webnovel

Bab 15 - Not Doll

Aurora keluar dari rumah besar itu setelah selama seminggu terkurung di rumah itu, dia tidak mengenal apapun sepanjang perjalanan mobil membawa dirinya.

Benar-benar kota yang sangat asing menurutnya, dia bahkan tidak tahu harus melakukan apa karena semua ini masih menjadi pertanyaan dalam dirinya, tidak tahu mau kemana dirinya akan di bawa, pria itu tidak mengatakan apapun padanya.

Yang dia tahu jika kota ini memiliki sesuatu yang berbeda dari kota lainnya, rasanya sepertinya bukan kota bagian amerika atau eropa? Apakah ini negara asia?

Entahlah, yang terpenting apa tujuan dirinya mengenakan pakaian seperti ini?

"Kenapa kamu ingin membawaku?" Tanya Aurora, dia membuka suara setelah sekian lama terdiam di samping pria itu.

Pria yang ada di samping Aurora mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu, menyimpan kembali ponselnya di jas yang dirinya kenakan.

"Acara formal, kau pikir apa? Akan menjualmu?" Tanya Julian, pria itu melihat jam tangannya, waktu tinggal sedikit lagi dan dia harus segera sampai.

"Untuk apa? Hanya membuang waktu saja!" Ucap Aurora, dia memilih untuk mengalihkan pandangannya lagi, tapi pria itu menarik pinggangnya hingga jarak mereka begitu dekat sama lain.

"Apakah sulit hanya duduk saja? Apa maumu?" Tanya Julian, pria itu menatap ke arah wanita yang kini mencoba melepaskan dirinya dari genggamannya.

"Cukup lepaskan aku!" Jawab Aurora, dia hanya mau pria itu melepaskan dirinya, hanya itu saja, dia tidak meminta biaya apapun bahkan barang-barangnya yang pria itu sita.

Karena dia takut di bilang penghianat daripada harus bersama pria itu, dia hanya tidak mau kedua orang tuanya menjadi ancaman untuknya.

"Hal itu tidak akan terjadi." Ucap Julian, dan pria itu memutuskan untuk melepaskan wanita itu, dia membuang wajahnya ke arah lain dengan kesal.

Sampai dimana mobil yang membawa mereka berhenti di sebuah tempat yang cukup di penuhi dengan paparazzi, bahkan mereka berdiri di depan penuh dengan kamera besar dan flash yang bisa merusak mata.

"Kau tidak turun?" Tanya Julian, pria itu sudah melangkah keluar dari mobil tapi wanita itu tidak kunjung turun dari sana.

"Aku tidak mau turun! Aku tidak mau bertemu dengan para paparazzi itu!" Ucap Aurora, dia menolak keras, seorang agen rahasia tidak boleh menampakan wajahnya di depan kamera.

Julian tidak suka dengan segala penolakan, pria itu masuk ke dalam mobil lagi, lalu dengan sedikit kasar menarik wanita itu, menggendongnya seperti karung beras, membuat semua orang terkejut dengan aksi pria itu, semua menatap terheran-heran dengan apa di hadapan mereka.

"Lepaskan aku! Kau menyebalkan Julian!" Ucap Aurora, dia menggerakan kedua tangannya memukul punggung pria itu, dia tidak suka jika pria itu menggendongnya seperti ini.

Lalu keduanya masuk ke dalam lift khusus, Julian menurunkan wanita itu dan menyudutkan tubuhnya di lift, menahan wajahnya untuk menatap ke arahnya dan mencekal kedua tangannya di atas kepalanya.

"Kau memang suka sekali memancing kemarahan, atau kau memang suka sekali di perlakukan kasar?" Tanya Julian, dengan seluruh kemarahan di matanya.

Aurora menatap pria itu dengan tubuhnya di kunci pergerakannya, dia tidak bisa menghindari saat nafas panas itu menerpa wajahnya, jarak yang begitu sampai hidung mereka bisa saling bertemu.

"Kau juga suka membuatku selalu kesal! Kau pikir aku—,"

Mata Aurora terbuka lebar saat pria itu mencium dirinya dengan memotong ucapannya, tidak! Dia tidak mau pria itu mulai menyentuh dirinya, hal ini seharusnya tidak boleh terjadi karena pria itu semakin membuat gila.

