webnovel

Pulang dan Membawa Hasil (18+)

Zang Fei juga merupakan sepupu jauh Zang Yun karena Zang Ping kakek Zang Fei dengan Zang Lang kakek Zang Yun adalah kakak beradik sedangkan Zang Moo kakek Zang Ran adalah kakak kandung dari Zang Ping, karena hubungan kekeluargaan yang dekat diantara mereka membuat keakraban diantara mereka terlihat sangat kental. Dari keempatnya hanya Zang Fei yang berusia 22 tahun yang belum menikah, sementara Zang Cian berusia 26 tahun dan Zang Ran erusia 24 tahun masing masing sudah mempunyai seorang anak perempuan.

Hie..., hiiieeekk,

Hie..., hiiieeekk,

Suara ringkikan kuda terdengar berisik dari arah luar rumah kediaman Zang Yun dan Lung Nie, dengan segera Lung Nie bergegas berlari membukakan pintu dan mendapati sang suami tercinta yang dirindukan telah kembali setelah seminggu pergi berburu.

"Ahh...! kalian sudah kembali?, wooaahh...! banyak sekali tangkapan kuda liar kali ini?" kata Lung Nie terlihat senang karena melihat belasan ekor kuda liar yang terikat dengan tali kekang dileher mereka.

"Iya sayang!, selain itu ada beberapa kijang dewasa termasuk seekor jantan dewasa yang kami dapat, belum lagi karung-karung itu penuh dengan daging hewan biasa dan hewan buas! hehehe..., keberuntungan menyertai kami!" kata Zang Yun bangga, kemudian Lung Nie mengambil kantong kulit yang dibawa sang suami dan membantu membawa barang-barang bawaan tersebut kedalam rumah mereka.

"Saudara Yun beristirahatlah...!, biarkan kami bertiga yang mengurus hasil tangkapan ini!" kata Zang Cian.

"Oh ya...!, jangan lupa segera kerumahku saudara Yun!, untuk mengambil bagian daging hasil buruan dan sekalian bawalah bunga itu sekalian!" kata Zang Ran mengingatkan.

"Baiklah saudara-saudaraku...!, kita akan bertemu lagi dirumah paman Zhang Rou nanti malam!" kata Zang Yun sambil masuk kedalam rumah dengan menggenggam jemari tangan Lung Nie sang istri.

Sepulang ketiga saudara sepupunya itu, Zang Yun segera mengeluarkan tanaman bunga Anggrek Dewa dari kantong penyimpanan dan meletakkannya diatas meja makan yang juga menjadi ruangan keluarga. Kemudian dia bergegas kebagian belakang rumah untuk membersihkan dirinya didalam kamar mandi, sebelum mendapat teguran dari sang istri yang tidak suka mencium bau keringat sang suami.

"Wah...!, bunga anggrek yang bagus dan sedang mekar, bisa-bisanya kau mengingat kesukaanku disaat berburu sayang?" kata Lung Nie dengan manja, tiba-tiba sebuah pelukan hangat datang dari arah belakang dan,...

Chhuupphh..., ahhh...!

Sebuah kecup4n mesra tiba-tiba mendarat dileher jenjang sang istri tercinta kemudian sambil berbisik,

"Hmm..., apakah kau merindukanku? eennmm...?" tanya sang suami yang masih memeluk sang istri dari arah belakang dengan hanya sehelai kain yang menutupi bagian bawah tubuhnya karena baru selesai mandi.

"Ahh...! ya..., aku sangat merindukanmu sayang...!, ahhh..., ohhh..., suamiku...! kita masih berada ditempat makan..., ahh..., heemm...?" kata Lung Nie yang mulai m3ndes4h karena tangan Zang Yun mulai nakal menjelajahi tubuh sang istri dimana tempat-tempat yang peka dengan sentuhan.

"Biarkan aku yang bekerja sayang...!, kau ikuti saja..., eennmm...?" kata Zang Yun kemudian mengangkat Lung Nie keatas meja makan.

Rumah sederhana pasangan suami istri itu hanya dihuni oleh mereka, hal ini membuat keduanya bebas melakukan hubungan suami istri dengan bebas dimana saja mereka inginkan. Suara d3s4han Lung Nie semakin keras terdengar, karena seluruh pakaiannya telah dilucuti Xang Yun. Memandang keindahan didepannya, Zang Yun tidak menunggu lama dan segera membuka handuk yang menutup tubuh bagian bawahnya untuk mengeluarkan hasratnya yang telah seminggu ditahan-tahanya. Demikian juga dengan Lung Nie yang biasanya bersikap pasif, saat ini terlihat begitu agresif dengan tanpa diminta dia segera membuka lebar-lebar kedua kakinya yang sedang terlentang diatas meja untuk mempermudah sang suami mengeksploitasi bagian tubuhnya yang sangat sensitif.

