Pulau Bengkoang
Malam yang dingin, warga Pulau Bengkoang yang tersisa, mulai melakukan pembicaraan lagi.
"Bagaimana caranya kita menyusul ke ke sana? Kalau memakai perahu tanpa bahan bakar pasti kita akan tertinggal jauh," ucap Jefri.
"Apa bahan bakar di karimunjawa telah habis?" tanya Jiwo.
"Iya, sudah tak ada bahan bakar di tempat pengisian. Yang ada di kapal kita itu yang terakhir dan sudah habis waktu mau aku bawa pulang ke sini," jawab Yanto.
Desahan panjang pun terdengar dari semua orang yang berkumpul.
"Kalau naik pesawat bisa cepat 'kan?" lontar Wisnu.
Semua orang menatap remaja itu tak mengerti.
Jiwo nampak mengerti arah pertanyaan Wisnu. "Kalau ada bahan bakarnya, kita bisa naik pesawat dari Bandar Udara Dewandaru," sahutnya.
Semua orang nampak terkejut.
"Bandar Udara Dewandaru? Di mana itu?" tanya Jefri.
"Di Karimunjawa," jawab Iko.
"Jadi di Karimunjawa ada pesawat?" tanyanya tak percaya.
"Iya kalau masih ada yang tertinggal di sini," jawab Jiwo.
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com