webnovel

Pagi Yang Menguras Emosi

Sinar mentari masuk melalui celah-celah ventilasi membuat kedua orang yang sedang terlelap itu menggeliat dan kemudian langsung membuka mata. Hari sudah pagi, ah tidak! Ini tidak bisa dikatakan pagi karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh delapan. Bara dan juga Anna melewati sarapan mereka berdua karena baru bangun.

Anna menatap ke arah Bara yang sedang menatap langit-langit kamar nya itu. Ia tersenyum sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh polos Bara.

"Morning sayang." Ucap Anna.

"Apakah jam segini masih bisa dikatakan pagi Anna?" Tanya Bara.

Anna terkekeh mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Bara itu. Mungkin menurut orang lain jam segini ini masih bisa dikatakan pagi tapi bagi mereka yang sangat perhitungan dengan waktu tentu saja tidak.

Anna menarik selimut yang menutup tubuh mereka berdua itu.

"Apakah kita perlu melakukan nya lagi sayang?" Tanya Anna, tangan nya mulai menjalari tubuh Bara.

Sentuhan dari jari jemari Anna yang nakal itu sontak membuat Bara langsung menatap ke arah Anna.

"Tidak Anna, ini sudah pagi. Apakah yang tadi malam itu kurang bagimu?"

Anna terkekeh, "kamu tahu benar bukan jawaban nya. Entah kenapa aku selalu ingin lagi dan lagi. Aku menyukai sentuhan kamu yang mampu membuat aku ingin terbang. Kami pintar dalam memuaskan ku." Jawab Anna, sedikitpun ia tak merasa malu saat mengatakan hal seperti itu.

Bara menggelengkan kepalanya, ia melepaskan tangan Anna yang entah sejak kapan sudah beralih memeluk lengan nya itu.

"Aku harus mandi Anna."

Mendengar itu mata Anna langsung berbinar-binar.

"Ayo kita mandi bersama." Jawab Anna, ia bahkan sudah bangun dari posisi baring nya itu.

Bara menaikkan alisnya, "Anna,"

"Bara," jawab Anna, wanita itu benar-benar liar sekali. Bahkan tak ada yang bisa menyangka apa yang akan ia lakukan.

"Cukup Anna, jika kita seperti ini terus kapan kita akan turun untuk sarapan? Apakah kamu tidak merasa lapar? Aku lapar Anna."

Anna berpikir sebentar, tiba-tiba terdengar suara cacing di perutnya itu. Ah, sialnya ia juga lapar Sekarang.

"Baiklah jika seperti itu, lanjut kan mandi mu. Aku akan menunggu disini." Jawab Anna akhirnya.

"Apakah kamu tak ingin kembali ke kamar mu? Bagaimana jika Restu tahu kalau kita tidur satu kamar?"

"Memangnya peduli apa dengan Restu hm? Bukankah dia sudah tahu bagaimana hubungan kita ini?"

"Tapi tidak harus seperti ini kan Anna? Apakah kamu tidak bisa untuk menutupinya. Ingat, aku ini sudah Menikah. Kamu dan aku hanya kekasih gelap saja di belakang Kara."

Mendengar nama Kara disebutkkan membuat Anna benar-benar emosi. Sudah ia katakan berulang kali kepada Bara, saat mereka berdua jangan pernah sekalipun menyebutkan nama Kara. Tapi kenapa laki-laki itu malah menyebut nama Kara? Apakah Bara benar-benar sedang merindukan Kara saat ini?

"Pergilah mandi sana, jika seperti ini terus aku takutnya kita akan bertengkar. Bersihkan dirimu dan kita akan turun untuk sarapan." Ketus Anna, ia menutupi tubuhnya yang polos itu dengan selimut.

Melihat itu Bara benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia merutuki dirinya sendiri karena tiba-tiba malah menyebut kan nama Kara. Padahal mereka sudah berjanji untuk tidak menyebut nama Kara.

