webnovel

Ch. 21 — SinCosTan

Ada peribahasa mengatakan, musuh kemarin adalah teman hari ini. Dan teman hari bisa jadi musuh esok hari. Kehidupan memang tidak ada yang tahu, kadang bisa diprediksi, kadang juga tak tertebak. Seperti halnya yang Nier alami saat ini.

Pertarungan sudah berakhir dan Quest pun juga telah diselesaikan, namun siapa sangka preman-preman yang dikalahkan Nier kemarin sekarang malah kembali ke hadapannya.

Tapi bukan sebagai musuh.

"Boss! Apa yang kita lakukan hari ini?" Tanya salah satu preman yang bernama Sin.

Memang sulit dipercaya, ketiga musuhnya kini telah bersumpah setia dan mengangkat Nier sebagai pemimpin mereka. Siapa coba yang tidak pusing jika tiba-tiba diangkat menjadi bos preman.

"Panggil yang lain, kita akan mulai latihan hari ini." Jawab Nier.

"Baik bos! Aku akan menyeret mereka secepat kilat!" Seru Sin lalu melesat memanggil temannya yang pasti sedang bermalas-malasan di suatu tempat.

Setelah insiden kemarin, Nier tidak berharap memiliki hubungan lagi dengan mereka. Soalnya, berurusan dengan mereka hanya akan membawa kerugian dari pada manfaat.

Begitulah pikirnya, sebelum Nier tahu kalau orang tua mereka sebenarnya adalah penjaga yang melindungi desa. Pantas saja Quest kemarin ada larangan untuk membunuh mereka.

"Huah bukankah rumah ini sangat bagus?" Nier meregangkan tubuhnya sambil melirik ke arah kakek tua yang sedang merengut.

"Persetan, ini bukan rumahmu." Jawab si kakek.

"Hahahah kamu begitu kasar kakekku tercintah, ini kan rumah kita~." Nier dengan senang hati menggodanya. Sebenarnya ini adalah dendam.

Kakek yang mengambil uang Nier kemarin, sekarang pasti merasa sangat dirugikan karena tuntutan yang dibuat-buat oleh anak buahnya. Dia dituduh melakukan pencurian dan setelah dilapor ke penjaga desa atau ayah mereka sendiri, kakek ini akhirnya mendapat sanksi.

"Kau anak muda yang jahat, iblis pun tidak akan menuduh pria tua sepertiku." Kakek itu tampak semakin kesal.

"Sudahlah kakek, akui saja itu perbuatanmu. Kalau begitu coba jawab kenapa kantong uang kami berempat bisa ada di gerobakmu, kau pasti melakukan sesuatu kan?"

Nier menggodanya lagi, memang agak mengherankan kenapa kakek itu berhasil mendapatkan uangnya, apa mungkin itu tercecer saat mereka bertarung?

"Bukan begitu aku, —"

Pada detik ini Nier tidak lagi mendengar penjelasan si kakek dan mulai berdiri. Yang pasti, kakek ini sudah terkena sanksi yang membuat Nier dan anak buahnya diperbolehkan menginap di rumah sampai dia mengakui perbuatannya.

"Boss kami datang, si Tan sialan itu tertidur di bawah kasur jadi kami kesulitan mencarinya." Terang Sin.

"Kerja bagus, sekarang ayo kita mulai latihannya. Kalian duduklah jika tidak fokus aku akan keluarkan kalian dari grup." Ancam Nier.

Melihat ketiganya duduk dengan rapi, Nier pun tersenyum. Siapa sangka preman yang tampak seperti anjing liar kemarin berubah menjadi sepatuh ini.

Yang berambut merah bernama Sin, dia adalah yang tertua dan memiliki level satu tingkat lebih tinggi dari yang lainnya. Jika dilihat dengan baik, dia memiliki sifat disiplin yang bagus.

Yang kedua bernama Cos, rambutnya berwarna cokelat dan memiliki ukuran tubuh paling besar. Sayang sekali sifatnya sangat buruk dan suka plin-plan.

Dan yang terakhir adalah Tan, dia yang paling kecil dan yang paling pemalas. Wajahnya terlihat selalu mengantuk, penampilannya kusut, ditemani dengan rambut hitamnya yang panjang tak terawat sampai menutup area mata.

Sin, Cos, dan Tan. Tentu itu bukan nama mereka sebenarnya. Tapi siapa peduli, mulai saat ini nama mereka sudah diubah oleh bosnya yang berkuasa.

"Sincostan, biar kutanya satu hal. Diantara semuanya, apa yang paling kurang dari kalian?" Tanya Nier.

Mereka tidak bisa menjawab dan mulai melihat satu sama lain. Inilah yang terjadi jika kau bertanya kepada orang dengan mental kelompok, mereka tidak akan memiliki kepercayaan diri jika sendirian.

Karena itu, Nier akhirnya menunjuk Cos untuk menjawab.

