ketika itu lah aku menyadari betapa menggemaskan dia. jungkook begitu manis seprti gula-gula kapas yang meleleh dimulut. seindah daun-daun pertama yang berjatuhan dimusim gugur. Caranya menanggapiku dengan begitu polos hingga merajuk padaku, membuatku mulai peduli padanya. Atau mungkin aku tak menyadari kalau sejak awal dia sudah berhasil mendobrak tembok yang kubuat. Jungkook juga memberikan boneka itu untukku. Katanya, meskipun sudah pulang nanti, aku tetap merasakan kehadirannya , apalagi karna aku tadi bilang Cooky adalah kembarannya.
Jungkook itu anak baik. lama-kelamaan aku mulai menerima kehadirannya. Dia membuatku jadi mulai banyak bicara dan tertawa. aku mengira-ngira, jangan-jangan ini karena lamarannya? wajahku memerah memikirkannya.
dasar aneh. Bisa-bisanya anak 8 tahun memikirkan hal konyol seperti itu.
Dalam kurun 2 tahun, bisa dibilang aku kembali seperti Kim Taeri yang biasanya. Aku mengakuinya, tapi memang benar. Semuanya karena Choi Jungkook yang cerewet itu. Tapi kebahagiaanku tak berlangsung lama ketika dia mendatangiku sambil menagis. dia bilang ibunya meninggal dunia menyusul sang ayah. aku tahu dia sangat merasa kehilangan karena aku juga pernah merasakannya.
Sejak saat itu aku memimpikan hidup bersama jungkook. Bermain bersama setiap hari, lalu tidur sambil memeluknya erat-erat setiap malam.
Beberapa hari kemudian , Jungkook tak pernah datang lagi. Aku menanyakannya pada para pelayan, namun tak ada yang tahudia kemana. Akhirnya aku bertanya langsung pada kakek. Dia bilang ibunya Jungkook meninggal. Dan dia memutuskan untuk menumpang di rumah saudaranya. jadi, dia tak ada alasan lagi tuk tetap disini.