webnovel

(G.I) Diluc x Aloni (ft. kaeya) : merah untuk gairah

Cinta adalah hal yang sangat rumit. Sangat rumit, terkadang obsesi dapat disalahartikan menjadi cinta, overprotective juga cinta, kasih sayang juga cinta.

Bagi Aloni mencintai seseorang itu adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan daripada misi membunuh seluruh fatui.

Dia lebih memilih untuk mencium batu daripada harus jatuh cinta.

"Kau adalah gadis paling unik yang pernah kutemui Aloni" Kaeya tersenyum dengan menggoyangkan lembut gelas anggurnya.

Aloni yang menatapnya hanya diam dengan wajah datar. Dia memesan satu jus anggur sebelum duduk jauh dari pria 'es' itu.

"Ah... Jahat sekali" Kaeya terkekeh geli pada tingkahnya dan duduk dengan jarak 1 kursi dari Aloni.

"Bagaimana kabarmu? Kali ini apakah kau berencana tinggal di Mondstadt dalam waktu yang lebih lama?" Kaeya melirik nya sekilas sebelum menyesap anggur merahnya.

Aloni menyesap jusnya dengan tenang.

"Hanya untuk sebulan" Katanya tanpa ekspresi.

"Kau benar-benar mirip dengannya" Kaeya bergumam rendah. Dia menatap Aloni dengan mata menyipit.

Gadis itu memiliki ekspresi tanpa emosi, wajah cantik nya terlihat kecil seukuran telapak tangannya, dia memiliki rambut merah darah yang sangat indah berkilau, bulu matanya lentik, manik miliknya berwarna permata biru lapiz lazuli yang memikat, bibirnya kecil berwarna bunga sakura.

"Kaeya...?"

Bahkan suaranya terlalu indah.

"Kaeya!"

Pria berkulit eksotis itu memerah dan mengalihkan pandangannya. Pipinya terasa panas, ia baru saja menyadari betapa gilanya dirinya memandangi nya seperti orang cabul.

"Ah..... Maaf atas ketidaksopanan ku Aloni" Kaeya terbatuk kecil. Mencoba untuk mengurangi kecanggungan nya.

Aloni menatap nya datar "apa maksud mu aku mirip orang itu?"

"Ahahaha..." Kaeya tertawa garing mengaruk pipinya dengan canggung.

"Ya... Memang sangat mirip... Namun tetap saja...."

Kaeya berguman dengan suara yang tidak bisa Aloni dengar.

"Kau adalah yang paling cantik"

Aloni yang tidak bisa mendengar nya menatap nya aneh seolah-olah mengatakan bahwa dia gila.

"Apa yang sebenarnya kau katakan?"

Kaeya hanya terkekeh "maksud ku adalah kau sangat mirip dengan master diluc"

"Diluc? Maksudmu Diluc Ragnvindr? Pemilik dawn winery?"

Kaeya tersenyum "ya. Bukankah itu menarik? Kalian terlihat mirip meskipun tidak memiliki hubungan darah. Atau diam-diam...."

Dia tersenyum misterius, namun Aloni segera menatapnya tajam layaknya predator yang akan segera memisahkan kepalanya dari badannya, jika dia berbicara omong kosong.

"Aku bercanda" Kaeya tersenyum meskipun tangannya menahan gemetar. Sial dia hampir lupa gadis di depannya pernah membunuh minatour dengan sekali tebas.

Ketika kaeya bertemu dengan Aloni itu adalah saat-saat pada masa Hilicurl menjadi gila. Abyss order mengontrol mereka untuk menyerang semua orang secara membabi buta.

Kaeya yang sedang ingin mencari informasi tidak sengaja melihat gadis itu di stermror mountain, sosoknya yang misterius mengenakan setelan seragam hitam, kaeya hampir saja menyalah artikan nya sebagai pria hingga tatapannya tertuju pada tubuhnya.

Dia meringis mengingat pemandangan itu.

Pemandangan itu horor.

Terutama mata biru nya yang kosong bercahaya dengan kilatan haus darah dan pedang hitam yang bercahaya biru dengan noda. Bau amis menyeruak dengan mayat-mayat Hilicurl yang perlahan-lahan berubah menjadi abu di sekelilingnya.

"Aloni... Kau benar-benar gadis paling aneh yang pernah ku kenal"

Sekali lagi kaeya menghela nafas.

Aloni menatapnya dengan tanpa emosi. Pria ini tidak sadar diri. Dia sudah mengatakan kalimat itu selama lebih dari 1000 kali sejak mereka bertemu

"Lagi-lagi kau disini, kaeya"

Suara asing segera menarik perhatian Aloni dan kaeya secara bersamaan. Mata biru Aloni menelusuri pria itu dengan tenang.

"Selamat sore master Diluc" Kaeya memasang senyum khasnya.

