Retta sedang berbincang dengan cowok yang tinggi badannya tak jauh dari tinggi badannya, rambut yang terlihat begitu rapi dan juga dasi yang masih terpasang apik di kemejanya.
Seorang cowok memperhatikan hal itu sampai akhirnya dia melangkahkan kakinya dengan santai menuju ke tempat di mana cowok itu dan juga Retta berada.
"Udah selesai urusannya dengan cewek gue?" tanya orang itu yang membuat kedua orang yang semula tengah berbicara menjadi terdiam dengan seketika.
Retta melirik ke arah di mana cowok itu berada, memperhatikan ekspresi yang cowok itu pasang. Retta tanda tanya apakah kalimat yang sudah dia ucapkan itu benar atau tidak.
"Eh, masih ada yang ingin gue bicarakan dengan dia." Cowok yang semula bersama dengan Retta menjawab dengan menggunakan nada yang terdengar sedikit gugup, bahkan pandangan mendadak menunduk.
"Penting?" tanya orang yang baru saja datang sambil menatap cowok itu dengan begitu serius.
Dengan penuh kejujuran cowok itu menggelengkan kepalanya tanpa menaikkan pandangannya. "Tidak terlalu," jawab cowok itu.
"Silakan pergi," ujar orang itu dengan begitu enteng.
Tidak berucap apa pun lagi, dia langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Retta bersama dengan cowok yang cukup dia kenali siapa orang itu dan hal tersebut yang membuat dia lebih memilih untuk pergi.
Gila nih orang ngusirnya halus banget, tapi tuh orang sampai pergi beneran tanpa membantah.
Retta memperhatikan cowok yang ada di hadapannya dengan tatapan yang tanda tanya. "Apa lo bilang tadi?"
"Yang mana?" tanya orang itu dengan begitu santai.
"Cewek gue? Apa itu? Gue gak salah denger?" Retta cukup kebingungan saat mendengar hal itu.
Tanpa ada sebuah keraguan, dia menganggukkan kepalanya. "Ya, Retta."
"Wait ... maksudnya bagaimana nih?" Sampai saat ini Retta masih kebingungan di sini.
"Lo mengatakan kalau jawaban sepupu lo akan sama dengan jawaban lo bukan?" tanya Rey dengan begitu santai sambil menatap cewek yang sudah dia aku sebagai miliknya.
Setelah mendengar hal itu, Retta masih kebingungan di sini. "Memangnya dia jawab apa?" tanya Retta langsung.
"Ya," jawab Rey dengan begitu enteng.
Mendengar hal itu Retta membelalakkan matanya merasa tidak percaya dengan apa yang sudah Rey ucapkan. "Lo serius?" masih ada sebuah keraguan dalam diri Retta sekarang.
"Untuk apa gue bercanda?" tanya balik Rey dengan sangat rinngan. Tidak ada sebuah keuntungan untuk Rey kalau dia berbohong mengenai hal ini.
"Kenapa lo bisa dengan mudah mengambil hatinya untuk menyetujui hubungan kita?" Benar-benar Retta masih begitu tanda tanya akan hal ini.
Retta cukup tahu bagaimana karakter sepupunya, sehingga dia semakin kebingungan setelah mendengar jawaban itu.
Apa mungkin kalau sepupunya memang mengiyakan hal tersebut?
"Karena gue rasa dia sebagai cowok bisa membedakan mana cowok yang akan serius dan yang akan main-main."
Rey mengutarakan apa yang kemungkinan menjadi alasan kenapa Reynard bisa memberikan izin padanya untuk menjadi pacarnya Retta.
"Jadi, gue sekarang adalah pacar lo?" Tatapan mata Retta masih kebingungan dan juga masih diisi oleh sebuah keraguan.
"Ya. You are mine, Retta Angelistha."
Glek
Dengan seketika saliva milik Retta turun secara paksa setelah mendengar Rey yang berucap dengan menggunakan nada yang begitu serius serta suara yang terdengar cukup serak.