"Ahhh...!, terus sayang..., ohhh..., lebih dalam..., ssshhh..., ahhh...," d3s4han Lung Nie tak tertahankan bergema diruangan makan, dia menarik kepala Zang Yun dan mengeratkan kedua tangannya dileher sang suami kemudian menempelkan bibirnya di bibir sang suami.

Sementara itu Zang Yun mulai mengarahkan si Yun kecil yang sudah tegak kearah gua surgawi milik Lung Nie, yang juga terlihat sudah basah karena cairan surgawi miliknya mulai menetes membasahi bibir gua surgawinya. Keduanya fokus pada kegiatan mereka masing-masing dimana Lung Nie fokus dengan mulut sang suami dan Zhang Yun fokus dengan gua surgawi milik sang istri, d3s4h4n diruangan makan terdengar semakin keras mengalun bagai irama musik rock. Bunyi hentakan alat musik yang beradu semakin cepat seiring ritme nada lagu yang mereka mainkan, mengantar keduanya pada titik nada tertinggi setelah musik mengalun selama hampir 30 menit.

"Lebih cepat sayang..., ahhh..., terus...! aku mau sampai...!, ahhh..., ohhh..., ssshhh...!" d3s4h4n liar Lung Nie semakin tak terkendali.

"Aku juga mau keluar sayang...!, ohhh..., ahhh...!" kata Zang Yun yang semakin mempercepat hentakan pinggulnya sementara itu kedua tangannya dengan intens memainkan gunung kembar sang istri yang hanya bisa ditutupi dengan menggunakan 2 telapak tangannya.

Beberapa saat kemudian terdengar jeritan panjang Lung Nie yang telah mencapai klimaksnya, demikian juga dengan Zang Yun yang terlihat menegang sambil memuntahkan cairan Energi Yang miliknya kedalam gua surgawi sang istri. 45 menit kemudian setelah melampiaskan semua hasrat kerinduan yang telah tertampung dalam pikiran fantasy sepasangan suami istri itu setelah seminggu berpisah, Lung Nie memakai dan merapikan kembali pakaiannya kemudian mengambilkan pakaian bersih untuk sang suami dari dalam kamar yang belum sempat berpakaian setelah selesai mandi sebelumnya.

"Suamiku...!, bunga Anggrek ini sangat indah..., jarang aku menemukan warna yang seperti ini...!, coklat kehitam-hitaman sangat susah ditemukan...!" kata Lung Nie sambil menatap bunga yang dibawa pulang sang suami dari hutan.

"Ini berkah...! dan juga sebagai hadiah untukmu dan untuk kita...!" kata Zang Yun sambil memeluk sang istri dengan mesra.

"Hadiah...? apa maksudmu sayang? hari ulang tahunku sudah lewat beberapa bulan yang lalu, dan ulang tahun pernikahan kita masih 2 bulan lagi!, terus apa maksudmu tentang hadiah?" tanya Lung Nie yang terlihat bingung.

"Mmm..., tanaman ini namanya bunga 'Anggrek Dewa'...!, ini adalah jenis tanaman herbal yang sangat langka dan hanya berbunga dan mekar seperti ini setiap 100 tahun sekali...!, gunanya untuk membuat Pil Obat yang berfungsi untuk memperpanjang umur seseorang dan juga sebagai penyubur kandungan seorang perempuan dan untuk menguatkan sel telur pasangannya? artinya kalau kita berdua secara bersamaan mengkonsumsi Pil Obat tersebut!, maka harapan kita untuk memperoleh keturunan sangat besar!, eennmm...?" kata Zang Yun menjelaskan tentang khasiat bunga Anggrek Dewa tersebut kepada sang istri.

