webnovel

pertunangan

Hari yang di tunggu pun tiba, pertunangan antara Lin dan Awan berlangsung lima belas menit yang lalu. keduanya kini berada di atas sebuah mimbar lalu bertukar cincin. semua mata menyaksikan bagaimana mereka saling bertukar cincin. ketika sudah selesai semua orang bertepuk tangan.

prok.... prok... prok...

gemuruh tepuk tangan di tempat itu. orang tua Lin dan Awan tersenyum Haru. berharap keduanya bisa bahagia.

selesai acara tunangan mereka kembali. makan malam lalu mulai membicarakan acara pernikahan. papanya Lin ada di sana. baru pertama kali ketemu sama Awan setelah sekian lama. pria itu terlalu ramah pada Awan. sudah anggap Awan seperti anak kandung nya sendiri. menyayangi wanita itu.

suara dentingan antara sendok dan piring beradu. tidak ada yang bicara sama sekali antara satu dengan yang lain karena memang keluarga Lin tidak menerapkan itu pada keluarga nya.

Awan dan mamanya mengikuti tradisi. baru setalah makan malam mereka bicara.

"Jadi, apa kalian sudah punya tanggal untuk menentukan pernikahan kalian?" tanya papa Lin. kedua anak itu saling tatap lalu menggeleng.

"belum," mereka jawab kompak.

"Papa kasih saran untuk mencari tanggal yang yang menang harinya bagus. kalau boleh tanya pada pendeta, biar mereka mendoakan hari itu supaya Baik."

"Oh, iya papa juga akan memberikan kalian ini. anggap saja hadiah pertunangan kalian. sekaligus nanti hadiah untuk pernikahan kalian." sebuah map di serah kan pada anaknya Lin.

"ini apa pa?" tanya Lin menerima map hijau dari tangan ayahnya.

"Boleh kamu buka saja, biar kamu lihat sendiri."

Lin menurut apa kata papanya. membuka map itu lalu menatap papanya.

"I-Ini benar untuk Lin?" merasa tidak percaya pada apa yang papanya berikan.

"Benar, papa bahkan sudah membelinya jauh-jauh hari."

"Tapi bukannya di sana harganya sahat mahal pa? aku ragu papa mengabiskan semua uang papa ke sana. lagian, aku bisa membeli rumah kami setelah menikah pah, sementara tinggal di apartemen tak apa. lagian kami hanya berdua tinggal di apartemen tak apa sementara, iya kan Wan?" Lin tatap Awan, meminta jawaban wanita itu. Awan menganggukkan kepala seraya menjawab.

"Iya pah, seharusnya papa tidak usah belikan Kami rumah semahal itu."

tapi bukannya tersinggung atau marah, pria paruh baya yang Lin panggil papa itu tersenyum. kemudian jawabnya pada Lin.

"Papa tidak keberatan membalikkan itu pada kalian. lagian selama ini papa kerja untuk kamu juga Lin, anak laki-laki yang papa punya wajib punya rumah yang papanya belikan. papa cukup bangga memberikan itu padamu. lagian dia atau tiga rumah lagi bisa papa beli di sana, tenang saja tabungan papa tidak akan habis secepat itu hanya membeli rumah di sana."

rumah dengan harga fantastis dengan bandrol setengah milyar bagi papanya Lin tidak terlalu mahal. mudah baginya mendapatkan hal tersebut. tidak menunjukkan apa yang dia kerjakan selama ini bukan berarti tidak ada hasil apapun yang di dapatkan. papanya Lin diam-diam adalah pengusaha sukses, memiliki cabang di mana-mana. diam-diam pula memasukan nama anaknya Lin ke dalam sana. hanya saja. belum waktunya papa Lin memberi tahu anaknya tersebut. nanti saja kalau Waktu sudah pas.

***

"Kau serius sudah tunangan Wan? dengan Lin?" kepala awan mengangguk menjawab pertanyaan teman mereka.

"Ya, dan pernikahan kamu tinggal dua Minggu lagi!" imbuhnya menambah jawaban yang tadi.

