"B-bagaimana bisa kau berada di kota ini?" tanya Kyo Seung, bertanya balik.
Orang tersebut menghampiri Kyo Seung, ia berdiri di hadapan Kyo Seung. Dilihat dari seragamnya, orang itu memiliki jabatan sebagai pengganti kepala kepolisian kota Daegam, lencana dan atribut seragamnya lengkap. Begitu kepala kepolisian itu melihat darah yang mengalir dari luka yang ditutupi oleh tangannya Kyo Seung, ia terdiam dengan ekspresi datar dan langsung mengambil kapas, kain medis, dan sebotol kecil cairan antiseptik dari saku seragamnya. "Duduklah" ujar orang tersebut kepada Kyo Seung.
Tanpa basa-basi, kepala kepolisian itu langsung membuka dan menuangkan cairan antiseptik tersebut ke kapas yang ia keluarkan dari kantung celananya. Ia menekan-nekan kapas tersebut ke luka untuk membersihkan luka tersebut. Kyo Seung meringis sedikit dan berusaha untuk sebisa mungkin terlihat kuat di depan sang kepala kepolisian walau pun ia tahu ia tidak sekuat kepala kepolisian yang ada di hadapannya itu. "Cairan apa itu?" tanya Kyo Seung kepada sang kepala kepolisian. "Rasanya tidak seperih cairan antiseptik pada umumnya"
"Natrium Klorida, kadar 0,9%"
"Hah?"
"Air garam"
"..." Kyo Seung menunjukkan ekspresi bingung kepada orang yang sedang mengobati lukanya itu.
"Cairan infus"
"Oh..." Kyo Seung mengangguk paham.
Suasana menjadi tegang. Tanpa berbasa-basi lagi, sang kepala kepolisian itu mulai bertanya: "Sejak kapan kau pindah ke sini?"
Kyo Seung terdiam. Ia ragu-ragu menjawab pertanyaan inspektur tersebut. "Setahun setelah kita lulus dari sekolah menengah atas" jawab Kyo Seung.
"Kenapa tidak memberi kabar ke orang terdekatmu?"
Kyo Seung terdiam. Ia memalingkan wajahnya dari kepala kepolisian itu. Sang kepala kepolisian itu tidak memaksa Kyo Seung untuk menjawab pertanyaannya, ia kembali fokus mengobati Kyo Seung. Kepala kepolisian tersebut membalut luka gores Kyo Seung dengan kain medis, lalu setelah selesai mengobati Kyo Seung, kepala kepolisian itu mengajaknya untuk berdiri. "Kau masih menggunakan nama aslimu?" tanyanya kepada Kyo Seung.
Kyo Seung menggelengkan kepalanya. "Aku menggantinya menjadi Park Kyo Seung"
Kepala kepolisian itu mengangguk kecil. Ia mengulurkan tangannya. "Kalau begitu, perkenalkan kembali, aku Jung Dae Joon"
Kyo Seung menjabat tangan sang kepala kepolisian yang bernama "Dae Joon" itu. "Bagaimana kau bisa berada di sini?"
"Aku memiliki misi di kota ini. Sementara ini aku menjabat sebagai kepala kepolisian pengganti Daegam" jawab Dae Joon tanpa ragu-ragu membocorkan tujuan asli kedatangannya di kota Daegam.
Kyo Seung membisu. Dae Joon pun juga ikut membisu, menatap Kyo Seung dengan wajah datar khasnya.
"Kau akan menangkapku setelah ini?" tanya Kyo Seung. "Bukan aku yang membunuh dan memutilasi orang itu"
Dae Joon memasang ekspresi terkejut. "Isi boks kontainer itu mayat?"
Kyo Seung mengangguk. "Bukan aku yang membunuhnya..."
