Satu jam berikutnya. Susano sudah lebih tenang dari sebelumnya. Bi Eem membawakan makan malam ke kamar, sesuai yang Venus perintahkan.
"Terima kasih, tapi Paman tidak memiliki selera untuk makan," lirih Susano yang terdengar pilu dan lesu, terlihat dari wajahnya yang pucat pasif serta keriput yang membuatnya tampak lebih tua beberapa tahun.
Venus mengulas senyuman terbaiknya. Senyuman yang mampu membuat Susano semaki tenang, sekaligus mengingatkannya akan malam pengkhianatan itu.
Setiap kali melihat Venus, maka otaknya akan membawa pikiran yang telah rapuh itu melalang buana, merangkai kembali kepingan-kepingan masa lalu, merangkainya dalam satu peristiwa bodoh malam itu.
"Apa yang Paman sedang pikirkan?" Venus meletakkan baki berisikan makan malam untuk Susano, di meja. "Kalau begini terus, maka aku akan benar-benar membenci Paman," lanjutnya bernada ancaman.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com