Viktor baru saja keluar dari dalam ruangan penyidik dengan noda darah ditangannya. Reni yang baru memasuki dunia detektif, sedikit terkejut lalu menanyakannya.
"Apa kita tidak bisa kalau tidak memakai kekerasan! Dia itu kan masih di bawah," protes Reni sambil berjalan di belakang bersama anak buahnya yang lain.
Viktor menghentikan langkahnya lalu berbalik, dan melihat Rani dengan tatapan tajam. Berani protes dengannya yang menghakimi Nino.
"Kamu pikir dia anak di bawah umur! Umurnya memang di bawah 17 tahun, namun kamu harus tahu dia begitu merugikan generasi muda penerus bangsa!" tegas Viktor menatap tajam Reni lalu berbalik dan melanjutkan perjalanannya lagi.
Reni diam tak mengikuti lagi, lalu Reymond yang kasihan kepada langsung merangkulnya untuk mencairkan suasana yang memanas.
"Sudah. Jangan diambil hati, memang beginilah penyidikan sesungguhnya untuk orang-orang jahat. Jangan salahkan komandan. Dia sudah berusaha untuk tidak memakai kekerasan, tapi mau bagaimana lagi. Kalau tidak seperti itu, ya kita tidak akan menemukan pelakunya," jelas Reymond sambil berjalan merangkul Reni.
Reni melepaskan tangannya dibahu. "Bisa tidak kalau mau menjelaskan, itu tidak usah pegang-pegang seperti ini. Dasar menyebalkan," tegur Reni sambil berjalan cepat meninggalkannya Reymond.
Reymond tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya, sambil melihat Reni yang sudah berjalan pergi meninggalkannya.
"Dasar wanita judes sekali! Itulah kenapa wanita tidak boleh ada dalam penyidikan seperti ini, mereka itu terbawa perasaan sekali," ucap Reymond sambil berjalan menyusul yang lainnya.
Di dalam ruangan kalong hitam, mereka sedang berdiskusi dipimpin oleh Viktor yang berdiri di depan mereka.
"Malam ini kita harus segera pergi ke Bar "Ninety" mereka ada di ruang bawah tanah. Jadi kita harus hati-hati sekali," perintah Viktor dengan tegas lalu pergi keluar dari ruangannya dengan wajah marah dan kesal.
Setelah pemimpin pergi, Haris menegur Reni yang berani menegur Komandannya atas tindakannya kepada Nino.
"Reni! Kamu ini sok tahu banget sih, seharusnya kalau kamu mau protes itu, harus tahu dulu jangan main berkomentar saja tidak jelas!" tegur Haris sambil berdiri menatap sinis Reni.
"Sudahlah... Jangan bicara seperti itu, lebih baik sekarang kita merokok di luar," ajak Reymond menepuk bahu Haris lalu melihat Adit yang diam saja.
"Iya dari pada kita disini! Menyebalkan sekali!" jawab Haris kesal lalu pergi bersama Reymond.
Mereka bertiga pergi bersama, agar masalah tidak terlalu panjang. Reni yang kesal hanya menggerutu saja, melihat Haris yang pergi bersama kedua temanya.
"Ish...Sok sekali! Memangnya dia siapa! Berani menegurku dengan kasar," gerutu kesal Reni lalu melihat Andrew yang diam saja melihat layar laptopnya.
Reni kesal juga dengan Andrew yang acuh tak acuh dengan rekan tim, lalu dia menegurnya sambil menutup layar laptopnya.
"Kau ini punya mulut atau tidak! Seharusnya kau membela aku sebagai rekan kerjamu," tegur Reni sambil menatap tajam Andrew.
"Aku tidak ada urusannya denganmu dan kita ini rekan kerja yang tidak dekat! Jadi jangan mimpi untuk aku membelamu," jawab Andrew berdiri lalu pergi meninggalkan Reni yang kesal.
Di minimarket Sonia sedang menata produk jajanan berbagai camilan, tiba-tiba dia didatangi lima remaja wanita dengan pakaian seragam SMA. Membalas dendam padanya, karena sewaktu membeli rokok dan kondom. Sonia tidak memberikannya kepada mereka.
"Eh pelayan!" tegurnya dengan nada tidak sopan melambaikan tangan memanggil Sonia.