"Aku percaya kamu tidak akan mau membunuh orang, apalagi memutilasinya"
Kyo Seung tersenyum tipis. "Walau kau percaya, kau tidak bisa mengabaikan tugasmu bukan? Aku ada di depanmu. Tersangka pertamamu"
Dae Joon terdiam. Wajahnya memasang ekspresi datar dan menatap tajam mata Kyo Seung. "Kita bukan teman lagi. Lupakan semua masa yang sudah berlalu, aku bukan diriku yang dulu"
"..." Dae Joon terdiam lagi. "Aku juga bukan diriku yang dulu. Kau masih menganggapku sama seperti dulu"
Kyo Seung terpojok, tidak bisa membalas perkataan Dae Joon. Ia menggaruk kepalanya "Bagaimana kabar Ye Eon?" tanya Kyo Seung tiba-tiba kepada Dae Joon.
"Kau bilang kau tidak akan mau membahas masa lalu lagi"
"Aku menanyakan kabar temanku. Kau sendiri yang berharap begitu, bukan?"
"..." Dae Joon melipat tangannya. Ia mengerutkan alisnya, menandakan ia bingung dengan temannya yang satu ini. Kyo Seung mengatakan bahwa ia tidak berteman dengan temannya di masa lalu, tapi ia masih menganggap Ye Eon sebagai temannya. Dae Joon merasa bahwa Kyo Seung ini hanya tidak mau lagi berteman dengannya. "Dia baik-baik saja. Sekarang ia berada di kota ini juga, ia mengikutiku menyelesaikan misi di kota ini"
"Kira-kira berapa lama kau akan berada di kota ini?"
"Setengah tahun"
Kyo Seung mengernyitkan dahinya. "Lama sekali. Bisa-bisa aku menjadi gila jika melihat wajahnya terus" batinnya.
Suasana menjadi canggung. Kyo Seung tidak tahu harus menanyakan apalagi, dan entah apa yang sedang dipikirkan Dae Joon saat ini―sampai ia bisa terpaku di tempatnya dan terus menatap Kyo Seung dengan pandangan menusuk batin.
"Aku harus pergi sekarang" ucap Kyo Seung serta menyiapkan grappling hook gun, ia memakai kembali maskernya. "Ingatlah ini Dae Joon: aku bukanlah aku yang dulu" tambahnya sembari pergi menembakkan grappling hook-nya ke tepi gedung di hadapannya.
Dae Joon mendengar suara walkie talkie-nya, polisi yang sedang berjaga-jaga di gang kecil tadi memberi laporan bahwa mereka menemukan boks kontainer berwarna hitam yang berisi potongan-potongan tubuh manusia, mereka juga melapor bahwa tersangka pertama kasus mutilasi itu adalah Kyo Seung, yang dikenal oleh banyak orang sebagai antihero dengan nickname: Tora.
.
Kyo Seung terpaksa berlari memutar menuju ke apartemennya untuk menghindari kawanan polisi. Sesampainya ia pulang ke apartemennya, ia menaiki lift menuju lantai 4, lalu ia berlalu menuju kamar apartemennya.
"Aku pulang" ujarnya ketika ia menapakkan kaki pada lantai kamar apartemen. Tanpa ba-bi-bu lagi, ia langsung terbaring di kasur. Ia melepas maskernya dalam posisi terbaring, lalu ia menghubungkan kembali koneksi alat komunikasinya dengan Gom-Hong. "Maaf Gom-Hong, tadi sambungannya tiba-tiba terputus" kata Kyo Seung berbohong.
"Kau ini selalu membuat orang khawatir. Jangan begitu lagi. Jika ada masalah sepele lagi, aku tidak akan menolongmu"
"Tapi masalah sambungan yang terputus bukanlah salahku dan tadi bukan masalah sepele"
"Aku akan mengurusi teman-teman kita yang lain. Kau sudah berada di apartemenmu?"
"Sudah"
"Baiklah kalau begitu" Gom-Hong langsung memutus koneksinya dengan Kyo Seung.
Kyo Seung melepas alat komunikasinya dari telinga, lalu meletakkannya di meja belajar. Ia berganti pakaiannya dan menggantung pakaiannya di gantungan, setelah itu ia duduk di kursinya dan langsung mengerjakan tugas kuliahnya di meja belajar. Satu jam kemudian, Kyo Seung mulai menguap. Malam berganti nama menjadi tengah malam, Kyo Seung sudah selesai mengerjakan tugasnya dan ia beranjak ke kasurnya.
