webnovel

Villa Kasus Pembunuhan

Gladis terus melirik tajam ke arah pria itu, entah mengapa ia merasa pria berjaket itu menyembunyikan sesuatu hal. Manik mata bening coklat itu terus saja menatap pria tersebut.

Ternyata dugaan Gladis benar, pria itu tiba-tiba saja mengeluarkan senjata tajam dan menyodorkannya ke arah gadis tersebut. Hal itu sangat membuat Daniel terkejut melihat apa yang terjadi lalu pria tersebut mengancam beberapa polisi untuk menurunkan senjatanya bila tidak maka nyawa Kayla dalam bahaya. Tidak ingin mengambil resiko maka Daniel selaku ketua tim langsung meminta anak buahnya untuk menurunkan senjata.

Lima orang yang berada di belakangnya langsung saja mengikuti arahan Daniel karena mereka juga tidak ingin sampai Gladis kenapa-kenapa. Pria itu tersenyum sengit dan langsung saja melangkah mundur ketika semua orang telah menurunkan senjatanya.

Pria itu langsung membawa Gladis jauh dari kerumunan itu dan kini pria itu sampai di depan sebuah mobil berwarna hitam. Matanya menilisik tajam ketika dirinya mau melangkah masuk ke dalam mobil. Pria itu langsung saja mendorong tubuh Gladis hingga menabrak trotoar.

"Aww," rintih Gladis kesal karena tangannya terluka.

Seorang pria berlari mendekati Gladis dan membantunya berdiri, "Apakah kau baik-baik saja, Dis?" tanyanya menatap Gladis.

"Aku baik-baik saja, Pak," jawabnya tersenyn kecil.

"Bagaimana bisa pria itu menyembunyikan senjata tajam."

Daniel langsung menyuruh anak buah yang lain mengejar pria berjaket hitam itu. "Bapak tak perlu khawatir karena aku sudah memasanga alat pelacak di jaketnya," balas Gladis tersenyum.

"Apa? Bisa-bisa di saat genting seperti ini kau malah memasang alat pelacak?"

"Aku sengaja melakukan itu agar bisa menangkap pria itu karena sejak awal bertemu dengannya aku sudah merasa aneh dengan tingkah pria itu,"

Mendengar hal itu Daniel langsung menelpon rekan kerjanya di bagian informatika dan meminta untuk melacak keberadaan pria berjaket tersebut dan ternyata pria itu sedang ada di jalan tol besar. Kemungkinan mereka bisa menemukannya, langsung saja, Daniel dan anak buahnya langsung menuju ke tempat tersebut.

Daniel meminta Boy dan Reno untuk memblokir jalan sehingga mereka bisa menangkap basah pria tersebut. Tidak lama kemudian, Daniel tiba di lokasi dan terus menelisik tajam mencari keberadaan pria tersebut dan ia merasa ada yang janggal dengan pria jaket hitam tersebut.

Melihat mobil di sampingnya berjalan maju dan seseorang yang berada di dalam mobil, seolah bersembunyi maka Daniel yakin betul bahwa itu adalah pria yang tadi. Mereka meminta polisi lalu lintas untuk memeriksa mobil dengan plat nomor 2310, Boy dan Reno yang masih berkomunikasi dengan Daniel langsung memutuskan panggilan teleponnya.

"Segera ikuti mobil itu dan jangan terlalu kentara bila kita mengikutinya," titah Daniel menyuruh anak buahnya pelan.

Ternyata mengikuti mobil tersebut membawa mereka ke sebuah tempat yang jauh dari penduduk. Di daerah terpencil dan di dekat bukit ada sebuah villa di sana, Daniel ternyalang kaget ketika melihat temoat tersebut dibangung sebuah villa mewah dengsn interior mewah.

"Apakah mungkin ada villa sebesar dan semegah ini," gumamnya sangat takjub.

Mereka menjaga jarak dari mobil tersebut, tak disangka bahwa pria itu menemui seorang pria putih dengan wajah oriental keturunan cina. Mata sipit dan hidung mancung menambah kesempurnaan pria tersebut.

"Siapa pria itu?" tanya Gladis mengerutkan dahinya.

Entah mengapa gadis itu, seolah termenung sejenak ketika melihat pria keturunan cina tersebut. Matanya menatap dalam, seolah ia pernah bertemu dengan pria itu sebelumnya.