"Apa!? astaga aku pikir kalian ini hanya sebatas sahabat, ternyata lebih dari itu. astaga..." berkali-kali temannya itu berdecak. tak habis pikir dengan kedua temannya itu.

"Ini mungkin sudah takdir antara aku dan Lin. lagian, dia juga tidak punya pasangan. begitu pun aku, jadi tidak ada salahnya mencoba. ya walau aku tau kalau Lin itu sahabat aku "

"kau benar ... baiklah, aku hanya akan mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua."

di lain sisi Lin sedang berkutat dengan pekerjaan nya. tapi sebuah pesan masuk melalui telepon, yang membuat Lin menolah lalu menatap rentetan nomor baru yang tertera di sana.

kening Lin mengerut. tidak tau nomor siapa. lantas mengambil ponsel kemudian membacanya.

"Apa kau merindukanku Lin?"

semakin masuk kening Lin kedalam. siapa pengirim pesan ini? tanya Lin pada dirinya sendiri. sebenarnya sudah ada beberapa kali juga ada pesan masuk seperti itu. Lin biasa akan mengacuhkannya. toh , juga di balas nomor yang tadi tidak akan membalas. bahkan di telepon nomor tersebut tidak akan aktiv lagi. maka Lin kembali mengacuhkan nomor tersebut dan meletakan ponselnya di atas meja usai membacanya.

"Lin, tolong bantu aku." kata teman Lin seorang wanita teman kerjanya.

"Ada apa Grace?"

"Aku tidak tau bagaimana cara menghubungkan antara satu sell dengan sell lainnya di excel ini. aku bingung tolong ajari Aku."

Lin mendekat lalu melihat. tangannya menyentuh mouse yang bergerak menggerakkan kursor. menjelaskan pada Grace cara menyatukan sell tersebut. Grace tersenyum lalu angguk kepala. tak lupa ucapakan terima kasih pada Lin yang telah mengajari nya.

tapi apa yang Lin dapatkan setelah itu, Grace menyentuh tangannya lalu menatap Lin penuh dengan arti yang Lin sendiri tidak tau apa arti tatapan Grace padanya.

"Lin... eum..." Grace agak ragu mengatakannya tapi tetap ia katakan. "Apa benar kamu udah tunangan?" tanyanya

"Kamu tau?" tanya Lin sebab tidak ada mengabarkan pada siapa pun mengenai pertunangan yang secara tiba-tiba.

"Semua tau kali Lin, ada tuh yang nge post foto Lo di Instagram?"

kening Lin mengernyit. selama proses pertunangan Linn tidak ada undang siapapun temannya. hanya keluarga. astaga Lin lupa kalau hari itu ada yang datang tanpa sengaja ke tempat yang di sewa melaksanakan pertunangan. jadi pria itu yang menyebarkan nya?

"Ah, itu.... aku juga tidak tau. pertunangan kamu juga buru-buru jadi aku tidak sempat mengundang." kata Lin menjelaskan.

wanita itu mendesah. kata selanjutnya membuat Lin tercengang tidak menyangka.

"Padahal kalau kamu gak tunangan aku bakal mau ngejar kamu Lin."

menarik tangannya Lin menjauh dari wanita itu. menyukainya? sejak kapan? Lin tidak sangka ada wanita yang diam-diam menyukainya. selama ini tidak ia lihat dari sisi Grace yang menyukai dirinya lalu apa ini?

"Kamu bercanda kan?" Lin tidak ingin menyakiti wanita manapun. Lin tidak tega, langsung ingat ibunya di rumah. p

"Lin... s-se-benarnya aku udah lama suka sama kamu. tapi aku tidak bisa ungkapkan. aku ragu Lin, aku merasa tidak pantas..." jeda beberapa detik keduanya diam dalam pikirin masing-masing. "Maaf kan aku Lin..." Grace menunduk. mengumpulkan keberanian mengungkapkan perasaan nya selama ini amat susah. tapi melihat Lin sudah bertunangan membuat hati Grace tersentil. sakit diam-diam, makanya ia coba ungkap kan saja perasaan siapa tau dengan begitu Grace tidak akan menyesal seumur hidupnya.

Chương tiếp theo