Flashback
"Intinya apa? Lo menyetujuinya atau tidak?" tanya Rey Putra yang ingin sebuah kesimpulan dari semua ini.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Reynard menarik napasnya dengan begitu dalam, Reynard memperhatikan sejenak cowok yang ada di hadapannya.
Memang dia jauh dari sebuah keraguan pada cowok itu, hanya saja berat bagi dirinya untuk melepaskan Retta menjalin sebuah hubungan bersama dengan cowok, setelah baru beberapa hari Retta putus.
"Asalkan lo bisa menjaga dia dan tidak menyakiti dia." Reynard menyetujuinya dengan sebuah syarat di dalamnya, karena dia memang tidak akan begitu saja memberikan izin.
Rey menganggukkan kepalanya. "Dari awal gue bertemu dengan dia, gue sudah tidak rela melihat dia diperlakukan tidak pantas oleh cowoknya."
Alis Reynard terangkat sebelah. "Lo ingin bersama dengan Retta, karena lo kasihan sama dia?" tanya Reynard yang semakin memperserius nada bicaranya.
Dengan cepat Rey Putra menggelengkan kepalanya. "Hal itu sama sekali bukan alasan yang gue miliki," jawab Rey yang memang alasan utamanya bukan karena hal itu.
"Kalau lo ingin pacaran dengan dia karena kasihan, mending jangan. Dia tidak butuh belas kasihan dari lo!" terang Reynard dengan nada yang sudah sangat serius.
Di sini Reynard merasa sedikit tersinggung hatinya saat mendengar hal itu, tapi sepertinya sudut pandang yang Reynard gunakan berbeda dengan sudut pandang Rey Putra saat memberitahukan hal itu.
"Lo gak perlu negative thinking dulu. Jujur, dari awal gue melihat dia, gue ngerasa kalau dia bukan cewek yang biasa aja. Dia berbeda dari cewek yang sudah gue temui sebelumnya."
Setelah Rey Putra mengucapkan hal itu, Reynard masih terus menatap cowok di hadapannya untuk lebih menjelaskan apa yang menjadi alasan kenapa dia berucap seperti itu.
"Sejak awal gue sudah suka sama dia, kemudian secara tidak sengaja melihat dia dengan cowok dan perlakuan cowoknya sama sekali tidak gue sukai."
Rey menarik napasnya sejenak, melihat ekspresi yang Reynard pasang membuat Rey tahu kalau orang yang ada di hadapannya memang begitu menjaga Retta, bahkan sampai hal perasaannya.
"Gue gak rela dia berada dalam hubungan yang toxic. Gue ingin dia bersama dengan cowok yang tepat, bersama dengan cowok yang bisa menghargai dia, dan gue rasa gue bisa melakukannya."
Cukup membuat Reynard terdiam saat mendengar sebuah penuturan yang mana Rey begitu yakin kalau dia adalah cowok yang bisa menghargai Retta dengan begitu serius dan juga cara yang tepat.
"Berani merendahkan, apalagi menyakiti dia, lo BERURUSAN dengan GUE!" tekan Reynard yang sudah benar-benar begitu serius.
Rey Putra sedikit terkejut saat Reynard benar-benar menekan dan juga menaikkan nada bicaranya saat membahas hal itu, tapi semua itu tidak membuat nyalinya ciut.
Dengan penuh keyakinan dan juga keberanian, Rey Putra menganggukkan kepalanya. "Gue akan tanggung semua resikonya." Di sini Rey Putra juga cukup serius.
"Pegang ucapan lo!" tekan Reynard lagi.
"Ya. Gue rasa gue gak salah memilih cewek." Rey mengungkapkan apa yang dia pikirkan.
"Dia mungkin bisa dibuat jatuh cinta sama lo dan mungkin dia bisa lemah karena rasa yang dia miliki sama, tapi jangan sampai lo memanfaatkan semua itu untuk menyakitinya."
Rey menggelengkan kepalanya. "Sepertinya lo benar-benar menjaga dia," ujar Rey setelah dia mendengarkan sebuah peringatan demi peringatan yang Reynard keluarkan.
"Sangat. Jadi, jangan coba-coba untuk menyakitinya karena lo akan berusan dengan gue!"