Ia berbaring di kasur, melihat langit kamarnya yang berwarna putih. Ia mulai terpikirkan mayat yang ia temukan di boks kontainer tadi. Semakin diingat, semakin ter bayangkan bentuk dan aroma tidak sedap dari mayat yang tadi ia lihat. Mulai mual lagi, Kyo Seung segera mengalihkan perhatiannya ke ponselnya. Kyo Seung bermain game di ponselnya sampai jam satu pagi, lalu ia langsung tertidur dengan ponsel yang masih menyala.
Paginya, Kyo Seung langsung mengecas baterai ponselnya. Ia meraih semua pakaian yang digantungnya di gantungan baju terutama baju vigilante-nya, lalu ia meletakkan pakaian-pakaian tersebut di mesin cuci yang ada di bagian dapur kamar apartemen. Saat memasukkan pakaiannya satu-persatu ke dalam mesin cuci, ia langsung terpikirkan sesuatu.
"Apa yang sedang kupikirkan kemarin malam?! Tentu saja orang itu akan meletakkan alat pelacak di pakaianku!" Kyo Seung langsung mengambil kembali pakaian vigilante yang sudah ia masukkan ke dalam mesin cuci, lalu ia memeriksa pakaiannya satu persatu dari bagian atasan sampai bagian bawahan. Ia menemukan alat kecil aneh berbentuk lingkaran yang memancarkan cahaya kecil berwarna merah yang sedang berkedip-kedip di dalam saku celana vigilante-nya. "Sudah kuduga, seharusnya aku memeriksa pakaiannya dahulu kemarin malam" ujar Kyo Seung kepada dirinya sendiri sembari menginjak alat pelacak tersebut.
Kyo Seung mondar-mandir di kamar apartemennya. Ia berpikir, apakah lebih baik ia tetap tinggal di tempatnya atau segera pindah ke tempat tinggal baru agar tidak ditangkap polisi. Karena kejadian kemarin malam, tentu saja Kyo Seung menjadi tersangka utama kasus mutilasi mayat tersebut. Secara tidak sengaja, Kyo Seung seperti masuk ke dalam jebakan yang bahkan tidak ada yang merencanakan jebakan itu. Bodoh, memang ia berpikir dirinya bodoh. Sejak dulu, ia memang yang paling bodoh di antara teman-temannya.
"Aku bahkan tidak tahu-menahu tentang mayat itu, aarghh" Kyo Seung mulai frustrasi memikirkan kejadian kemarin malam.
BIP! Suara notifikasi ponsel Kyo Seung berbunyi, Kyo Seung langsung mengecek notifikasi tersebut.
"Hai Michio, sudah lama tidak bertemu. Aku mendengar dari Shinsuke bahwa kamu melanjutkan kuliah di kota tersembunyi ini. Ah, kamu sudah mengganti namamu ya? Shinsuke dan aku juga begitu. Aku mengganti namaku menjadi 'Haeri'. Maaf aku tidak terbiasa memanggil kalian dengan nama baru kalian. Bagaimana kalau kita membangkitkan kembali kenangan bersama di kafe Wayne?"