"Le‐paskan!" Ucap Aurora di sela ciuman itu belum berakhir, dia terpaksa mengangkat kakinya dan menyenggol milik pria itu, agar ciuman itu lepas.

Julian tersentak, awalnya di hanya ingin memotong ucapan wanita itu tapi dirinya malah jatuh dalam larutan ciuman itu, sampai akhirnya dia melepaskan celakan di tangan wanita itu.

Sial! Kenapa wanita itu memiliki bibir yang membuatnya candu.

Julian menarik wajah wanita itu dan kembali menciumnya, walau tentu saja wanita itu langsung mendorong tubuhnya, dengan sekali hentakan pria itu membuat wanita itu kembali di sudut lift.

Aurora terpaksa membuat mulutnya, begitu pria itu menerobos masuk ke dalam dirinya dengan cepat langsung menggigit lidah, dia sungguh tidak dengan cara pria itu untuk mendapatkan sesuatu dalam dirinya.

Julian menjauh dari wanita itu, dia mengusap bibirnya dan menatap wanita itu dengan tajam, dia mengambil pergelangan tangan wanita itu dan membawanya keluar dari disana.

Tubuh Aurora di seret keluar dari lift, dia melihat sebuah jet pribadi lagi di hadapannya, entah kenapa lagi pria itu akan membawanya, sungguh tidak bisa di percaya.

Kekayaan yang pria itu dapatkan, sungguh mengundang banyak pertanyaan untuknya, jika dia mafia apakah sampai memiliki segalanya yang ada di dunia ini.

"Lepaskan! Kau melukai tanganku!" Ucap Aurora saat pria itu menghentikan langkah saat berbicara dengan orang lain.

"Aku tidak percaya padamu!" Ucap Julian, dia masih menggenggam erat tangan wanita itu, lalu ikut menarik mengikuti jalannya dimana dia dan wanita perlahan masuk ke dalam jet pribadi itu.

"Apa sebenarnya tujuan kamu! Kenapa aku seperti budak yang harus mengikutimu!" Ucap Aurora, dia menepis tangan pria itu saat sudah di dalam jet pribadi, lalu dengan sedih menatap tangannya yang kini memerah.

"Diamlah! Jangan membuatku menghancurkan dirimu!"

Aurora menahan dirinya, dia hidup dengan baik selama hidupnya, lalu bertemu dengan pria itu sungguh dia merasa bukan manusia lagi tapi sebuah boneka yang hanya bisa bergerak saat di mainkan.

"Kenapa tidak melempar diriku saat dari atas gedung ini! Kenapa kau malah melakukan hal itu?" Tanya Aurora.

Pria itu membalik tubuhnya, berdiri di hadapan wanita itu lalu menahan dagu wanita itu, dia sedang menahan diri untuk tidak menyentuh wanita tapi sikapnya seakan membuka jalan untuknya.

"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum–enjoy your body, baby." Ucap Julian, pria itu memberikan kecupan di pipi wanita itu lalu memilih untuk duduk di kursi yang sudah di siapkan.

Aurora menelan kepahitan dalam diamnya setelah mendengarkan apa yang pria itu katakan, itu sungguh melukai harga dirinya, hanya itu saja? Apakah wanita di pandang hanya itu saja?

"Kau ingin duduk sendiri atau aku dudukan?" Tanya Julian, dia kembali menatap wanita itu yang diam saja.

Aurora langsung mengambil kursi yang berbeda dengan pria itu, tangannya mengepal dengan kencang, baiklah rencana akan dia rubah, ikuti keinginan dan perlahan dia akan menghancurkan pria itu.

Akhirnya Julian hanya bisa membiarkan wanita itu menjauh darinya, dia kembali fokus berbicara dengan klien yang bersamanya, walau diam-diam dia memperhatikan tangan wanita itu yang sedikit memerah karena nya, wanita itu pasti merasakan kemarahan luar biasa, tapi mau bagaimana lagi dia sudah terlanjur di buat kesal dengannya.

Chương tiếp theo