Pria itu menghela nafas seolah-olah sudah terbiasa dengan tingkahnya. Kemudian manik merah ruby itu teralihkan dengan seseorang yang berada di 'dekat' kaeya.

Mata biru permata yang kisi itu bertemu manik merahnya.

Kaeya yang berada di samping Aloni memandangi kedua orang itu dengan tertarik.

"Diluc, perkenalkan ini teman ku Aloni, gadis ini berasal dari Snezhnaya. Dia adalah seorang pengembara"

Mata merah diluc menyipit mendengar kata 'Snezhnaya'

"Fatui?"

Aloni menatap diluc dengan jijik "maaf aku membencinya. Tsaritsa memang Archonku tetapi aku tidak menyukai pekerjaan kotor"

Aloni menyesap jusnya.

Diluc menaikkan sebelah alisnya, dan kaeya tertawa.

"Dia sangat menarik bukan?" Kata kaeya kepada diluc dengan senyumannya.

Diluc mengabaikan kaeya dan segera bekerja sebagai pemilik winery bar.

Aloni yang telah kehabisan jusnya berkata dengan tenang.

"1 jus anggur tolong"

Diluc menatapnya terkejut "kau disini bukan untuk meminum anggur?"

Kaeya berkata penuh senyum "Aloni adalah iblis ketika dia mabuk jadi sebaiknya jangan"

Kaeya menggigil mengingat kembali bagaimana dia hampir kehilangan matanya saat Aloni mabuk.

Diluc yang melihat kelainan nya dengan tenang memberikan gadis bernama Aloni itu segelas jus anggur dingin.

Aloni berterima kasih dan meminumnya jusnya.

_____________________________________

"Dua minggu lagi huh?" Diluc menatap Aloni yang sudah dikenal nya selama seminggu.

"Ya... Selanjutnya aku mungkin akan kembali ke Snezhnaya" Kata Aloni sambil meletakkan kepalanya dengan malas di atas meja.

Diluc menghela nafas "kau bisa tinggal disini"

Aloni menaikkan sebelah alisnya "apa maksud mu?"

Diluc mendekatinya, wajah cantiknya dengan datar menatapnya tenang tanpa sedikitpun riak emosi di dalamnya.

"Kau bisa tinggal di Mondstadt jika kau mau"

Aloni berkedip dengan tenang sebelum duduk dengan benar dan menjawabnya sopan.

"Kalau begitu.... Aku akan mencobanya.."

"Untuk tinggal di sini"

Lagipula di dalam pikiran Aloni, dia merasa tidak buruk untuk berada di sini. Tidak masalah untuk mencobanya... Bukan?

Diluc menurunkan pandangannya, mata merahnya melembut dengan perasaan lega di dalam dadanya.

Selama gadis ini tetap berada di mondstadt, maka semuanya akan lebih mudah.

"Ah sesuai dugaanku, kau ada disini Nona~"

Aloni memutar matanya mendengar suara pria yang dikenalnya dengan baik itu, dia meliriknya di ujung matanya dengan malas.

"Bolos lagi, kapten kaeya?"

Kaeya tertawa dan menepuk bahu gadis itu dengan ramah "aku baru saja menyelesaikan tugas ku"

Aloni hanya menatapnya datar. Di dalam hatinya dia tahu pria ini pasti melakukan sesuatu di belakang punggung nya tanpa sepengetahuan nya.

"Kali ini akankah kau mentraktir ku?"ucap kaeya bermain-main.

Kening Aloni berkedut, namun dia tidak menyangkalnya yang berarti dia akan melakukannya.

Kaeya terkekeh "aku hanya bercanda"

Diluc yang sedaritadi menonton mereka tanpa mengubah ekspresi nya akhirnya berbicara.

"Jadi kau akan memesan atau hanya berbicara omong kosong?"

Kalimat tajam itu jelas ditujukan kepada satu orang.

Kaeya tersenyum "tolong seperti biasanya, master diluc"

Diluc dengan tenang menberikan nya segelas anggur.

Aloni hanya menguap malas disaat kaeya telah duduk disamping nya sambil menatap wajahnya dengan penuh kesenangan.

Keduanya berbicara tentang hal-hal sepele tanpa menyadari bahwa mata diluc tidak pernah lepas dari sosok nya.

____________________________________

"Aku tidak bisa mempercayainya! Kalian berdua! Katakan kepada ku apakah kalian sebenarnya adalah saudara kandung?"

Kaeya dengan mabuk tersenyum kepada kedua orang itu. Dia menunjuk Aloni dan diluc yang meminum jus anggur mereka.

"Yah! Selera bahkan ekspresi kalian itu mirip! Kalian berdua terlihat seperti kembar!" Venti yang mabuk bersama kaeya melihat keduanya dengan senyuman lebar.

Jean menepuk jidatnya "kedua orang ini...."

Dan Amber tertawa terbahak-bahak.

