Sebenarnya, mereka awalnya berjumlah lebih dari sepuluh orang, tetapi anggota Faksi Serigala Pemburu menemukan mereka dan menjadikan kelompok mereka terpecah, sebagian lagi telah mati.
Gadis muda itu sebenarnya adalah kultivator, tetapi sepertinya dia belum pernah pergi ke dunia luar atau lebih tepatnya belum pernah mengalami pertempuran yang merenggut nyawa. Apalagi lawan-lawannya adalah kultivator yang lebih kuat.
Merasa diabaikan, pria kekar itu tidak puas. Dengan meraung, dia mengangkat kapaknya dan memerintahkan, "Bunuh mereka, sisakan gadis itu dan ambil barang-barang mereka!"
Empat orang yang berada di sekelilingnya memasang ekspresi jahat, sebelum kemudian menyerang tanpa mengatakan apa-apa.
Whong! Whong! Whong!
Mereka kemudian mulai meledakkan energi mereka, mengungkapkan sigil pertempuran mereka dan energi alam di tubuh mereka berubah bentuk menjadi roh binatang buas yang berbeda-beda.
Bang! Bang! Bang!
Mereka berempat melancarkan serangan secara langsung saat mereka melompat di udara.
"Nona Muda, larilah!" bujuk salah seorang pengawal saat dia meledakkan energinya juga, mengungkapkan roh Trenggiling Bumi.
Orang kedua juga meledakkan energinya dan berubah menjadi roh Kadal Api. Keduanya bergegas mendirikan penghalang energi tanah dan api di sekitar gadis muda itu, dan pada waktu yang sama melancarkan serangan balasan.
Blaar! Blaar! Blaar!
Kedua serangan bertabrakan. Ledakan yang tercipta menggetarkan area sekitar, namun pertahanan kedua pengawal itu tampaknya tidak mampu mempertahankan empat serangan beruntun.
Bang! Bang! Bang!
Sekali lagi, serangan dari keempat bandit datang dan perlahan meruntuhkan penghalang energi yang didirikan kedua pengawal itu.
Di bawah hujan serangan, kedua pengawal itu tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi. Mereka tidak bisa keluar dan melawan musuh karena itu hanya akan membuat gadis muda yang mereka lindungi dalam bahaya.
Pria yang memegang kapak masih belum bergerak, jika keduanya memutuskan untuk keluar, pria itu pasti akan langsung menargetkan gadis muda itu.
"Nona Muda, berhenti menangis! Larilah sekarang!" teriak salah satu pengawal dengan nada membentak.
Dia tidak bisa menahan lebih lama lagi, bahkan dia mulai batuk seteguk darah. Hal yang sama juga berlaku pada pengawal yang memiliki roh Kadal Api. Dia bahkan tidak lebih baik dalam hal pertahanan.
Blaar! Blaar! Blaar!
Sebelum gadis muda itu sempat melakukan apa-apa, serangkaian ledakan menerjang dan meruntuhkan penghalang energi pengawalnya. Sementara kedua pengawal itu dikirim terbang jauh dengan batuk darah sebelum menabrak pohon.
"T-tidak!" pekik gadis muda itu ketakutan. Wajahnya jatuh saat matanya membelalak lebar, seluruh tubuhnya gemetar tak terkendali.
"He he. Gadis kecil, jadilah penurut. Sekarang tidak ada yang akan menyelamatkanmu," kata pria kekar itu sambil perlahan mendekat.
Gadis itu dengan kaku mencoba bergerak, tetapi seluruh tubuhnya seolah-olah telah benar-benar menjadi batu. Dia tidak bisa apa-apa saat kedua tangan pemimpin bandit itu akan meraihnya.
Swoosh!
Tepat pada saat itu, sebuah pedang melesat dengan kecepatan tinggi, langsung menargetkan pria kekar itu.
Bang!
Pria itu tersentak kaget, tetapi reaksinya masih sangat baik. Dia menggunakan kapaknya untuk menahan serangan pedang, memaksa pedang itu berubah arah hingga melesat jauh ke belakangnya. Pedang itu akhirnya menabrak batang pohon, tertancap di sana hingga menembusnya.
Namun, tidak ada yang akan mengira jika di balik pohon itu, seorang pemuda terlihat benar-benar bingung sekaligus tercengang. Pemuda itu telah ada di sana untuk menonton semuanya dalam persembunyian, tetapi sebuah pedang hampir saja memotong lehernya.
"S-sial! Itu hampir saja!" gumam pemuda itu saat masih tercengang. Terlihat jelas bahwa ujung pedang yang menembus batang pohon hanya berjarak satu inci dari lehernya. Dia dengan hati-hati menggeser tubuhnya menjauh, hanya untuk mendesah lega.
Di sisi lain, setelah serangan pedang itu dipatahkan, sesosok muncul dari balik rerimbunan. Mata merahnya tampak seperti matahari terang yang mampu menembus segalanya, sementara rambut peraknya terikat menjuntai. Sosok itu mengenakan gaun muslin abu-abu putih, dia berjalan dengan santainya sementara tatapannya lurus ke depan.
"Siapa kau! Beraninya memprovokasiku!" bentak pria kekar itu sambil mengunuskan kapaknya ke arah sosok itu.