Kyo Seung membalas pesan dari teman perempuannya yang sekarang bernama samaran "Haeri" itu:
"Hai juga, Haeri! Aku merindukanmu. Sangat. Tidak aku sangka kamu masih berteman dengan...Dae Joon. Dahulu kalian selalu diam satu sama lain, dan kalian bersama hanya karena ada aku di antara kalian. Kamu pasti berteman akrab dengannya semenjak aku meninggalkan kalian. Dae Joon tidak menyikapimu dengan buruk kan? Akan kuhajar dia kalau kamu diperlakukan buruk olehnya"
Haeri membalas balik pesan Kyo Seung dengan cepat:
"Apakah kamu ada masalah dengan Dae Joon? Kelihatannya kau sedang marah dengannya. Dulu kalian jarang sekali bertengkar, pasti masalah kalian berhubungan dengan kejadian saat itu, atau mungkin berhubungan dengan Dae Joon dan aku yang sedang bertugas di sini. Ah, kau sudah tahu tentang misi kami di kota ini kan? Dae Joon menceritakan keberadaanmu di kota ini setelah ia tidak sengaja bertemu kamu saat ia sedang bertugas. Nah, bagaimana? Kau mau membangkitkan kembali masa lalu kita? Ini demi kebersamaan. Jujur, aku rindu berbincang bersama sahabatku secara utuh"
"Aku...sebenarnya aku sedang berusaha menjauh darinya. Dia kepala kepolisian kota ini, dan aku sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Aku mau ikut ke kafe Wayne bersama kalian. Malam ini saja ya?"
"Baiklah. Aku akan mengajak Dae Joon setelah ini. Sampai jumpa!"
Percakapan berakhir. Kyo Seung berjalan menuju kamar mandi, ia mengambil handuk di gantungan dekat pintu kamar mandinya, lalu ia memasuki kamar mandinya yang futuristik. Kamar mandi tersebut terdapat pancuran dengan pemanas, wastafel dengan keran air otomatis, dan ventilasi yang memiliki pengharum ruangan otomatis. Lantai keramik dan tembok yang sebagian berupa keramik juga memiliki motif minimalis berwarna putih abu-abu. Setelah mandi, Kyo Seung berganti pakaian ke pakaian kasualnya. Ia merapikan buku yang ada di dalam tas ranselnya, lalu ia membawa tas tersebut dan berjalan menuju pintu rumahnya, ia mengambil hoverboard yang sudah ia perbaiki sebelum mandi tadi. Kyo Seung keluar dari kamar apartemennya lalu beralih menuruni lift.
Di luar gedung apartemen, Kyo Seung menaiki hoverboard miliknya. Ia langsung meluncur, melewati pedestrian yang sedang sibuk dengan posisinya. Kyo Seung melewati pepohonan di pinggir trotoar yang digantungi lampu LED berwarna biru berbentuk bulat di sekujur rantingnya sebagai dekorasi, gedung-gedung dengan lampu neon berwarna-warni juga dilewati oleh Kyo-Seung. Para penjual jajanan ringan menunggu pelanggan di balik kontainernya, beberapa penjual ada yang menyapa Kyo Seung ketika melihatnya melesat dengan hoverboard-nya.
"Terima kasih atas waktunya, kita bertemu lagi besok. Jangan lupa dengan presentasi proyek lusa mendatang, saya bubarkan pelajaran hari ini" ucap seorang dosen kampus sembari membawa dokumennya yang berwarna coklat, dosen itu keluar ruangan tanpa berbasa-basi lagi dengan muridnya.
"Bisa-bisanya aku lupa mengerjakan tugas kemarin malam" kesah Kyo Seung dalam hatinya. Sedari tadi ia menyandarkan kepalanya di meja, ia beranjak bangkit, dan segera bersiap pulang.
Teman kampus Kyo Seung yang bernama Jeong Euna, menghampiri Kyo Seung yang sedang bersiap pulang tersebut. "Kyo Seung, aku dan beberapa anggota kelompok kita yang lain mau membicarakan proyek kita di kafe kampus. Kau bisa ikut setelah ini kan?"