Sonia berbalik dan berpikir kalau mereka mau membeli rokok dan kondom. "Aku tidak akan menjual pada kalian! kondom dan rokok! Lebih baik kalian cari makanan saja atau tidak minuman," ucap Sonia dengan tegas lalu tersenyum menawarkan yang lainnya.
Kelima remaja itu tertawa terbahak-bahak, lalu seketika ada orang yang mau masuk, tapi remaja itu menutup lalu mengusir pelanggan yang mau berbelanja. Sontak Sonia menjadi marah, lalu menegur mereka.
"Kalian jangan buat rusuh ya disini!" tegur Sonia meninggikan suaranya sambil berjalan meletakkan kardus camilan.
Kedua remaja berjalan menghampiri Sonia yang sedang berjalan, lalu memegang kedua tangannya. Membuat Sonia terkejut dan meminta mereka melepaskannya.
"Lepas tidak! Kalau tidak! Aku akan laporkan kalian ke polisi! Cepat!" teriak Sonia mengancam mereka.
"Hahahahahahaha...." suara tertawa mereka lucu sekali melihat Sonia yang marah.
Dari ketiga remaja wanita itu, salah satu maju sebagai pemimpin lalu menampar wajah Sonia dengan sangat keras.
"PLAKKKK!!! Wanita Fuck!!!!" hinanya sambil menjenggut rambut Sonia yang panjang.
"Lu pikir gua takut sama polisi! Gua enggak takut, sama orang dewasa seperti lu! Kalian orang dewasa sok suci!" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak diikuti keempat teman yang lainnya.
Sonia tidak menunjukkan rasa takutnya, justru dia menunjukkan apa yang dikatakannya tentang pergaulan bebas itu benar.
"Kalian pikir dengan melakukan ini terhadapku akan membuatku memberikan apa yang kalian inginkan! Jangan harap, seharusnya kalian berterima kasih kepadaku, karena aku menyelamatkan kalian dari pergaulan bebas," jelas Sonia membela dirinya.
Kelima remaja itu semakin kesal, lalu ingin memukulinya. Namun seseorang datang masuk ke dalam minimarket, sambil melepas kacamata hitamnya. Mengenakan pakaian setelah jas berwarna hitam tanpa dasi, dengan kancing baju dilepas dua dari atas. Mathew yang tampan, menghentikan kekejaman mereka semua yang terpesona dengan ketampanannya.
"Hentikan perbuatan kalian. Jika tidak maka aku akan melaporkannya kepada polisi," ucap Mathew sambil melihat mereka yang sedang menyandera Sonia.
Ketua geng mereka meminta rekannya untuk melepaskan Sonia, lalu pergi ketakutan melihat Mathew yang terlihat menakutkan.
"Ayo kita pergi!" perintah pemimpin geng kepada keempat anak buahnya.
Setelah mereka pergi, Sonia merapikan rambutnya lalu melihat pria yang waktu malam itu mendekati rumah Andrew.
"Kamu pria yang malam itu kan?" tanya Sonia dengan samar-samar melihat wajah Mathew.
Mathew melebarkan matanya, bisa bertemu dengan Sonia. Dengan cepat dia mengalihkan pembicaraannya dengan mengambil mi cup yang ada dipajangkan di depan meja kasir.
"Aku beli ini," ucap Mathew sambil meletakkan mi tersebut di atas meja kasir.
Sonia dengan cepat dan melangkah masuk ke dalam, meja kasir untuk melayani pria itu. Lalu dia sambil memasukkan satu mi ke dalam plastik.
"Kamu bukan pria itu?" tanya Sonia sambil melihat Mathew.
"Aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan. Aku baru datang kemarin dari LA, jadi kemungkinan pria yang kamu maksud itu bukan aku," jelas Mathew sambil memberikan uang seratus ribu lalu membawa plastik dan pergi meninggalkan Sonia yang melihatnya tanpa mengedipkan matanya.
Sonia masih penasaran dengan pria barusan, terlihat mirip dengan pria yang waktu malam itu dilihatnya. Namun dia juga masih ragu, karena waktu itu wajahnya tak terlihat jelas.
"Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi apakah dia pria yang sama waktu itu, tapi katanya dia baru datang dari LA. Ah! membuatku pusing saja," gumam Sonia sambil bertanya-tanya dengan bingung.