aku menggangguk dengan susah payah, Jungkook menarik bajuku. "Gigit ini agar kau tidak berteriak kencang. Lau cengkram aja lengan atau punggungku dengan sekuat mungkin ketika merasakan sakit."
aku lagi-lagi mengangguk Hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini. Jungkook kembali menaikkan kejantanannya ke dalam, membenamkan dengan rasa sakit yang teramat sangat. aku rasa sekarang sudah membuat lengan jongkok luka karena membenamkan kuku terlalu dalam, namun dia tak protes. jongkok masih berusaha mendorongnya, Aku berusaha untuk tidak berteriak namun air mataku terus mengalir. sakit sekali sampai saya rasa seluruh tubuhku akan meledak.
" S-sudah". ujar Jungkook sambil memberi kecupan pada leherku. "Aku gerakkan yah?" izinnya.
Aku menggeleng. "Jung, berhenti. sudah tak kuat."
Jungkook menggeleng. " Sudah sampai sini tidak bisa berhenti, Noona." Jungkook malah mulai menggerakkan pinggulnya. Menginvasi masuk, menumbuk liangku.
"Ahn-n Jung. Pe-rintah. Ini perintah berhenti."
Jungkook berhenti, tapi tak mengeluarkannya. Dia menatapku. "Noona tahan dulu. Lama-lama kau akan terbiasa dan kau akan menikmatinya."
Aku tak bisa menjawab apa-apa karena rasa sakit menguasaiku.
" Baik, aku sudah berhenti sesuai perintah. Jadi sekarang aku bisa melanjutkan lagi?" Mataku membelalak mendengar itu terlebih ketika Jungkook mulai menggerakkan dengan cepat.
" Jung-berhen--" Kalimatku terputus karena dia menciumku. Dan setiap aku ingin mengatakan berhenti, dia mencium atau mengentak dengan kencang agar aku tak dapat menyelesaikan ucapanku.
Lagi dan lagi. Terus menumbuk dan mengoyak, lama-lama rasa sakit itu berubah menjadi nikmat. Aku benar-benar dihancurkan dengan ganas, Aku mengeratkan pelukanku dan melepas gigitanku berubah menjadi desahan menikmati.
"Kau sempit sekali Noona, Nikmat." Jungkook menatapku dengan kilat penuh gairah. Dia menghabisi diriku dan meninggalkan rasa perih yang nikmat. Terus menekan sampai aku begitu sesak. Dia mendesahkan namaku dengan lembut, begitu manis setidaknya sampai kami mencapai klimaks bersama.
Sampai kemudian dia bangkit dan memakai celananya.
" Kau mau kemana?" Tanyaku bingung.
" Tentu saja kembali ke apartemenku. Perintahmu sudah aku lakukan."