Kyo Seung mengangguk. "Tentu saja, aku akan ke sana setelah beli camilan"
"Aku ikut kamu ya, aku juga mau beli camilan"
Kyo Seung selesai merapikan mejanya, ia menyangkut tasnya pada bahu sebelah kanan. Ia dan temannya Euna langsung pergi meninggalkan ruang belajar mereka. Mereka berdua keluar dari gedung kampus, berjalan bersama di jalur pedestrian. Kampus yang ditempati Kyo Seung ini merupakan satu-satunya kampus yang ada di kota futuristik ini. Tidak heran jika kampus ini sempat kelebihan mahasiswa sampai-sampai beberapa dari mereka ditugaskan kuliah di rumah. Kampus satu-satunya kota Daegam ini dominan dengan pohon-pohon yang tertanam di sekitar kampus sekaligus menjadi simbol kampus. Simbol tersebut memiliki arti bahwa pohon masih menjadi hal yang penting di kota futuristik tersebut. Kampus tersebut juga bernuansa futuristik sama seperti kotanya, dipenuhi hiasan lampu neon berwarna biru, kuning, ungu, dan putih. Hologram biru yang memuat berita dan iklan terpasang di papan pengumuman berukuran besar yang lebarnya mencapai tiga meter dengan panjang empat meter, selain itu terdapat beberapa orang berlalu-lalang dengan ponsel hologram keluaran terbaru yang dipasang di pergelangan tangan. Perlu diketahui bahwa kota Daegam memiliki langit yang selalu berwarna gelap. Di pagi hingga siang hari, langit selalu berwarna biru tua, namun tak segelap warna biru tua di malam hari. Hal itu cukup menjelaskan kenapa kota Daegam penuh dengan lampu bercahaya.
"Sudah pukul 17.48, apa aku akan benar-benar ikut dengan mereka di kafe nanti?"
"Aku tidak tahu kenapa aku masih mempermasalahkan kejadian di masa lalu. Padahal masalah itu hanya tentang perbedaan pendapat, kalau masih dibahas sekarang, bukannya sama saja seperti terjebak di masa lalu?"
"Tapi entah kenapa aku masih tidak bisa berbicara secara langsung dengannya. Dari wajahnya, ia tidak terlalu mempermasalahkan masalah itu juga, kenapa seakan-akan terlihat seperti hanya aku yang mempermasalahkan segala hal yang tidak penting?"
"Kyo Seung?"
Kyo Seung tersentak. "Hah?" ia menoleh ke Euna, wajahnya menunjukkan ekspresi kaget.
"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Euna mengkhawatirkan Kyo Seung.
"B-bukan apa-apa. Bukan masalah yang penting, kok" Kyo Seung menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak terlalu jauh dari mereka, tampak kerumunan orang-orang yang sedang huru-hara mendorong satu sama lain. Tampaknya, ada sesuatu yang menarik di sana. "Ada apa itu" tanya Kyo Seung kepada Euna sembari menunjuk kerumunan orang-orang tersebut.
"Ah, itu..." Euna memeriksa ponsel hologramnya yang tertempel di pergelangan tangan kanannya. "Ada dua mahasiswa baru di kampus, laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki langsung tersohor karena wajahnya yang rupawan dan kemampuan akademisnya yang membuat orang-orang terkagum-kagum, lalu yang perempuan juga memiliki alasan serupa dengan yang laki-laki, wajahnya juga rupawan"
"Aneh, bukannya kampus kita sudah ada orang yang rupawan? Mereka terlihat seperti tidak pernah melihat orang rupawan saja"
"Hm, mungkin karena fakta bahwa salah satu dari mereka berasal dari Jepang"
Kyo Seung tiba-tiba terdiam di tempat. Euna bingung kenapa tiba-tiba Kyo Seung berhenti berjalan. "Salah satu dari mereka ada yang dari Jepang?" tanya Kyo Seung dengan gagap, memastikan lagi kata-kata yang ia dengar.
"Iya. Kenapa?"
"Hahaha...lebih baik kita percepat jalannya" ucap Kyo Seung langsung berjalan cepat hingga meninggalkan Euna. Kyo Seung memalingkan wajahnya dari kerumunan, Euna berusaha menyamakan tempo berjalannya dengan Kyo Seung.
"Ada apa sih, Kyo Seung?" tanya Euna lagi kepada Kyo Seung sesudah mereka berjarak agak jauh dari kerumunan dan mendekati kafe kampus.
