webnovel

"Kurasa Kau Membenciku"

Kantor Utama Cyclops Intelligence

Mazsea, Hatemoor, 28 Februari 2157. 04.30 NPM

Kesibukan di auditorium CI nampaknya tak kunjung usai, karena para jurnalis terus meliput sekecil apa pun gestur Rachel dan Ben yang berinteraksi dengan banyak orang dari kalangan politisi, investor, sampai sesama ilmuwan. Sejauh pengamatan mata Niels di balik ruang kerja Rachel yang berseberangan dengan auditorium, gadis bergaun merah itu sudah tampak lelah. Meski demikian, ia tetap mengusahakan senyum mengembang sampai calon-calon mitra atau 'pengganggunya' selesai dan pamit undur diri.

Etos kerja yang mengagumkan, batin Niels.

Kini, Niels yang harus bersikap seperti itu di hadapan Rachel yang terlihat berjalan menghampirinya. Niels seharusnya bersikap biasa saja, tapi entah mengapa refleks tubuhnya memilih untuk menyambut gadis itu di depan pintu alih-alih sekedar diam di kursi yang telah ia duduki selama satu jam terakhir.

"Oh, pasti sudah lama. Silakan duduk, Niels." Rachel menuntun Niels ke tempat duduknya usai bertukar sapa singkat. "Jadi, apa yang membawamu kemari?" tanyanya, sembari melepas blazer hitam yang ia kenakan sejak tadi pagi. Suhu ruangan pun lekas menyesuaikan temperatur dengan panas tubuh yang terdeteksi dari kedua bahunya yang terekspos.

"Aku..." Niels meneguk salivanya, mendadak grogi begitu melihat Rachel yang duduk di kursi sebelahnya itu tanpa ragu menunjukkan lekuk tubuh atasnya dari jarak tiga jengkal. "Aku hanya ingin menyapa, dan berterima kasih. Kudengar dari Isa jika kau membayar seluruh biaya pengobatanku yang sama sekali tidak murah. Kau bahkan memberikanku fasilitas terbaik di rumah sakit terbaik. Aku sangat menghargainya."

"Itu bukan masalah, yang terpenting adalah kau sudah pulih. Itu sudah cukup membayar segalanya jika niatmu adalah untuk mengganti uangku, Niels." Rachel sudah menebak apa yang mungkin dikatakan Niels selanjutnya.

"Kau sangat dermawan," puji Niels seadanya, ditambah seulas senyum tipis khasnya.

"Terima kasih. Maka bisakah kau sedikit mengubah pandanganmu terhadapku mulai sekarang? Aku bukan orang jahat, Niels."

"Memangnya siapa yang mengatakan bahwa kau adalah orang jahat?"

Rachel menghela. "Jika kau tidak mendukungku dalam voting forum, artinya kau tidak percaya padaku, dan apa yang kulakukan di laboratorium ini. Kau selalu mengatakan aku tidak bisa, dan kemungkinan akan merusak suatu tatanan di dunia ini. Bukankah begitu?"

"Aku tidak merasa begitu."

"Lalu apa? Kenapa aku selalu merasa kau membenciku?" Rachel sungguh tidak suka berbasa-basi. Ia kesal pada Niels sejak beberapa hari lalu, maka inilah wujud ekspresinya. "Jika kau tidak membenciku secara pribadi, kau membenci penemuanku."

Niels tertawa canggung. "Rachel, dengarkan..."

"Aku tidak berpikir seperti itu."

"Tapi aku merasa begitu," bantah Rachel, membuat Niels bingung bagaimana menanggapinya. "Bagaimana aku bisa mengatasi, bahkan mengetahui bahwa kau merasa aku membencimu, Rachel Richmann? Kenapa kau melibatkan perasaanmu padaku?"

Rachel terdiam sejenak, berpikir, harus sejauh apa lagi ia berbicara?

"Lupakan perasaanmu itu, Rachel. Kurasa kau perlu pergi ke psikolog untuk memperbaiki tatanan pikiranmu. Kau berpikir berlebihan." Niels beranjak dari kursinya. "Aku pamit dulu..."

