo disaat motor sedang berjalan, tanpa permisi Pak Purnomo berani menyentuh tangan Syera.
Syera pun terpaku, "Ya ampuun.. Kenapa Pak Purnomo megang tangan aku? Apa Dia menyukai ku?" Batin Syera yang polos.
Pak Purnomo mulai mengelus-elus tangan Syera pelan. Ada perasaan aneh menjalar di dalam diri Syera. Syera bahkan tidak melarang dan tidak berteriak atau tidak marah sama sekali seperti saat Dia menghadapi sikap Reza tempo hari.
Seakan kini Syera menikmatinya. Namun hati Syera mengatakan. "Syeraa itu suami orang Syera.. Lepas lepas, menghindar." Namun lidah Syera pun kelu.
Didukung dengan perjalanan yang gelap dan sepi. Ntah memang benar ini jalannya atau Pak Purnomo memang sengaja melewati jalan yang seperti ini. Syera pun tidak tau akan hal itu.
Pak Purnomo menggenggam tangan Syera. Tanpa kata, tanpa terasa Syera membalas genggaman itu. Sepanjang jalan menuju cafe mereka saling adu genggaman.
"Ah rasa ini berbeda. Aku sungguh benar benar menikmatinya." Batin Syera.
Lalu beberapa menit kemudian sampailah mereka di sebuah cafe. "Bener-bener deh, ini cafe tersembunyi, dari mana Pak Purnomo tau cafe seperti ini?" Pikir Syera.
Cafe remang remang. Seperti pondok yang tertutup. Syera sedikit shock melihatnya karena ini adalah kali pertama dia datang ke cafe yang seperti ini.
Langkahnya terhenti.
"Kenapa Dek kok berhenti" tanya Pak Purnomo
"Ini cafe nya gelap Pak, apa emang ide bagus kita makan disini?" Ucap Syera sungkan.
Namanya juga cafe remang remang, ya pasti terlihat remang-remang alias sedikit gelap. Syera memperhatikan hanya ada lampu-lampu kecil yang menyala. Biasanya Syera hanya mendengar tentang cafe remang-remang seperti itu hanya dari cerita teman-temannya. Namun kini Dia sendiri lah yang mengalami nya bahkan menginjakan kakinya ke tempat itu.
Syera melihat ada pondok yang lampu nya padam. Syera berpikir mungkin saja lampunya sedang rusak. Namun Syera malah bingung, kalau memang rusak kenapa tidak diperbaiki oleh yang punya cafe, aneh sekali pikir Syera.
"Jangan takut ya, ada Saya disini bersama kamu. Pegang tangan Saya kalau kamu takut. Kita makan saja disini, soalnya Saya juga sudah laper banget, mungkin kamu juga lapar kan? Selesai makan nanti, kita langsung pulang" Tutur Pak Purnomo.
Dan lihatlah, selalu saja Syera menurut dengan apa yang dikatakan Pak Purnomo.
"Ya udah kalau begitu Pak, yok lah kita masuk" Ucap Syera.
Pak Purnomo menuntun Syera ke pondok yang paling pojok. Syera pun mengikutinya karena Syera memang tidak mengerti tentang cafe yang seperti ini.
Biasanya Syera hanya datang ke cafe yang normal dan terbuka, tidak seperti cafe disini yang pondok-pondoknya tertutup. Bahkan dengan cahaya lampu yang terang juga pastinya.
Kini mereka telah berada di depan pintu kecil pondok itu. Pak Purnomo lebih dulu masuk. Sedangkan Syera, sebelum Dia masuk ke dalam, Dia memperhatikan kondisi di dalam pondok itu, "Oh ternyata itu ternyata duduknya lesehan" Pikirnya.
Syera bergegas masuk ke dalam, Dia menjatuhkan bokongnya di lantai lesehan itu. Dengan tidak menunda lagi, mereka memesan makanan yang ingin mereka nikmati.