Ah, ini semua karena Kara yang sok-sok jual mahal. Lihat saja nanti, ia akan menemukan keberadaan Kara bagaimanapun itu caranya. Kara tak bisa memperlakukan dirinya seperti ini. Emangnya ia pikir dirinya itu siapa? Bukan siapa-siapa jadi jangan sok untuk jual mahal seperti ini.

Nanti, ia akan membuat perhitungan pada Kara dan kedua orang tuanya itu harus tanggung jawab dengan semuanya ini.

Bara berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Anna seorang diri yang sedang berada dalam balutan selimut.

Tiba-tiba ponsel milik bara bergetar, Anna yang sedang tenggelam dalam rasa kecewanya itu langsung mencari dimana keberadaan sumber getaran itu.

Ia berhenti mencari saat menemukan ponsel milik Bara yang berada di atas nakas tak jauh dari tempatnya berbaring itu.

Ia mengulurkan tangan nya untuk menjangkau ponsel Bara. Ia penasaran siapa yang mengirimkan Bara pesan di jam segini? Bukankah Bara sudah ambil cuti ya?

Jadwal nya kosong satu Minggu kedepan jadi tidak mungkin ia masih dicari juga.

Tangan nya dengan cepat membuka ponsel Bara, ia penasaran sekali siapa yang mengirim Bara pesan.

From: Andre

Apa tuan sudah sampai di Bali? Perlukah saya mengabari hal ini kepada tuan dan nyonya besar yang berada disana?

Mata Anna langsung melebar dengan sempurna saat membaca pesan yang dikirim oleh asisten pribadi Bara itu.

Mengapa Bara tidak memberitahu Dirinya kalau kedua orang tuanya sedang berlibur di Bali? Apakah Bara sudah berniat untuk mengkhianati dirinya diam-diam? Atau jangan-jangan Bara sudah mulai mencintai Kara tanpa sepengetahuan dirinya?

Ah tidak, ia tak akan bisa membiarkan hal seperti ini terjadi. Bara harus menjadi milik nya dan satu-satunya orang yang boleh memiliki Bara adalah dirinya bukan Kara atau siapapun itu.

Tangannya menekan tombol keluar dari room percakapan dengan Andre. Saat ingin keluar ke menu utama, tiba-tiba matanya tanpa sengaja membaca nama Kara.

Ia menatap ke arah kamar mandi, ada sedikit rasa takut di hatinya untuk membuka chat anatra Bara dan juga Kara. Ia belum mempunyai hak apapun untuk membongkar isi pesan milik Bara dan istrinya itu.

Tapi sialnya rasa penasaran nya tak bisa untuk di tenangkan. Ia benar-benar penasaran sekali dengan isi pesan antara mereka.

Selama ini ia juga sering memainkan ponsel Bara dengan sangat bebas, tapi selama itu ia tak pernah menemukan nama Kara di pesan Bara. Bara selalu saja menghapus Semuanya sebelum bertemu dengan dirinya. Katanya ia tak ingin kalau Dirinya terluka jika melihat isi pesan yang dikirim oleh Kara.

Sempat terjadi perdebatan antara hati dan juga logikanya untuk Membuka pesan tersebut atau tidaknya.

Setelah beberapa saat ia memantapkan hati nya untuk membuka pesan tersebut.

Dengan satu kali sentuhan ia sudah di bawa untuk masuk ke dalam room chat dengan Kara.

Tak ada pesan apapun dari Kara disana, hanya pesan yang Bara kirim kan saja untuk Kara.

To: Kara

Kamu dimana? Sedang apa? Apakah tidur mu nyenyak sayang? Aku merindukan mu. Tolong kirim kan aku alamat mu dan aku akan langsung kesana sekarang.

Mata Anna langsung melebar dengan sempurna, apakah ia tak salah membaca pesan tersebut.

Sakit? Sudah pasti. Inilah resikonya dari rasa penasaran yang tak bisa untuk ia tepis ketika melihat nama Kara.

"Beraninya kau!" Ucap Anna, ia mengepalkan tangannya untuk mengontrol emosi nya itu.

Chương tiếp theo