"Tunggu..." cegah Rachel, ia menahan lengan dingin Niels sebelum pria itu keluar. "Hujan asam akan turun sore ini. Kau tidak bisa pergi begitu saja," ujarnya, menunjuk monitor penunjuk kualitas air dan peramalan cuaca di sisi kanan ruangan.

"Tinggal di sini lebih lama, bicaralah denganku."

"Mem-membicarakan apa?"

"Apa pun. Bantu aku menghilangkan perasaan... bahwa kau membenciku."

****

Laboratorium Utama Cyclops Intelligence

Mazsea, Hatemoor, 01 Maret 2157. 07.30 NAM

DRLING!

[Laporan Kesiapan Laboratorium untuk Uji Klinis Tahap 2]

(Laboratorium screening dan karantina: 100%)

(Laboratorium bedah saraf: 98,7%)

(Laboratorium rawat inap pasca operasi: 100%)

(Laboratorium isolasi: 100%)

"Lars! Apa yang masih kau lakukan di laboratorium bedah saraf?" tanya Rachel lewat monitor komunikasi laboratorium.

"Aku masih mengatur jadwal masuk 21 responden, Rachel. Beberapa dari mereka mengubah jadwal, jadi aku harus menyesuaikan kembali," jawab Lars.

Rachel mengangguk. "Baik. Apa ada lagi? Kau bisa menanganinya sendiri?"

"Itu saja, Rachel. Sisanya kupastikan aman."

"Baik. Kalau begitu kita akan melakukan sterilisasi laboratorium mulai besok pagi, Sylvia, Lore. Aku juga akan memberitahu Ben untuk mempersiapkan sistemnya siang ini. Apa ada tambahan?"

"Tentang sistem itu, siapa yang akan mengelolanya dari pihak kita?"

"Lore. Dia memiliki pengalaman di bidang itu." Rachel menunjuk Lore sebagaimana kesepakatan mereka semalam. Sylvia hanya mengangguk. "Baik, tapi kusarankan tetap ada teknisi Seawares yang diam di CI selama uji klinis berlangsung. Mereka juga perlu menandatangani komitmen tanggung jawab risiko."

"Bagaimana pun juga, sistem mereka akan mengambil alih hampir empat puluh persen sistem kendali manual ICNG-257. Kita harus waspada jika suatu hari mereka lepas tangan."

Rachel tersenyum miring, mengedipkan sebelah matanya pada Sylvia. "Analisa keamanan bisnis yang mumpuni, Sylvia. Tenang saja, aku sudah menyiapkannya dalam dokumen bisnis. Ben bahkan sudah menandatanganinya di surat kontrak kerja sama kemarin. Hanya saja, nanti dia harus melihat detailnya bagaimana."

"Kau benar. Kudengar Ben itu sedikit ceroboh untuk hal-hal detail, maka kau harus menceramahinya," canda Lore.

"Baiklah. Jika tidak ada lagi yang perlu didiskusikan, silakan kembali pada pekerjaan kalian masing-masing. Aku akan menghubungi Ben."

"Ya, Rachel."

Rachel lantas lekas kembali ke ruangannya, hendak bekerja lebih cepat dari biasanya hari ini. Gadis itu sudah tidak sabal untuk bertemu dengan 21 orang relawan eksperimennya besok pagi. Namun, getar ponsel tidak dapat mencegahnya dari distraksi.

[Notifikasi Pesan Singkat]

(Niels Geyer)

Kudengar uji klinis itu akan dimulai besok. Apa itu benar?

Jika MEDC datang, bolehkah aku juga menyaksikannya?

Rachel mengulas senyum pertamanya hari ini. Pesan-pesan Niels yang terdengar polos itu menghangatkan hatinya, sama seperti kalimat-kalimat sederhana yang pria itu sampaikan kemarin ketika menunggu hujan asam reda.

(Rachel Richmann)

Ya, besok akan dimulai

Tentu saja, Profesor Niels

Datanglah

Kau memiliki akses bebas untuk mengunjuni Cyclops Intelligence

Kau juga memiliki akses tanpa batas untuk mengunjungiku