Sang istri yang masih menatap bunga Anggrek Dewa tersebut sambil tersenyum bahagia, dan dengan mata berbinar karena merasa senang dan bahagia mendengar khasiat dari Anggrek Dewa tersebut dapat mengabulkan harapan mereka yang telah 2 tahun menikah tapi belum juga mendapat keturunan. Setelah bersenda gurau pasangan suami istri itu mulai menikmati makan malam mereka, canda dan tawa menghiasi makan malam pasangan itu. Hal itu karena sang istri mendengar cerita sang suami ketika selama dia dan saudara-saudaranya melakukan perburuan di Hutan Kabut. Senyum bahagia terlintas diwajah Lung Nie, karena selain mendapat hewan hasil buruan yang banyak terlebih dengan khasiat dan nilai jual dari tanaman bunga Anggrek Dewa yang ditemukan oleh sang suami.

"Sayang...!, aku berangkat dulu, biar mereka tidak menunggu lama, apalagi paman Zang Rou pasti sudah mendengar cerita dari saudara-saudaraku itu tentang bunga temuanku ini?" kata Zang Yun.

"Baiklah...! cepat kau berangkat!, jangan pulang sampai larut malam, juga jangan minum arak terlalu banyak!, ingat...!, mabuk tidak baik untuk kesehatanmu...!" kata Lung Nie mengingatkan sang suami.

"Siap...!, tuan putri..., hamba akan mengingat pesan tuan putri dan akan kembali secepatnya setelah urusan beres, apalagi si Yun kecil ini masih menginginkan lebih!, eennmm...?" kata Zang Yun sambil memainkan kedua alis matanya keatas dan kebawah dan tangannya memegang sesuatu di sel4ngk4ngannya.

"Hahh...!, dasar penggoda...! eennmm..., sana pergi dan cepat kembali...?" kata Lung Nie sambil melirik si Yun kecil yang tiba-tiba terlihat sedang memamerkan kekuatannya sampai membuat Lung Nie bergetar dan gua surgawinya berdenyut sampai terasa basah.

Bergegas Zang Yun berjalan menuju kerumah paman Zhang Rou sambil menenteng kantong kulit kayu berisikan pot tanaman bunga Anggrek Dewa miliknya, sambil bersiul dia melangkahkan kakinya menuju paviliun kediaman keluarga paman Zang Rou dan bibi Bhin Kie.

"Salam paman...!, bibi...! dan saudara-saudara semua..., maaf aku agak terlambat...!" sapa Zang Yun kepada seisi rumah.

"Nak Yun...!, mari duduklah..., bagaimana kabar istrimu...?, dan mana bunga itu...!" kata paman Zang Rou sang Alkemis ayah Zang Ran.

"Lung Nie baik-baik saja paman...!, terimakasih sudah menanyakan keadaan istriku!, dan ini tanaman bunga yang saya temukan...!" kata Zang Yun kemudian mengeluarkan tanaman bunga Anggrek Dewa dari kantong kulit.

Perlahan Zang Yun mengeluarkan sebuah wadah dari anyaman ranting kayu yang berbentuk bulat dan meletakkannya diatas meja, dihadapan mereka terlihat sosok tanaman Bunga Anggrek Dewa dengan dua tangkai terurai kebawah dan puluhan kelopak bunganya yang sedang mekar berwarna coklat kehitam-hitaman. Aroma harum wangi semerbak seketika menyebar dalam ruangan itu, bagai terhipnotis Zang Rou sang Alkemis terdiam kaku sambil mulutnya ternganga membentuk huruf 'O' menatap tanaman bunga Anggrek Dewa tersebut.

"Ohh... Dewa...!, sungguh ini benar benar Anggrek Dewa yang sangat langka...!" kata Zang Rou dengan masih menatap bunga tersebut.

"40 tahun lalu ketika aku masih kanak-kanak...!, aku pernah mendengar cerita dari orang tuaku, bahwa kakekku juga pernah mendapatkan bunga seperti ini dihutan bagian selatan!, tempatnya jauh dari sini, membutuhkan waktu berbulan bulan untuk sampai kesana, kalau tidak salah ingat hutan itu bernama 'Hutan Lintas Malam'...!, terletak di pegunungan tinggi dan banyak hewan buas serta hewan siluman tingkat tinggi...!" kata sang Alkemis berkisah.

"Tunggu sebentar...!" katanya kemudian bergegas memasuki kamarnya, dan keluar kembali sambil membawa tumpukan lembaran kertas tua yang terikat dengan rapi. Dengan hati-hati dia mulai membuka helai demi helai lembaran kertas tua tersebut dan...,

"Nah...!, ketemu...!" kata Zang Rou sambil tersenyum lebar menatap tumpukan lembaran kertas yang sudah berwarna kuning kecoklatan itu.

Chương tiếp theo