Diluc menatap Aloni yang memiliki wajah tanpa ekspresi. Mata kosong yang sebelumnya di lihatnya sekarang sudah memancarkan cahaya lembut. Kini mata permata itu terlihat indah layaknya permata yang telah dipoles.

"Kau sudah berubah"

Aloni menaikkan sebelah alisnya "terimakasih pada seseorang"

Diluc menatapnya lembut meskipun wajahnya datar.

"Sama-sama"

Venti tersenyum jahil dan bernyanyi "diluc dan Aloni berada di bawah pohon. C.i.u.m.a.a.n!"

Diluc dan Aloni tersentak kaget, keduanya memiliki reaksi yang sama. Pria berambut merah itu menahan dirinya untuk memukul nya.

Dia melirik Jean seolah-olah memberikan kode.

Jean yang mendapatkan tatapannya segera dengan sigap menarik venti.

"Sudah saatnya kami pulang ini sudah larut, Amber jangan lupa bawa kaeya kembali ke markas"

Kaeya yang melihat interaksi antara diluc dan Jean terkekeh. Dia menatap Aloni yang terlihat tenang dan bergerak ke sisinya.

"Aloni sampai jumpa besok. Selamat malam"

'Cup'

Ciuman di kening itu mengejutkan semua orang yang melihatnya.

"...!!!"

Sebelum orang-orang sadar dari keterkejutan mereka, kaeya segera meledek diluc dengan menjulurkan lidahnya sebelum dia berlari dengan kecepatan tinggi.

Diluc menggerem rendah "bajingan itu..."

Jean, amber dan venti segera mundur dan meninggalkan keduanya.

Aloni menyentuh dahinya.

".... Dia masih suka berma-" Katanya dengan helaan nafas.

Diluc menarik tangan Aloni dengan cepat ke dalam pelukan nya, mata merahnya menatap gadis itu dengan panas, gadis yang berada di dalam genggamannya itu tercengang.

"Diluc apa yang ka-"

Kata-kata Aloni terputus ketika bibir diluc melahap milik nya.

"Uhmp!"

Lidah pria itu dengan ganas membalut miliknya dengan liar, mencicipi seluruh isi mulutnya yang terasa sangat menggoda berbau seperti jus anggur yang manis.

Aloni yang hanyut dalam ciumannya melingkari leher pria itu dan membalas ciumannya.

'Slurp'

'Cup'

"Hmn..." Diluc menggeram rendah dan melingkari pinggang gadis itu  dengan erat.

Bibir gadis ini membuat nya candu.

Kedua orang itu berciuman dengan penuh gairah dan semangat. Saling bertukar saliva, mencicipi rasa satu sama lain dalam nafsu hingga akhirnya Aloni lah yang mendorong diluc duluan.

"Ha.....ha..." Diluc menatap Aloni dengan sepasang mata panas, entah sejak kapan dia akhirnya menyadari posisi Aloni saat ini telah berada di pangkuannya. Nafasnya semakin berat.

Aloni sendiri bernafas dengan tidak teratur wajahnya memerah layaknya apel yang menggoda.

Diluc yang melihatnya menelan saliva nya, samar-samar lembut dan manis nya bibirnya masih dapat dirasakannya.

"Aloni...." Pria itu memanggilnya dengan rendah.

Aloni memerah. Detak jantung yang normal itu sekarang menggila.

"Diluc" Meskipun malu namun gadis itu masih memiliki wajah datar walaupun wajahnya sudah merah padam.

Diluc tertawa untuk pertama kalinya dia memeluk gadis itu dan mencium pipinya lembut.

"Kau tahu bukan?"

Tidak perlu diluc katakan secara langsung, fia mengetahui bahwa gadis di depannya jelas menyadari apa yang diinginkannya.

Aloni meletakkan wajahnya pada bahunya dan menghirup aroma tubuh pria hangat itu.

"Aku mencintaimu"

Kata-kata itu selalu terasa diantara mereka.

Diluc mengusap rambutnya dan mencium leher Aloni.

"Ya.... Aku juga mencintaimu"

Diluc mengerutkan bibirnya dan bergumam rendah menatap ke samping pada sebuah pohon besar tak jauh dari mereka tanpa sepengetahuan Aloni.

Mata merahnya memicing ke arah jendela.

"Tikus-tikus pengintip" Gerutunya samar

Disisi lain.

Jean : maaf master diluc

Venti : tehehe.

Kaeya : hahaha.

Amber : aku tidak sabar menunggu pernikahan master diluc!

Omake :

"Selamat atas status mu master diluc"

Diluc menatap tajam kaeya dan meninjunya.

Kaeya : (ಥ _ಥ)

Kaeya mengusap pipinya yang bengkak dan menghela nafas.

"Pria pencemburu adalah yang terburuk"

Aloni yang baru saja masuk ke dalam bar menatap mereka sebelum dia bisa berbicara diluc segera memeluknya keluar.

Aloni :....

Kaeya:.....

Lihat saja nanti pembalasan ku!

Chương tiếp theo