Setelah memastikan semua tamu sudah pulang, Leo segera menutup pintu gereja, serta menguncinya dari luar. Ia lalu menyuruh 5 pengawal terbaiknya untuk berjaga di depan pintu tersebut.
"Dengar! Di dalam sedang diadakan pertemuan rahasia. Sehingga pastikan tidak ada orang lain yang masuk ke dalam gereja. Jika sampai ada yang berani coba-coba, seret ia keluar dari area gereja, dan segera tembak tepat di kepalanya. Jelas?"
"Siap, Komandan! Jelas!"
Leo mengangguk, kemudian ia pergi berkeliling ke area sekitar, guna memastikan bahwa kawasan ini telah steril.
Sementara tiu di dalam gereja, kini yang tersisa hanya tinggal 3 orang. Mister Capone, Mister Lee, dan juga Miss Selena, para pimpinan kelompok mafia itu duduk di deretan bangku paling depan, berbincang-bincang.
"Cih! Aku paling bosan jika disuruh menunggu seperti ini," Miss Selena menggerutu, melepas sepatu hak tingginya. Kakinya sejenak dibiarkan bernapas, menyentuh lantai marmer warna coklat yang dingin.
"Hahahaa ... hei, sabarlah sedikit. Seharusnya kau tahu, Mister Adam juga butuh waktu untuk mempersiapkan pertemuan rutin setahun sekali ini." Mister Capone merasa geli. Kenapa wanita itu tidak pernah bisa sedikit bersabar?
"Ya, tapi mau sampai kapan? Aku sangat sibuk dan tidak seharusnya membuang-buang waktu seperti ini." Miss Selena memutar bola mata setelah melepaskan kacamata hitamnya. "Cih, membosankan sekali."
"Miss Selena, saya pikir ini tidak akan lama. Anda tahu sendiri, kita semua juga sama-sama sibuk. Jadi, Mister Adam pasti sangat mengerti serta tidak akan membiarkan kita menunggu lama-lama," ucap Mister Lee sangat sopan. Dari keempat pimpinan mafia, memang dirinya yang paling lembut dalam bertutur kata.
"Cih!" Miss Selena tak acuh, wanita itu paling jengkel jika dinasihati.
Tak lama kemudian, muncul 2 orang pelayan gereja yang datang menghampiri mereka. Keduanya adalah gadis cantik berkulit putih, berusia sekitar 19 tahun, memakai baju biru biarawati serta tudung menutupi kepalanya berwarna putih. Masing-masing gadis membawa obor kecil di tangannya, dan mereka mendekat, mengangguk sangat sopan.
"Silakan ikuti kami, Tuan, Nyonya. Mister Adam sudah menunggu di dalam," ucap keduanya hampir bersamaan.
Segera ketiga pemimpin kelompok mafia itu berdiri, secepat kemudian berjalan membuntuti 2 gadis tersebut.
Hanya dengan obor kecil yang menyala setengah mati, mereka berjalan melewati lorong gereja yang gelap, sampai-sampai terlihat bayangan mereka yang bergoyang-goyang pada dinding. Sesampai di ujung lorong, mereka menuruni sebuah tangga, semakin gelap, lalu berjalan lurus hingga sampai di depan sebuah pintu besar yang terbuat dari besi, mereka berhenti.
Salah seorang gadis mengambil kunci dari dalam sakunya, lalu membuka pintu besi tersebut.
"Silakan masuk, Tuan, Nyonya. Mister Adam sudah menunggu di dalam." Kedua itu gadis tersenyum dingin.
Ketiga pimpinan mafia itu lekas masuk ke dalam ruangan tersebut, hingga...
BLANG!!
CKLEK!!
CKLEK!!
Pintu besi ditutup dan dikunci kembali.
Segera Mister Adam berdiri dan menyambut kedatangan ketiga tamunya dengan penuh antusias.
"Hahahaa, selamat datang, selamat datang. Oh, maaf telah membuat kalian menunggu. Aku harus mempersiapkan hidangan spesial untuk kita semua terlebih dulu. Jadi mari, mari, silakan duduk..."
"Hm, tidak masalah, Mister Adam. Kami sangat menghargai sambutan baik Anda," Mister Lee tersenyum ramah. Ia lalu duduk pada kursi yang sudah tertulis namanya, kemudian sejenak ia melempar pandangannya demi bisa melihat setiap detail dekorasi yang berada di dalam ruangan ini.
Sebetulnya ruangan ini kecil saja, berukuran tidak lebih dari 4x4 meter persegi. Namun meski kecil, dekorasi yang ditata sedemikian apik menjadikan ruangan ini sangat indah, mengingatkan Mister Lee kepada masa kejayaan kekaisaran Bizantium kuno di masa lampau.