"Tidak apa-apa. S-sepertinya tadi aku melihat...hantu? ya! tadi aku melihat hantu di sekitar kerumunan orang tadi..." Kyo Seung melirik ke arah kerumunan. Tampak kerumunan orang tersebut agak melonggar sehingga ia bisa melihat siapa dua orang yang mengakibatkan kerumunan tersebut. Secara kebetulan, salah satu dari dua orang penarik perhatian itu, seorang pemuda berambut hitam dengan matanya yang tajam melirik Kyo Seung dengan pandangan menusuk. Begitu ngerinya dilirik tajam oleh pemuda itu sampai bulu kuduk Kyo Seung berdiri, ia buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Euna dengan jelas melihat situasi yang barusan saja terjadi di depan matanya. "Dua orang itu temanmu?" tanya Euna kepada Kyo Seung.
"Bukan! Sama sekali bukan temanku!" jawab Kyo Seung serentak sembari menyimbolkan tanda "X" besar dengan tangannya.
Euna terdiam. Ia mengiyakan Kyo Seung, lalu ia mengajak Kyo Seung untuk langsung ke kafe kampus. Setelah mereka sampai di kampus, alangkah terkejutnya Kyo Seung melihat dua orang yang menjadi pusat perhatian kerumunan tadi sedang duduk berduaberhadapan di sisi kiri ruangan, di belakang mereka ada sekelompok orang yang sedang membicarakan presentasi proyek.
"Tapi bukannya mereka tadi ada di sana?" bingung Kyo Seung hingga terpaku setelah ia masuk ke dalam kafe, ia menoleh ke belakang, melihat tempat kerumunan tadi lewat jendela kafe. Namun yang ia lihat tadi ternyata tak sama seperti tadi. Kerumunannya sudah tidak ada.
"Kau masih melihat hantunya?" tanya Euna kepada Kyo Seung.
"Ya..." Kyo Seung memalingkan wajahnya ke kanan, ia lanjut berjalan. "Ada dua..."
"Tidak masalah kan kalau kamu berada di sekitar hantu-hantu itu?"
"Kalimatnya bukan 'di sekitar kita'...tapi 'di belakang kita'..." ucap Kyo Seung yang sudah pasrah dengan keadaan. Euna tidak terlalu mendengarkan ucapan Kyo Seung. Mereka berdua berjalan melewati dua orang tersebut, lalu mereka duduk berbalik hadapan dengan salah satu dua orang tersebut yang perempuan. Sebenarnya, para anggota kelompok proyek Kyo Seung dan Euna sengaja menyisakan dua tempat duduk untuk Kyo Seung dan Euna.
Selama pembahasan proyek. Kyo Seung hanya mendengar sedikit penjelasan yang diterangkan salah satu anggota kelompoknya itu. Dia waswas dengan dua orang yang berada di belakangnya.
"Kyo Seung, kau paham dengan penjelasan tadi?"
"Hah?" Kyo Seung tersentak. "A-ah...penjelasan tadi ya...aku paham beberapa...maaf, bisa tolong dijelaskan lagi?"
"Kau ini...aku lelah menjelaskannya lagi" keluh salah satu anggota kelompok yang berposisi sebagai ketua kelompok.
"Maaf..." Kyo Seung menunduk, ia merasa bersalah tidak menghargai temannya menjelaskan proyek mereka. Ia terlalu fokus dengan dua orang yang ada di belakangnya itu.
"Aku kirim rinciannya di group chat saja. Kamu harus baca rinciannya agar paham. Kalau ada sesuatu yang tidak jelas, tanyakan pada Euna"
Kyo Seung mengangguk-angguk kecil. Sepuluh menit kemudian, pembahasan proyek berakhir. Semua anggota pulang satu persatu, hingga menyisakan Kyo Seung seorang. Lima menit kemudian, Kyo Seung menghampiri dua orang yang telah mengganggu pikirannya itu sejak tadi. "Apa yang kalian lakukan di sini?" seru Kyo Seung kepada dua orang tersebut yang ternyata adalah Dae Joon dan Haeri.
"Kami belajar" balas Haeri dengan wajah polos.
"…kalian sudah lulus kuliah?"
"Dia sudah, aku belum" ucap Haeri serta menunjuk Dae Joon. "Nanti kita jadi pergi ke kafe, kan?"
