Di sebuah restoran yang ada di tengah-tengah kota San Francisco, restoran itu terlihat sibuk seperti biasa karena para pengunjung hilir mudik untuk menikmati makanan lezat yang disediakan oleh koki restoran. Malam itu semua pegawai begitu sibuk tak terkecuali seorang gadis yang sedang mengambil piring-piring yang hendak dia cuci.
Gadis itu adalah Aleandra, setelah beberapa bulan hidup dalam persembunyian karena takut tertangkap. Aleandra tidak keluar rumah sama sekali dan jika ada keperluan mendesak dia selalu menyamar. Dia bahkan mencari pekerjaan lewat internet dan akhirnya Aleandra mendapatkan pekerjaan menjadi tukang cuci piring di restoran itu. Dia sangat senang, setidaknya dia memiliki pekerjaan walaupun hanya menjadi tukang cuci piring.
Setidaknya pekerjaan itu sangat cocok untuknya karena dia tidak harus bertemu dengan orang-orang. Bagaimanapun dia harus waspada pada orang-orang yang mengejarnya. Keinginannya untuk pergi ke kota lain dia urungkan, bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu. Setiap kali dia ingin pergi, dia selalu bertemu dengan orang-orang yang tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang mengejarnya waktu itu. Dia tahu karena pakaian yang mereka gunakan tidak jauh berbeda dan dia juga pernah melihat mereka menangkap seorang gadis berambut hitam pendek seperti dirinya. Sebab itu dia sangat yakin jika orang-orang itu mencari dirinya. Mereka memang di sebar agar Aleandra tidak bisa melarikan diri dari kota itu dan memang sampai sekarang, Aleandra tidak bisa pergi ke mana pun.
Walau begitu, dia bisa menjalani harinya dengan baik. Memiliki teman dan juga mengasah kemampuan bahasa Inggris dan sekarang, dia sudah bisa menguasai bahasa itu dengan baik. Semua berkat teman-temannya yang mengajari, dia bahkan sudah merasa sudah terbiasa hidup dalam persembuyian.
Restoran yang ramai membuat para pegawai kewalahan, mereka kekurangan orang untuk melayani tamu yang semakin ramai. Seseorang masuk ke dalam dapur dan menghampiri Aleandra, tidak ada pilihan selain selain meminta Aleandra keluar untuk membantu.
"Amy, tinggalkan piring kotor itu dan keluar untuk membantu," perintah sang rekan kerja. Amy adalah nama samaran yang Aleandra gunakan untuk menutupi identitas aslinya.
"Aku?" Aleandra menunjuk dirinya sendiri.
"Ya, kau! Di luar begitu sibuk. Segera keluar untuk membantu!"
Aleandra tidak bergeming, jika dia keluar bukankah dia akan bertemu dengan banyak orang? Bagaimana jika sampai dia bertemu dengan orang-orang yang mengejarnya?
"Amy, kenapa kau diam?" teriak sang rekan.
"Oh, maaf. Aku akan segera keluar," ucap Aleandra. Lebih baik dia melakukan perintah karena dia tidak mau kehilangan pekerjaan.
Setelah merapikan penampilan, Aleandra mengambil buku menu dan menghampiri para tamu yang belum dilayani, dia tampak gugup dan matanya melihat sana sini karena dia harus selalu waspada apalagi dia tidak sedang menyamar. Semoga saja orang-orang yang mengincarnya tidak ada di sana. Walau was-was, Aleandra melakukan pekerjaannya dengan baik tapi mereka semakin sibuk melayani tamu.
"Amy, tamu exclusive yang berada di ruangan nomor tiga memesan minuman. Tolong antarkan," minuman diberikan, Aleandra mengangguk dan segera berlalu pergi sambil membawa minuman itu.
Ruangan nomor tiga menjadi tujuan, setelah mengantar minuman itu dia akan kembali bekerja tapi dia tidak tahu siapa yang ada di ruangan nomor tiga. Aleandra masuk ke dalam ruangan, di mana beberapa pria berada di sana.
"Permisi," Aleandra berusaha tersenyum saat para pengunjung restoran melihat ke arahnya. Aleandra menghampiri mereka dan meletakkan minuman yang dia bawa ke atas meja. Gadis itu terlihat serius tapi entah kenapa dia merasa ada yang sedang memperhatikan mereka, Aleandra menghentikan pekerjaannya sejenak, matanya melihat para tamu pria itu dengan serius dan matanya jatuh pada seorang pria yang melihat ke arahnya tanpa berkedip.
"Ada apa, Nona?" salah satu pria itu bertanya.
Aleandra menggeleng, dia jadi takut. Minuman segera diletakkan dan setelah itu, Aleandra pergi dengan terburu-buru. Tidak, jangan katakan jika itu adalah pria yang dia temui malam itu. Dia memang selalu takut jika melihat orang yang mencurigakan atau pria yang berpenampilan aneh. Dia jadi seperti itu semenjak dirinya menjadi buronan.
