webnovel

Renata Anastasyia

" kak re nanti pulang kuliah amel titip kue yang isinya coklat yang kakak beli kemarin ya." pinta Amelia Anastasyia padanya.

" ya ampun amell... coklat mulu, nanti giginya tambah coklat dan cepat rusak." elaknya pada adiknya.

Amelia menampilkan wajah cemberutnya kepada kakak semata wayangnya. Ia sudah terbiasa dimanjakan sedari kecil oleh Rere. Karena, Rere sejak lama mengimpikan punya adik perempuan. Dan ketika Rere beranjak kelas 6 SD, lahirlah Amelia anastasyia dengan segala kekurangannya.

Ya, amelia tumbuh secara tidak normal. Meskipun saat ini berusia 11 tahun, ia masih layaknya anak balita yang terbata-bata dalam berbicara dan tingginya tidak sesuai dengan seumurannya.

" ma, Re pergi dulu ya..." pamitnya pada mamanya yang sibuk dengan urusan dapurnya. Mama Rere memiliki bisnis keripik pedas, yang dimana di daerah minang keripik pedas sangat laku dijual dipasaran.

" pergi dengan siapa kakak?" tanya mama.

" sama motor ma, seperti biasa." balasnya dengan santai.

" ya sudah hati-hati ya... jangan lupa minum teh dulu sudah mama letakman diatas meja." sahut mama yang sedang mengaduk adonan pembuatan keripik.

" oke siap bu bos! " balasnya.

" kakak jangan lupa kue amel." ucap Amel tiba-tiba menghampiri Rere yang sedang minum teh buatan mamanya.

" iya adek sayang iyaa..." balasnya sembari mencubit pipi Amel dengan gemas.

**

" hy re! kita ketemu lagi." sapa Ikram dengan senyum lebar dan menampakkan susunan gigi yang rapi dan putihnya.

" eh uda ikram. " balasnya dengan datar.

" uda? mashaAllah baru kali ini ada yang manggil uda." ucapnya dengan terharu.

" gue tabok lo ntar uda!" ancamnya pada ikram yang sudah siap untuk melindungi wajahnya dari kepalan tangan Rere.

" Re, gue duduk disebelah loe boleh?" segannya.

" terserah loe!" ketusnya.

Ikram dengan senang hati ia duduk disebelah Rere. Pagi menjelang siang ini, Rere mempelajari rumus database dari sebuah perusahaan. Di ruangan labor komputer no 4, ia dengan serius mempelajarinya. Ikram sangat paham tentang pelajaran database, sehingga saat proses pembelajaran berlangsung Ikram sesekali memberikan bantuan kepada Rere yang saat itu cukup sulit memahami materi yang diberikan dosen padanya.

" gimana loe masih marah sama gue?" tanya Ikram yang berusaha menyamakan langkah Rere yang cepat.

" siapa yang marah sama loe sih uda." ketusnya lagi.

" gue sudah baik sama loe, saat nya loe yang baik sama gue re." liciknya kemudian menarik tangan Rere dan berjalan menuju sebuah kantin dibelakang kampus.

" maksudnya apaa ini udaaa?" kesalnya ketika dipaksa duduk dengan Ikram.

" traktir gue!" pintanya dengan paksa.

"iih gila loe. emang loe siapa harus gue traktir!" bentaknya.

" gue adalah pahlawan loe ketika loe mengalami kesulitan dalam mata kuliah pemrograman." angkuhnya.

Rere menelan salivanya disaat Ikram menunjukkan kehebatannya. Kemudian, perempuan berambut lurus dan hitam itu melihat isi dompetnya ada berapa uang didalam sana.

" astaga! gue kira loe orang kaya re!" kaget Ikram.

" gue orang kaya tapi orangtua gue tidak pernah memberi jajan berlebih ke anak-anaknya." ucapnya.

" uang gue cuma ada 50.000. tapi nanti 25.000 untuk belu kue amel." ingatnya.

" sisa 25.000 kan masih ada." sahut Ikram dengan menantang.

" motor gue belum gue isi minyak uda. masa iya gue nanti harus dorong motor sampai kerumah." melasnya.

" kasihan juga gue sama loe.. ya sudah lain waktu saja loe traktir gue. pokokya janji akan tetap janji!" ancam Ikram setelah itu meninggalkannya yang masih dalam keadaan kesal dan betenya itu.

Dari semester 1 - 4, baru kali ini Rere menginjakkan kaki di kantin belakang kampusnya. Biasanya, ia selalu membawa bekal ketika mau berangkat kuliah. Mamanya melarang dirinya untuk beli jajanan diluar. Selain tidak sehat untuk kesehatan, jajanan dikampus juga mahal-mahal. Rere membuka bekal yang dibawanya, mamanya tidak pernah lupa menaruh keripik didalam kotak makanannya. Kali ini mama masak mie goreng pedas untuknya. Rere sangat suka dengan makanan pedas. Bahkan terkadang cabe rawit pun akan ia makan dengan lahap tanpa ada embel apapun.