Sosok itu sebenarnya adalah seorang wanita yang tampaknya masih muda, mungkin berusia sekitar 18 atau 19 tahun. Dia memiliki penampilan yang menarik, kecantikannya sama seperti yang dimiliki gadis bangsawan kelas atas.
Wanita itu mengabaikan pria kekar itu dan mendekati gadis muda yang tersimpuh ketakutan. Dengan ramah, dia berkata, "Apa kau baik-baik saja, adik kecil?"
Di hadapan wanita itu, gadis itu kelihatan jauh lebih muda, mungkin lebih muda empat atau lima tahun. Dia masih menangis tersendat, tidak tahu harus berkata apa. Jadi dia hanya bisa memaksakan diri untuk mengangguk.
"Baguslah. Tunggu di sini," kata wanita muda itu dengan senyum ramah. Dia mengelus rambut gadis itu, sebelum bangkit dan menatap kelompok bandit.
"Jadi bagaimana?" tanya wanita itu sambil menggerakkan kedua jarinya. Tidak ada yang menduga bahwa gerakan itu adalah gerakan untuk menarik kembali pedangnya yang tertancap.
Pria kekar itu tercengang. Dia tidak pernah mendengar ada seseorang yang bisa mengendalikan senjata sebelumnya. Dia bergumam pada dirinya, "Aku bahkan tidak bisa melihat kultivasi wanita ini. Siapa dia sebenarnya?"
Dia kemudian berteriak, "Aku adalah Teng Bao, wakil kapten kelima Faksi Serigala Pemburu. Aku sarankan agar kau tidak menyinggung kami terlalu jauh atau kami tidak akan segan-segan …."
Kraash!
Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, pedang wanita itu entah bagaimana mengiris daun telinganya. Hal itu membuatnya kesakitan sekaligus tercengang.
"Apa-apaan!" pekik Teng Bao sambil memegang telinganya.
Daun telinga Teng Bao teriris, tapi untungnya tidak terbelah. Darah segera mengalir melalui lehernya. Meskipun itu tidak memberikan rasa sakit yang besar karena tingkat kultivasinya, tapi itu cukup untuk membuatnya terdiam. Jika wanita itu menghendakinya, wanita itu selalu bisa mengarahkan pedangnya ke lehernya, bukan telinganya.
"Aku bertanya bagaimana kompensasimu, bukan identitas dan asal-usulmu!" kata wanita itu dengan nada jijik. Dia melakukan gerakan jari lagi dan membuat pedang yang mengiris telinga Teng Bao kembali padanya.
"Bos, apa kau tidak apa-apa?" tanya salah seorang bawahannya saat mereka mencoba membantu mendukungnya untuk tetap berdiri.
Teng Bao menepis mereka dengan marah, "Menyingkirlah. Bunuh wanita itu!"
Blaar!
Keempat orang itu mematuhi perintahnya. Mereka mulai meledakkan energi mereka dan bersiap untuk menyerang. Namun, bahkan sebelum mereka bisa bergerak, tiba-tiba tubuh mereka terasa berat. Pada saat yang sama, sebuah domain energi mengurung mereka.
Whong!
Mereka semuanya adalah kultivator Alam Transformasi, penindasan seperti itu masih bisa mereka lawan dengan kekuatan roh buas mereka. Jadi, mereka mulai melancarkan serangan mereka.
Blaar! Blaar! Blaar!
Domain energi transparan yang mengurung mereka sangat kuat, meskipun itu bergetar di bawah serangan bertubi-tubi, tapi tidak menunjukkan tanda-tanda akan runtuh.
"Kalian pikir kalian siapa!" geram wanita itu sambil melakukan gerakan aneh, dia kemudian mengendalikan energinya untuk melapisi pedangnya, pedang itu lalu melesat di udara dan membelah diri menjadi banyak pedang.
Swoosh! Swoosh! Swoosh!
Pada saat yang sama, domain energi yang mengurung mereka menyusut, membuat mereka yang terjebak di dalamnya menjadi semakin kehabisan ruang untuk bisa bergerak leluasa.
Bang! Bang! Bang!
Puluhan pedang energi menghujani mereka pada saat yang sama. Membuat mereka diserang dari berbagai arah. Karena mereka tidak memiliki cukup ruang untuk bergerak, mereka tidak bisa menghindari serangan itu, akhirnya mereka mati tertusuk puluhan pedang.
"Orang-orang payah! Begitu saja sudah mati?" Wanita muda mendesah pelan saat menggelengkan kepalanya. Terlihat sangat kecewa.
Namun, setelah mengurus keempat bandit itu, wanita muda itu tidak menemukan pemimpin mereka di mana pun. Dia kemudian melihat bahwa ada lubang di tanah, kemungkinan adalah jalan yang dibuat untuk melarikan diri.
Wanita itu memiliki penguasaan yang sangat tangguh dalam teknik pedang, jadi bisa disimpulkan bahwa dia memiliki roh bawaan tipe pedang. Karena dia tidak memiliki kemampuan menggali tanah untuk mengejar, dia hanya bisa menghela napas dan membiarkannya.
Ketika akan mendekati gadis muda itu dan berniat menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, wanita itu tiba-tiba bersikap waspada lagi dan melirik ke arah salah satu dahan pohon tempat pedangnya tertancap sebelumnya.
"Kenapa kau tidak melarikan diri bersama pemimpinmu? Huh, cari mati!" ancam wanita muda itu sambil bersiap menggerakkan pedangnya.