webnovel

Mi Familia 4

"Is it you, Ben?" gumam David sambil melepaskan kacamata hitam yang ia gunakan.

Jasmine yang sedang memeriksa ban mobilnya bersama pemuda yang memberitahukan kondisi bannya sontak menatap ke arah David. Jasmine menatap David sambil mengerutkan keningnya lalu mengalihkan perhatiannya pada pemuda yang berdiri di sebelahnya.

"Are you Benjamin Harris?" tanya Jasmine pada pemuda yang berdiri di sebelahnya.

Pemuda itu berdiri mematung sambil menatap ke arah David dari balik kacamata hitam yang ia gunakan. Ia menelan ludahnya dan sedikit memundurkan langkahnya. Pemuda itu tidak menghiraukan pertanyaan Jasmine dan membeku di tempatnya.

----

Ben tiba-tiba merasa perutnya bergejolak setelah ia menatap pria paruh baya yang kini sedang berdiri di hadapannya. Ia mendadak mual begitu wanita yang berdiri di dekatnya menyebut nama Benjamin Harris. Nama yang sudah lama tidak ia gunakan.

"Your mistaken," ujar Ben dengan sedikit bergetar. Ia kemudian berbalik dan berjalan pergi meninggalkan wanita yang hendak ia tolong.

Ben berjalan cepat ke arah sepedanya. Ia ingin secepatnya pergi dari tempat itu. Begitu mencapai sepedanya, Ben ternyata sudah tidak bisa menahan rasa mual yang ia rasakan. Ben membungkukkan badannya dan akhirnya ia memuntahkan semua isi perutnya di pinggir jalan.

----

"Follow him," ujar Jasmine pada David.

David bergegas berjalan menghampiri pemuda yang ia duga adalah putranya. Pemuda itu terlihat sedang membungkuk di pinggir jalan.

"Hei, you okay?" tanya David sambil mendekati pemuda tersebut. Ia hendak membantu pemuda itu, namun tangan pemuda itu mencegahnya untuk mendekat.

Dengan sedikit terengah-engah, pemuda itu berbicara pada David. "Stay away from me."

Setelah mengucapkan kata-katanya, pemuda itu tiba-tiba kembali muntah. David kembali mencoba untuk mendekatinya. "Let me help."

Tangan pemuda itu tidak membiarkan David untuk mendekat. Beberapa saat kemudian, pemuda itu menegakkan tubuhnya. Ia menatap David sebentar.

"Don't you dare to touch me," ujar pemuda itu dengan sangat dingin.

David mengerutkan keningnya. "Is it you, right? Ben?"

----

Ben kembali mual begitu mendengar pria yang ada di hadapannya menyebut namanya. Ia tahu pasti siapa pria paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Belum lama ini Ben membaca berita pembebasan pria itu di salah satu portal berita online milik media Australia.

Pria yang tidak pernah ia harapkan kehadirannya di dalam hidupnya. Namun pria itu kini tiba-tiba muncul di hadapannya. Ben terus memuntahkan isi perutnya. Ia tidak tahu kenapa tubuhnya bisa bereaksi sedemikian rupa ketika melihat paruh baya itu.

Ben masih terus memuntahkan isi perutnya ketika pria itu kembali mencoba untuk mendekat padanya. Dengan cepat Ben mendorong pria itu agar menjauh darinya. Setelah merasa sudah tidak ada lagi yang bisa ia muntahkan, Ben kembali menegakkan tubuhnya.

Dengan nafas yang terengah-engah, Ben menatap pria paruh baya yang ada di hadapannya. Ia kemudian menelan ludahnya sembari menyeka mulutnya.

"Stay away from me. I didn't know you," ujar Ben.

"Answer my question, and I'll leave you," sahut pria yang berdiri yang di hadapan Ben.

Nafas Ben tertahan ketika pria itu berjalan mendekat. Ingatan ketika pria itu menikam ibunya dan menariknya dari kolong meja lalu mencekiknya kembali menghantuinya. Ben refleks mundur ketika pria itu benar-benar berdiri di hadapannya. Mata mereka bertemu. Ben menatapnya dari balik kacamata hitamnya.

"Are you Benjamin Harris?" tanya pria yang ada di hadapan Ben sambil menatapnya dalam-dalam.

Ben menggelengkan kepalanya. "I don't know what you are talking about. I don't know the people you mention."

"But I know who you are. Don't you think I didn't recognize my only son after years?"

"Your mistaken," ujar Ben dengan sedikit bergetar.

"Your presence really looks like my son." Pria yang berdiri di hadapan Ben tiba-tiba saja menarik kacamata hitam yang ia kenakan.

Ben kembali menelan ludahnya ketika pria di hadapannya kini bisa melihat warna matanya. Sementara Ben menahan semua kegelisahan yang ia rasakan, pria yang ada di hadapannya justru tersenyum setelah melihat mata Ben.