"Cos, jawab pertanyaanku"

"Aku tahu, yang kita butuhkan saat ini pasti sebatang rokok dan alkohol kan? Lihatlah cuacanya yang mantap ini, bersantai dan bermain kartu pasti sangat cocok." Jawab Cos dengan enteng, dan berakhir dengan kepalanya yang dilempar sendal.

"Ackk!"

"Matamu! Tan sekarang kau yang jawab." Mata Nier sekarang berpindah ke arah Tan.

"Benar apa yang dikatakan ... Umm siapa tadi nama barumu? Ohh Cos! Benar, dengan cuaca seperti ini akan bagus untuk kita beristirahat dan bermeditasi." Jawab Tan.

"Bermeditasi, bilang saja kau hanya ingin tidur dan bermalas-malasan kan?" Sendal lain sekali lagi melayang ke kepala anak buahnya.

"Ha... Kalau begitu Sin, katakan bagaimana menurutmu." Anak buahnya ini sepertinya memang kurang di akal sehat.

"Itu mudah, kita kurang dalam pelatihan kan? Dari pertarungan kemarin rasanya kami memang lebih kuat, tapi sebenarnya tidak. Selain faktor fisik yang unggul, kami tidak memiliki pengalaman dengan sihir dan semacamnya." Jawab Sin.

"Ohh... Bagus juga, tapi bukan itu jawaban yang kucari." Nier merasa senang ada satu manusia normal dalam kelompoknya.

Ketiganya kembali berpikir dan mulai menebak. Tentu saja dengan kapasitas mereka saat ini tidak ada satu pun yang mendekati, sebab jawabannya juga sangat jauh dari apa yang mereka bayangkan.

"Stop, berhenti menebak. Yang kurang dari kalian sebenarnya bukanlah teknik atau apa pun. Tapi penampilan!" Seru Nier.

"Hah, penampilan? Buat apa kau berdandan seperti betina. Lebih baik kita beli alkohol dan bermain kartu, benar kan Tan?" Sanggah Cos, dan dibenarkan oleh Tan.

"Diam! Kau bisa berkata seperti itu karena kau tidak sadar betapa baunya dirimu!" Nier kesal dan mulai berteriak.

"Kalian bau, jelek, kotor, memangnya kapan terakhir kalian mandi?!" Tanya Nier.

Seharusnya jika dihina seperti itu seseorang pasti malu dan langsung marah. Tapi dilihat dari ekspresi mereka yang tidak berubah membuat Nier semakin yakin memang ada yang salah dengan otak mereka.

"Umm kapan ya? Mungkin seminggu yang lalu?" Jawab Tan.

"Atau 2 minggu?" Sambung Cos.

"Pantas saja rambutmu keras seperti sapu. Haduh bisa-bisanya anak buah pertamaku jorok seperti kalian..."

Perbedaan persepsi membuat Trio Sincostan semakin bingung, selama ini mereka tidak terlalu peduli dengan penampilan, lagi pula menghambur-hamburkan uang demi mandi dan bersih-bersih hanya membuat uang mereka cepat habis.

"Tapi mandi itu hanya untuk orang kaya, jika kami mandi, kami tidak bisa membeli alkohol dan rokok lagi." Jawab Sin.

"..." Tidak dapat dipercaya, Nier terkejut dengan jawaban itu. Bisa-bisanya mereka berpikir lebih baik membeli alkohol daripada menjaga kebersihan.

"Kalau begitu, mulai saat ini uang kalian aku tahan. Tidak ada rokok, tidak ada alkohol, tidak ada judi. Jika kalian tidak menerima, kalian bisa pergi."

Nier sudah menetapkan keputusan akhir. Bahkan jika mereka menolak tidak masalah, lebih baik begitu daripada bekerja sama dengan seseorang yang busuknya minta ampun.

Untungnya, Trio Sincostan menurut dan menyerahkan uangnya kepada Nier. Dengan begini, uang yang mereka kumpulkan untuk maksiat segera Nier habiskan demi membeli perlengkapan mandi dan pakaian baru.

Inilah awal yang baru. Sebagai bos, sudah menjadi tanggung jawabnya membina anak buah ke arah yang benar.

Lalu, rutinitas harian Nier pun berubah.

Pada pagi hari dia berlatih teknik OverSync di ruang tantangan.

Siangnya login ke Exaworld Online untuk berlatih seni bela diri sekaligus latih tanding bersama Trio Sincostan.

Di sore hari berburu monster dan mengumpulkan beberapa material untuk dijadikan uang.

Dan malam harinya mereka berkumpul di rumah untuk mengadakan pesta makan kecil-kecilan di rumah kakek tercinta.

Rutinitas itu terus berjalan, hingga 7 hari kemudian para pemain akhirnya bisa kembali login ke dalam Exaworld Online.

Benar, sekarang sudah saatnya Bos Sincostan pergi bekerja.

Chương tiếp theo