Laki-laki itu berusaha tenang walaupun gendang telinga sudah dipenuhi suara ricuh dari dalam. Peperangan rumah terjadi lagi, beberapa kali sebuah piring dan gelas berubah menjadi serpihan kaca kecil. Amarah demi amarah terlontarkan satu sama lain, suara isak tangis mulai terdengar jua.
Langkah kaki terhenti setelah satu barang mendarat dengan tepat di depan mata, untung saja laki-laki itu berhasil menahannya. Tidak terhenti, adu mulut itu terus terjadi meskipun ada kehadiran dirinya.
Sekarang laki-laki itu sudah tak dianggap ada. Jadi, untuk apa ia pulang? Jika pulang yang harusnya menjadi tempat tenang tetapi malah menjadi tempat perang.
Flashback Off.
"Sa, kalau lo gak kuat kita cari tempat lain aja ya," ucap Dirham saat melihat Alysa hanya memandangi satenya dengan nanar.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com