"You still want to say that I was mistaken? I can recognize you even though we don't meet in years. Your mom always told me that your eyes as the same as mine."

"I'm no longer Benjamin Harris," ujar Ben.

"But my blood is still yours. I've been watching you before in front of Ni Galuh's house," sahut David.

Nafas Ben semakin terengah-engah ketika ia bertatap-tatapan dengan ayahnya sendiri. Tiba-tiba saja Ben merasa dadanya terasa nyeri dan ia refleks meremasnya sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Hei, you okay?" tanya David. Ia hendak memegang Ben, namun Ben dengan cepat mendorong.

Sambil meremas dadanya, Ben menatap wajah ayahnya. "Don't you dare to touch me. Just go."

"How can I let you go? You look sick," sahut David.

"You made me sick!" teriak Ben.

Dengan sedikit terengah Ben melanjutkan kata-katanya. "You are the cause why I'm feeling so sick right now."

"Let me get you to the hospital." Sekali lagi David mencoba untuk membantu Ben. Akan tetapi Ben langsung menegakkan tubuhnya dan mendorong David untuk menjauh.

"You–" Ben menatap ayahnya dengan tatapan penuh kebencian.

"Don't show your face anymore. I don't want to see you. Your son already died years ago. You kill him," ujar Ben dengan nada yang sangat dingin.

David menatap Ben dan kembali mencoba untuk mendekatinya. "Just give me a chance to fix it."

"There's no other chance for you," sahut Ben dingin.

Tanpa banyak bicara lagi, Ben segera berbalik dan menaiki sepedanya. Meski dadanya masih terasa nyeri Ben memaksakan diri untuk terus mengayuh sepedanya.

Sementara itu, David hanya bisa menghela nafas panjang sambil menatap Ben yang pergi begitu saja meninggalkannya. Ia pasrah dengan reaksi yang ditunjukkan Ben. David sadar sikap yang Ben tunjukkan padanya adalah balasan atas apa yang ia lakukan pada Ben beberapa tahun yang lalu.

David terus menatap Ben yang menjauh. Tiba-tiba saja ia mengerutkan keningnya ketika menyadari sepeda yang dinaiki oleh Ben berjalan dengan tidak beraturan. Sepeda itu tidak lagi berjalan di sisi jalan raya melainkan semakin bergerak ke tengah.

"What is he doing?" gumam David. Ia menoleh ke kanan kirinya untuk memperhatikan situasi jalanan.

Kondisi jalanan yang tidak terlalu ramai membuat beberapa pengendara memacu kendaraannya dengan sangat cepat. Mata David membulat ketika ia melihat sebuah mobil minibus di kejauhan melaju dengan sangat cepat. Hal itu membuat David kembali menoleh pada Ben dan segera berlari untuk mengejarnya.

"BEN! PULL OVER!" teriak David.

Mobil minibus yang dilihat David melintas di dekatnya dengan kecepatan tinggi. Sedetik kemudian, langkah David memelan dan ia hanya bisa menatap nanar ke arah sepeda yang dinaiki oleh Ben.

Sepeda itu tergeletak di pinggir jalan, sementara tubuh Ben tertelungkup tidak jauh dari sepedanya. Mobil minibus yang menabrak Ben sudah pergi melarikan diri. Begitu tersadar dari keterkejutannya, David segera berlari ke arah Ben yang terkapar di pinggir jalan.

"Ben!" seru David setelah ia menghampiri Ben. Ia segera meraih tubuh Ben dan menelentangkannya.

"Don't touch me," gumam Ben di sela-sela kesadarannya ketika ia melihat wajah David.

"Shut your fuck up," sahut David. Ia pun langsung memeriksa keadaan Ben.

"Go–"

David mengabaikan ucapan Ben dan tetap memeriksanya. Jasmine yang juga melihat kecelakaan yang menimpa Ben tiba di sisi David sambil terengah-engah.

"I already called an ambulance," ujar Jasmine.

David menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menatap Jasmine. "Give me your scarf."

Jasmine segera melepaskan syal yang melilit lehernya dan memberikannya pada David. Sementara Ben terus bergumam meminta David untuk pergi, David melilitkan syal milik Jasmine di kepala Ben yang terbentur aspal.

"Don't talk too much, Ben," gumam David. Ia kemudian menatap Ben yang sepertinya mulai kehilangan kesadarannya.

Di sela-sela penglihatannya yang semakin mengabur, Ben menatap wajah ayahnya yang berada tepat di atasnya dan kembali bergumam pelan. "Go."

David menghela nafas panjang. Jasmine yang berdiri di belakang David meremas bahu David yang hanya bisa menunduk lesu ketika Ben terkulai tidak sadarkan diri.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. You could share your thought in the comment section, and don't forget to give your support through votes and reviews. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts
Chương tiếp theo