" Re, tumben loe dikantin." sahut Uda sonny dengan wajah sindirannya.

" enggak tahu tadi ada orang yang enggak jelas narik gue kesini." kesalnya.

" terus loe apain dia? terakhir gue liat lo nabok kakak tingkat gara-gara mereka sering minta no whatsapp loe kan ya." jawab uda Sonny sambil berpikir.

" enggak gue apa-apain cuma dia minta gue traktir dia aja." sahutnya dengan tangan memangku dagu.

" widihhh baru kali ini ada cowok yang berani minta traktir loe makan re." ucap uda Sonny dengan penuh selidik.

" ah sudahlah jangan bahas tuh orang. gue lagi kenyang ini siap makan." sanggahnya dengan wajah masamnya.

Rere dan Sonny memang sudah lama berteman baik, mereka bertemu sewaktu awal perkuliahan. Rere yang tipikal pendiam saat itu, sangat sulit untuk diajak bicara ketika didalam kelas. Sehingga membuat teman-teman sekelasnya sampai saat ini jarang mengajaknya berbicara. Namun, Sonny dengan sifatnya yang lebih banyak sanguin ia sangat penasaran dengan Rere yang acapkali ia lihat diam dan menatap orang dengan tatapan tajam.

Bahkan laki-laki yang pertama kali dipukuli Rere adalah Sonny. Dikarenakan Sonny selalu mengusilinya baik itu saat jam kuliah maupun diluar jam kuliah. Selepas itu, mereka berdua berdamai dan tidak ada lagi yang namanya tom and jerry didalam kelas FekonB 4 tersebut.

" ketua silahkan maju kedepan kelas " pinta pak Yasmi padanya.

lagi dan lagi Rere harus menjadi tumbal oleh dosen yang paling ia kesalkan. Pak Yasmi tidak hanya mengajar agribisnis dikelasnya, ia juga mengajar Ekonomi Sumber Daya Alam. Sonny menyikut lengan Rere dengan tampang kesal ia berdiri dan menghampiri pak Yasmi dengan kumisnya yang tebal.

" iya pak. ada yang bisa rere bantu?" tanyanya gugup.

" tolong bantu saya tuliskan apa yang dimaksud dengan sumber daya alam.", titah pak Yasmi.

" tulis dimana pak?" tanyanya tampak bingung.

" dikeningmu!" hardik pak Yasmi.

" kening saya kecil pak tak muat untuk menuliskan pengertiannya." balasnya dengan polos.

" ya udah bajumu putih kan ya, dibajumu saja tulis." titah pak Yasmi.

" hahaahhaha." sontak gelak tawa dari teman-teman sekelasnya. Rere pun menutup mulutnya karena malu. Ia melirik ke arah uda sonny, lelaki itu menunjuk ke arah papan tulis. Rere mengerti maksud dari uda Sonny.

" maaf pak boleh pinjam spidolnya?" tanya Rere memberanikan dirinya.

" untuk apa?" singkat pak Yasmi.

" ya untuk ditulis dipapan tulislah pak, terus untuk apa lagi." jawabnya seolah membalas sindiran pas Yasmi padanya.

pak Yasmi tampak geram dan muak dengannya, ia meminta Rere untuk duduk ditempatnya kembali. Dengan senyum sumringah ia kembali duduk ditempatnya.

" tumben loe bego re!" sindir uda Sonny.

" bukan bego, gue lagi malas." ketusnya.

" gara-gara cowok tadi loe bisa malas seharian, hebat banget cowo itu ya." sindirnya lagi.

" sudah jangan sebut dia lagi. gue mau fokus uda!" bentaknya sehingga suaranya memantul dengan keras didalam kelas.

" Rere!" teriak pak Yasmi.

" maaf pak." balasnya malu dan menunduk.

Uda sonny tertawa tak bersuara disampingnya. Ia sangat senang menjahili Rere ketika sedang kesal ataupun sedih.

***

Senja datang menjelang, deru suara motor yang dikendarai Rere terhenti begitu saja. Ditempat yang sepi dan jarang para pengendara lewat di gang ini membuat rasa khawatir dalam dirinya. Ban motornya bocor, membuatnya harus mendorong dengan kuat sampai ke persimpangan jalan. Rere menggerutu sepanjang jalan, jika ada yang lewat mungkin akan menganggapnya perempuan gila. Bajunya basah oleh keringat, tapi persimpangan itu masih jauh. Ia berhenti sejenak melepas penatnya dan menyandarkan motornya.

" perlu bantuan?" tawar seorang lelaki disebelahnya.

" Uda Ikram?" kagetnya entah sejak kapan laki-laki satu ini muncul disebelahnya.

***

Chương tiếp theo