Kyo Seung mengangguk, tapi dia agak ragu. "Ya"
"Kau menjawabnya dengan ragu. Kau ada rencana lain nanti malam?" singgah Dae Joon.
"Tidak. Eh, bukankah kamu kepala kepolisian? Kenapa dengan santainya kau ada di sini?"
"Pergi ke tempat ini juga termasuk bagian dari tugas mengawasi, walaupun tugasku sebenarnya berada di balik meja dan membolak-balik dokumen kasus" balas Dae Joon. Kyo Seung memiringkan kepalanya, bingung. "Hm? kau lupa? Kau masih menjadi tersangka"
"I-iya! Cukup! Jangan bahas hal itu!" Kyo Seung menutup telinganya.
"Kamu mau berbincang sebentar dengan kami? Masih ada tempat duduk" tawar Haeri sembari menepuk-nepuk sofa empuk, ia memberi tempat Kyo Seung untuk duduk.
"Aku mau, tapi..." Kyo Seung melirik ke Dae Joon, memberi isyarat bahwa Dae Joon mengusik kenyamanannya.
"Kau masih mengingat kejadian di masa lalu?" tanya Haeri sembari tersenyum kecil.
"S-sebenarnya aku juga tidak mau mengingat masa lalu. Aku berharap kita bisa memulai kembali hubungan kita bertiga. Aku sangat berharap akan hal itu. Tapi kejadian masa lalu selalu menghantuiku. Maafkan aku"
"Baiklah. Simpan kata-katamu yang lain untuk nanti malam, agar nanti terasa kesan reuni kita bertiga"
Suasana tiba-tiba menjadi canggung setelah kehabisan topik pembicaraan. Dae Joon mulai membaca buku kecil berwarna hitam yang ia bawa di saku celananya, menandakan bahwa ia butuh waktu sendiri dan tidak diganggu. "Itu buku apa?" tanya Kyo Seung sembari menunjuk buku kecil yang dibawa oleh Dae Joon. Dae Joon menurunkan bukunya dari pandangannya, menghela napas. "Undang-Undang kota Daegam"
"Untuk apa membaca itu? Untuk menambah wawasan semenjak kau menjadi kepala kepolisian kota Daegam?"
"Undang-undang kota Daegam sudah ada sejak sebelum kota ini maju. Beberapa peraturan pasti ada yang tidak sesuai dengan kota Daegam masa kini, aku berniat untuk mengajukan revisi undang-undang ke mahkamah"
"Waw, aku agak paham" Kyo Seung mengangguk-angguk kecil sembari tercengir.
BRAK! Suara motor-motor berjatuhan terdengar tak jauh dari kafe kampus, diiringi dengan suara kaca pecah dan orang-orang yang berteriak. Para mahasiswa yang berada di dalam dan luar kafe terkejut mendengar suara ricuh tersebut, ada beberapa orang yang penasaran dengan situasi tak biasa yang sedang berlangsung tak jauh dari mereka, ada juga yang kembali fokus ke urusan mereka karena tidak peduli. Kyo Seung berdiri, berlari keluar kafe, dan menyaksikan para pencuri motor berjumlah sekitar lima orang sedang mencuri motor dan kabur dari kerumunan orang-orang yang kemungkinan salah satu atau dua dari mereka adalah pemilik motor yang dicuri itu. Tiga orang menaiki satu motor dengan ukuran besar, dan sisanya menaiki satu motor dengan ukuran sedang. Kyo Seung buru-buru kembali masuk ke kafe dan menghampiri dua temannya. "Aku harus ke toilet" ucapnya langsung berlalu ke toilet yang ada di bagian belakang kafe. Haeri sempat mau mengikuti Kyo Seung karena ia merasa bahwa Kyo Seung memiliki niat lain untuk ke toilet, namun dihentikan oleh Dae Joon. Ia menahan lengan kanan Haeri. "Dia memang harus ke toilet" ucap Dae Joon kepada teman wanitanya itu.