Ketika dua orang polisi turun dan mencoba memeriksa villa tersebut maka Daniel dan Gladis masih duduk mengawasi dari kejauhan. Cukup lama mereka menunggu di dalam mobil. "Kenapa kau terus sjaa melamun, Dis?" tanya Daniel prihatin.

Gadis itu tersenyum dan langsung menjawab bahwa saat ini dirinya sedang mengingat, seolah dirinya pernah bertemu dengan pria itu, tetapi tidak tahu pernah bertemu di mana. Matanya terus menelisik tajam ke arah villa. Matanya terus menatap tajam dan ingin menghilangkan kegundahan yang tersimpan maka Gladis pun bertanya, "Bukankah salah satu dari tiga tersangka yang bersama Claritta waktu itu tewas di daerah sini?"

Daniel langsung menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena sejujurnya dia lupa jikalau satu korban itu ditemukan sini, kemudia dia mencoba mengingat lalu mengangguk, "Iya, kau benar! Waktu itu korban memang berada di tempat ini!"

"Mungkinkah pria berjaket itu adalah pelakunya," tebak Gladis menoleh ke arah Daniel.

"Sebaiknya kita turun dan melihat apa yang sedang terjadi! Jikalau bisa kita masuk ke dalam villa tersebut."

"Apa yang Bapak katakan benar."

Mereka keluar dari mobil, baru saja beberapa langkah mereka mendekati villa seseorang mencekal tangan Daniel dan bertanya, "Hendak ke mana Bapak ingin pergi,"

Daniel langsung menjawab dan meminta dua orang itu langsung mengikutinya, "Sebaiknya kalian tak perlu banyak tanya, lebih baik ikut aja ke mana langkah kaki kami melangkah."

Semakin dekat melangkah ke arah vila membuat rasa penasaran Daniel tergugah hingga membuatnya tambah bersemangat sekali untuk bisa masuk ke dalam vila tersebut. Sejenak kemudian, Daniel menghentikan langkahnya perlahan dan mulai sedikit khawatir jika saja di dalam pekarangan Villa tersebut ada perekam CCTV yang bisa merekam kedatangan mereka karena sampai setengah jam lalu dua anak buah kepercayaannya belum juga kembali dari villa tersebut dan itu membuatnya semakin bertambah penasaran lagi.

Daniel sedikit merasa khawatir dengan keadaan dua polisi tersebut, Gladis yang membawa alat mematikan perangkat CCTV langsung menekan alat tersebut dan masuk tanpa hambatan. Mereka berdua masuk lewat pintu depan sedangkan Reno dan Boy mencoba masuk dari samping karena mereka ingin mengalihkan perhatian seseorang yang tengah berjaga di depan Villa.

Daniel dan gadis itu berpura-pura menjadi pasangan kekasih yang ingin menyewa Villa tersebut sehingga penjaga villa tersebut tidak mencurigai mereka. Tidak hanya itu, Gladis pun bersikap manja dan menggandeng tangan Danisl layaknya seorang kekasih yang sedang dimabuk cinta dan mereka langsung bisa memasuki villa tersebut.

Menatap seorang wanita bersanggul dengan raut wajah yang sedikit dewasa dan tatapannya tidak dapat diartikan membuat mereka saling menatap satu sama lain. Daniel langsung membayar uang untuk menyewa sebuah kamar yang letaknya di lantai 2. Mereka berjalan terus bergandengan tangan dengan sepasang bola mata melirik tajam ke segala arah dan menelisik tajam ke sudut ruangan. Bila dilihat dengan mata telanjang, ruangan tersebut merupakan sebuah tempat tinggal yang sangat megah dan dan lebih mewah lagi daripada hotel bintang lima. Tetapi entah mengapa dua orang itu sangat penasaran sekali dengan isi kamar tersebut.

Setelah pelayan Villa membimbing mereka menuju tempat penginapan yang telah mereka sewa dengan sangat ramah gadis yang menggenakan seragam pelayan itu membukakan pintu tersebut dan mempersilahkan mereka masuk. Nenghentikan langkahnya ketika melihat pelayan tersebut, seolah memberi isyarat kepada seorang pria yang tak dikenal ingin sekali rasanya Gladis mengikuti pria tersebut. Namun, ia takut tindakannya itu akan membuat seisi ruangan tersebut curiga padanya.

Chương tiếp theo