Lukisan orang-orang bertelanjang dan saling bergandengan tangan, bergaya naturalis, yang memenuhi setiap sisi dinding itu membuat Mister Lee mengangguk sesaat. Apa lagi soal lampu kristal yang menggantung menawan berwarna kuning terang, menjadikan ruangan ini cukup hangat dan terang.
Sementara persis di bawah lampu kristal, ada satu meja bundar yang terbuat dari kayu mahoni kokoh. Serta di atasnya sudah tersedia bermacam hidangan spesial, mulai dari ayam panggang utuh, daging kambing, sayur-sayuran segar, bersama botol-botol anggur berkualitas nomor wahid, pun dengan lilin-lilin kecil yang menyala di sekitar.
Dan empat buah kursi besar mengelilingi meja bundar tersebut, dan sekarang masing-masing orang sudah duduk dengan nyaman.
"Ah, Mister Lee, sepertinya Anda pengagum karya seni?" Mister Capone merasa perlu mengomentari, sebab mendapati pria asia itu yang tengah terkagum melihat lukisan berada di sekeliling ruangan.
"Anda benar, Mister Capone. Bahkan saya adalah seorang koletor yang punya galeri pribadi. Dan kebetulan sekali, galeri saya khusus untuk menampung lukisan-lukisan kuno bergaya naturalis seperti ini," jawabnya santun.
"Oh, rupanya kau pria santun tapi mesum," celetuk Miss Selena tiba-tiba. "Jangan tersinggung, Mister Lee, tapi aku tidak tahu, apa menariknya lukisan orang-orang bertelanjang seperti ini? Bukankah lukisan ini sama saja dengan gambar pornografi?"
Mister Lee tersenyum tipis. "Tentu berbeda, Miss Selena. Meskipun sama-sama bertelanjang, namun pornografi memang sengaja dibuat agar orang menjadi birahi. Sedangkan lukisan naturalis ini sama-sekali tidak akan membangkitkan birahi kita. Serta tentu saja ada pesan tersembunyi dari para pelukisnya. Yaitu, mereka ingin agar manusia menghadap kepada Tuhan tanpa mengenakan apa-apa. Tanpa jubah kebesarannya, tanpa tanda pangkat yang tersemat pada seragamnya. Sebab semua manusia di hadapan Tuhan itu sama. Maka dari itu, dengan lukisan ini, kita seperti sedang disindir agar bisa menghadap kepada Tuhan dengan hati yang telanjang."
PLOK!!
PLOK!!
PLOK!!
Mister Capone bertepuk tangan sangat puas, "Anda memang mahir memahami nilai karya seni, Mister Lee. Aku sangat kagum dengan itu."
"Ah, Anda memuji terlalu berlebihan, Mister Capone. Saya hanya seorang penikmat saja."
"Cih! Bisakah kita sudahi basa-basi? Kenapa tidak langsung saja masuk ke topik pembicaraan utama saja? Aku masih ada acara lain setelah ini!" Miss Selena tampak tidak suka.
Mister Capone yang sedari tadi sudah menahan amarah kini pun naik pitam. Dia bahkan sampai menggebrak meja. "Kenapa kau tidak bisa sedikit bersabar? Padahal dulu, sebelum kau menggantikan posisinya, kupikir Mister Franco adalah orang yang tahu sopan-santun dan sangat menyenangkan. Dan itu sangat berbeda dengan tingkah-lakumu yang lebih seperti berandalan!"
"O, jadi kau merindukan suamiku? Cih! Silakan gali saja kuburannya, atau jika perlu, kau akan kubantu agar segera bertemu dengannya!" Miss Selena balik geram. Meskipun ia perempuan seorang diri, tapi tidak ada rasa takut sama sekali dengan ketiga Mister yang ada di sini.
Situasi menjadi tegang. Beruntung Mister Lee berinisiatif untuk menengahi.
"Maaf, saya kira semua ini sudah cukup. Benar yang dibilang Miss Selena, sebaiknya kita langsung saja ke topik utama," ucapnya lembut, tersenyum mengangguk kepada Mister Capone, meminta pria itu untuk mengalah, duduk dengan tenang.
Mister Capone akhirnya mengambil cerutunya, lalu membakar ujungnya. "Fuuhh ... baik, kita mulai saja. Jadi apa yang mau dibahas sebagai topik pertama?" ucapnya sembari melempar asap ke udara.
Mister Adam berdiri, meminta kesempatan pertama. Mister Capone mengangguk. Mister Lee mempersilakan. Sedang Miss Selena tampak tak peduli.
"Ya, jadi aku rasa, untuk topik yang pertama harus kita bahas adalah mengenai...