Di sisi lain, Kyo Seung buru-buru memakai hoodie, masker, dan topi sebagai penyamarannya. Ia menyembunyikan poni rambutnya di dalam topi, lalu ia memakai tudung. Panas, namun ini agar orang-orang tak menyadari sosok dibalik penyamaran payahnya Kyo Seung. Tanpa basa-basi lagi Kyo Seung langsung keluar dari dalam toilet, berlari menuju tempat kejadian pencurian motor tadi. Kyo Seung berganti pakaian tak sampai dua menit, namun waktu itu cukup untuk para pencuri motor kabur membawa dua motor curian mereka. Sembari berlari, Kyo Seung mengingat lagi rupa motor yang dicuri, ia juga berusaha mengingat kembali nomor kendaraan yang dicuri. Setelah sampai di tempat kejadian perkara, Kyo Seung langsung mengeluarkan grappling hook gun dari sabuk multi-guna yang terpasang di pinggangnya. Ia menembakkan grappling hook gun tersebut ke lantai 3 gedung kampus yang tak jauh dari kafe kampus. Mulailah Kyo Seung mengejar para pencuri motor tersebut bermodal grappling hook gun-nya.
Kyo Seung mengidap amnesia jangka pendek. Sulit untuknya mengingat sesuatu apalagi saat ia tidak berada dalam posisi siaga. Ia buru-buru memasang alat komunikasi berbentuk earphone dan langsung menghubungi teman vigilante-nya. "Gom-Hong tersambung di sini. Butuh bantuan apa, Tora?"
"Penculikan motor di sekitar kampus Daegam. Kemungkinan para pencuri itu melewati jalur keluar utama kampus, tapi bisa saja mereka melewati jalan keluar lain yang tidak kuketahui. Bisa tolong lacak mereka?"
"Tora, penculikan motor bukanlah tugas kita一"
"Aku tahu, aku tahu betul dengan tugas kita. Tapi aku membutuhkan bantuanmu sekarang. Kumohon, kali ini saja ya?"
"Baiklah. Aku akan menghubungimu jika aku sudah menemukan lokasi mereka"
Kyo Seung berada di kondisi yang cukup rumit. Ia agak mual setelah berayun ke gedung antar gedung dengan grappling hook gun-nya sambil mencari para pencuri motor tersebut. Ia istirahat sejenak dengan bertengger di salah satu balkon gedung kampus.
"Ketemu. Mereka sedang menuju jalan raya Taeshim. Aku tidak bisa melacak nomor kendaraan mereka, dan sinyal selalu terganggu di daerah Taeshim. Cepat kejar mereka sebelum mereka berbaur dengan para pengguna jalan raya!"
Kyo Seung langsung melesat dengan grappling hook gun, berayun dari gedung ke gedung begitu ia mendengar kata-kata Gom-Hong. Ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengejar para pencuri motor tersebut, namun sayangnya ia tak bisa sempat mendahului para pelaku kriminal itu karena mereka sudah melewati jalan raya Taeshim. "Halo? Gom-Hong, kau masih tersambung?"
Tidak ada balasan dari temannya itu, sehingga ia menyadari bahwa sinyal yang buruk di jalan raya mempengaruhi sinyal komunikasinya. Kyo Seung saat ini sedang berdiri di rooftop sebuah gedung. Ia memerhatikan jalan raya yang dilalui kendaraan-kendaraan yang melaju cepat, sembari ia mencari cara untuk menemukan para pencuri motor tadi. Tiba-tiba, sekilas suara seorang pria memanggil namanya―terdengar dari alat komunikasinya. "Kyo Seung, kau dengar aku?"
Kyo Seung terpaku sebentar. Ia mendengar suara lelaki yang tak asing di telinganya, suara tersebut juga disertai dengan suara glitch dan terdengar sedikit terpatah-patah. "H-halo?" respon Kyo Seung serta membenarkan posisi alat komunikasinya.
"Kyo Seung, aku Dae Joon. Aku sedang menuju ke tempatmu sekarang. Kau turunlah dari gedung, persiapkan dirimu. Aku akan mengantarkanmu ke para pencuri itu."