webnovel

15. Tutup Mulut

Semua orang menoleh dan kemudian menatap Cielo dan Graciello secara bergantian. Graciello pun menghentikan langkahnya, sementara yang lain keluar dan menutup pintu dengan pelan.

"Ya. Ada apa, Bu?" tanya Graciello sambil menunduk. Tak sedikit pun ia berani menatap mata Cielo.

"Terima kasih ya karena sudah menolongku," kata Cielo tulus.

Graciello mendesah. "Seharusnya, sejak tadi kamu katakan itu pada mereka."

"Katakan apa?" tanya Cielo bingung.

"Katakan pada mereka kalau aku telah menolongmu dan bukannya menghajar si berengsek itu tanpa alasan! Sekarang, mereka semua sudah keluar. Mereka akan tetap menyalahkanku dan menyerahkanku pada polisi."

Cielo terkejut mendengar ucapan Graciello. Ia tak menyangka jika pria itu kasar sekali. Sopan santunnya telah hilang sepenuhnya.

"Seharusnya … kamu juga menjelaskan semuanya pada mereka! Aku kan … di sini aku korban! Bagaimana bisa kamu menyalahkanku?!" Cielo membelalak marah.

Graciello mendecak kesal sambil menggerakkan tangannya. "Ah, sudahlah. Percuma saja. Orang sepertiku tidak akan ada yang membela. Meskipun aku menjelaskan segalanya, mereka tidak akan percaya padaku."

Cielo jadi semakin bingung dengan perkataan pria itu. Bukankah di sini, ia yang telah menjadi korban? Kenapa pria itu malah berkata aneh seperti itu?

Pria itu pun berjalan menuju ke arah pintu untuk keluar.

"Kamu mau ke mana? Aku belum selesai bicara!" bentak Cielo.

"Mau bicara apa lagi? Seharusnya, aku tidak pernah datang kemari. Seharusnya, aku tidak perlu ikut campur. Pria berengsek itu adalah calon suamimu kan? Kalian mungkin akan bersenang-senang malam ini, tapi aku malah meninjunya. Hebat bukan?"

Cielo mendengus kesal. "Jadi, kamu menyesal telah menolongku?!"

"Lantas, apa yang aku dapatkan dari menolongmu? Mungkin setelah kejadian ini, kamu tidak akan pernah bisa melihatku lagi di sini. Aku tidak akan pernah mengenakan seragam ini lagi. Kamu artinya kan?"

Cielo meringis. "Aku … aku bisa membantu menjelaskan—"

"Aku akan dipecat!" seru Graciello sambil membuka tangannya. "Orang seperti aku, siapa yang akan membela?"

"Kamu tidak percaya padaku?"

Graciello menggelengkan kepalanya sambil berjalan keluar dari kamar itu. Cielo benar-benar terkejut dan terluka mendengar ucapan Graciello yang begitu membuatnya sakit hati.

Ia ini adalah seorang pimpinan di tempat itu. Ia bisa melakukan apa saja yang ia mau termasuk menerima dan memecat seseorang. Bagaimana mungkin Graciello meragukan kemampuannya?

Cara pria itu bicara seperti yang sedang merendahkannya. Air mata Cielo langsung merembes di pipinya. Ia mengusapnya dengan cepat sambil memalingkan wajahnya.

Buru-buru, ia berlari ke arah pintu dan menguncinya. Ia tidak mau menerima tamu siapa pun juga malam ini.

Cielo membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil meringkuk. Bagaimana bisa malam pesta ulang tahunnya berakhir seperti ini?

Cielo sedih dan kecewa. Seharusnya malam ini, ia bersenang-senang dan mengenang segala hal yang indah, yang terjadi selama pestanya.

Mengapa Justin tega menodainya? Untung saja, hal itu tidak sampai terjadi karena ada Graciello yang menolongnya.

Namun, pria itu menyesal karena telah menolong Cielo. Apakah Graciello berharap jika saat itu Justin menodainya saja?

Seharusnya, Cielo berterima kasih pada pria itu, tapi melihat sikapnya yang angkuh dan menyebalkan membuat Cielo ingin sekali membuat pria itu dipecat saja.

Malam itu, Cielo tidak bisa tidur nyenyak. Kejadian saat Justin menciumnya paksa dan menarik kimononya hingga terlepas benar-benar telah meninggalkan trauma terdalam di hidupnya.

Pikiran itu terus menerus berputar-putar. Cielo ingin menhempaskan semuanya, tapi rasanya sulit sekali.

Pagi harinya, Cielo sudah harus bangun untuk sarapan dan melanjutkan aktifitasnya. Sebelum berita kejadian itu menyebar ke mana-mana, Cielo buru-buru memanggil semua orang yang terkait, kecuali Graciello, untuk memerintahkan mereka tutup mulut.

Cielo sadar jika perbuatan Justin itu memang bejat. Ia harus memberi pria itu pelajaran, tapi ia tak sanggup menanggung malu dalam hidupnya.

Ia telah begitu mengelu-elukan Justin di hadapan kedua orang tuanya dan juga semua orang di seantero jagat raya. Semua orang tahu kalau Cielo sangat mencintai Justin dan pria itu adalah seseorang yang spesial yang akan menjadi calon suaminya.

Jadi, Cielo pun memutuskan untuk menyembunyikan peristiwa ini.

Siang harinya, Cielo sedang berada di kantornya untuk mengecek beberapa dokumen. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Silakan masuk," kata Cielo tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya itu.

Lalu pintu mengayun terbuka. Justin berjalan masuk ke ruangannya sambil tersenyum.

Chương tiếp theo