Aleandra keluar dari ruangan itu dengan terburu-buru, dia benar-benar takut. Aleandra melangkah dengan cepat, dia tidak melihat seorang wanita berjalan di depannya dan tanpa dia inginkan, Aleandra menabrak wanita itu dengan keras sehingga minuman yang dibawa oleh wanita itu tumpah mengenai bajunya.
"Hie, hati-hati!" wanita itu terlihat kesal dan sedang mengibas bajunya yang basah.
"Ma-Maafkan aku, Nona," Aleandra tampak bersalah, dia segera pergi mengambil tisu untuk membersihkan baju wanita itu.
"Aku benar-benar minta maaf, Nona," ucap Aleandra seraya membantu wanita itu membersihkan pakaiannya yang basah.
"Apa kau buta?" wanita itu berteriak marah dan tampak tidak terima baju mahalnya jadi basah.
"Aku tidak sengaja, sungguh," Aleandra mencoba membantu tapi wanita itu tidak mau dan mendorong tubuhnya.
"Tidak sengaja? Apa kau tidak tahu berapa harga baju ini?"
Aleandra menelan ludah, apa dia harus mengganti rugi baju wanita itu? Jujur saja dia tidak mampu untuk mengganti baju itu.
"Ma-Maaf," Dia hanya bisa menunduk saja.
"Mana managermu, katakan!" teriak wanita itu lantang dan tidak lama kemudian, sang manager yang tua dan gendut pun datang.
"Ada apa?"
"Aku ingin kau memecatnya karena dia sudah menabrak aku dan mengotori bajuku!"
"Tidak, tolong jangan pecat aku," Pinta Aleandra memohon.
Semua tamu restoran melihat ke arah mereka karena suara teriakan wanita itu membuat restoran menjadi sedikit kacau, tentu Aleandra masih menerima makian dari si tamu wanita sampai akhirnya dia diminta untuk kembali ke dapur untuk kembali mencuci piring sedangkan si manager menenangkan wanita yang sedang marah itu.
Air mata Aleandra hampir tumpah, sungguh sial. Memang dia yang salah, orang yang berkuasa benar-benar bisa menginjak orang yang lemah dan sekarang, dia sangat yakin akan kehilangan pekerjaannya itu. Sekarang dia membutuhkan sebuah mujizat dan dia harus siap menerima resiko atas apa yang dia lakukan.
Keadaan sudah tenang di luar sana, Aleandra kembali menjadi si pencuci piring. Dia memang lebih cocok berada di dalam dapur, jauh dari orang-orang. Selama ini dia tidak pernah memecahkan satu piring pun tapi dia membuat masalah setelah berada di luar. Dia bekerja dalam kecemasan, dia takut dipecat dan benar saja, sang manager memanggilnya setelah waktu bekerja sudah selesai. Aleandra tidak terkejut saat sang menager berkata jika dia dipecat.
"Apa tidak ada keringanan untuk kesalahan yang tidak sengaja aku lakukan, Sir?" tanya Aleandra.
"Tidak, Amy. Pelanggan tadi komplain, aku tidak mau nama restoran ini jadi jelek hanya karena kesalahan yang kau lakukan!"
"Tapi, Sir. Tolong jangan pecat aku," pinta Aleandra memohon.
"Apa kau benar-benar menginginkan pekerjaan ini?" mata sang manager tidak lepas darinya, tatapan matanya bahkan terlihat mesum.
"Tentu saja, sebab itu tolong jangan pecat aku," pinta Aleandra memohon.
"Bisa aku pertimbangkan, asal?" sang manager beranjak mendekati Aleandra dan melihat tubuh seksinya dengan nafsu tinggi.
"Asal apa, Sir?" Aleandra terlihat tidak senang dengan tatapan mata si manager.
"Kau mau tidur denganku," sang manager menghentikan langkah, tangannya hendak menyentuh rambut Aleandra tapi Aleandra segera menggeser langkahnya dengan cepat.
"Sebaiknya tidak menyentuh aku!" ucap Aleandra kesal.
"Jangan munafik, bukankah kau menginginkan pekerjaan ini?"
"Aku memang menginginkan pekerjaan ini tapi aku tidak sudi menjual tubuhku hanya demi pekerjaan!"
"Jadi kau menolak?" tanya sang manager.
"Dari pada tidur denganmu hanya demi pekerjaan ini lebih baik aku menjual diriku pada pria tampan, Setidaknya aku tidak muntah saat melakukan sex karena harus melihat wajah jelek dan tuamu itu!" hina Aleandra.
"Kau? Pergi! Kau di pecat!" teriak sang manager.
"Terima kasih!" Aleandra memutar langkah dan keluar dari ruangan itu.
Sial, sungguh sial. Tapi dia tidak mau menjual dirinya hanya demi pekerjaan. Setidaknya dia masih waras untuk tidak menyerahkan dirinya pada pria tua jelek seperti sang manager. Aleandra menghela napas, lagi-lagi dia harus menjadi pengangguran. Sebaiknya dia mencari pekerjaan baru, dia sungguh sial hari ini. Aleandra keluar dari restoran itu tanpa menyadari jika seseorang memperhatikannya dari kejauhan.