webnovel

Quinquaginta Octo

"Udah omonganya si Mikel gak usah lu tanggepin. Biarin aja, dia emang suka gitu anaknya. Suka aneh," ucap Galang membuat Niko manggut-manggut. Mulutnya membentuk huruf O pertanda ia mengerti sama apa yang di maksud oleh Galang.

Namun di satu sisi ada yang tidak suka dengan ucapan Galang. Siapa lagi kalau bukan Mikel yang cemberut sedari tadi karena mendengar kata-kata Galang dan membuatnya sebal.

Cowok di sampingnya kini menatap tidak ramah ke arah Galang. Bisa-bisanya Mikel di katakan anak aneh sama Galang.

"Ngeselin," kata Mikel dalam hati sambil memanyunkan bibirnya kesal.

Sementara di tempat lain Calvin sedang memesankan pesanan untuk Niko. Ia berdiri di depan kasir. Calvin membaca daftar menu yang di letakkan di depan kasir.

"Niko suka apa ya?" batinya bertanya pada diri sendiri. Takut saja kan nanti Calvin malah salah beli lalu si Niko malah tidak mau memakanya.

"Mau pesan yang mana kak?" tanya Mas-mas Barista di Cafe.

"Saya mau kuenya dua. Brownise satu sama carrot cake," ucap Calvin kemudian beralih melihat daftar menu minuman yang berada di samping daftar menu makanan ringan.

"Baik, kak. Minumnya mau kopi atau non kopi?"

"Hum, Mocha aja satu."

"Baik, kak. Semuanya 95.500 ribu ya kak," Calvin mengangguk, ia merongoh dompet hitam yang terselip di kantong celana. Kemudian mulai membuka isi dalam dompet tersebut dan mengambil selembar uang seratus ribuan lalu memberikanya pada Mas kasir.

"Kembalianya 4.5000 ya kak, terimakasih. Kakak bisa menunggu dan untuk pesanan biar kami yang mengantarkan."

Setelah barista mengatakan itu.

Calvin langsung pergi dari sana menuju tempat duduknya semula.

Di sisi lain ada seseorang yang sedang memperhatikan Calvin di dalam Cafe.

Cowok mungil bersama Pria tinggi yang juga tak kalah tampan dari Calvin itu sedang duduk bersama. Mereka berdua duduk di paling ujung pertama di dekat pintu utama masuk. Jaraknya juga tidak terlalu jauh dari tempat Calvin dan kedua temannya.

"Itu cowoknya! Ganteng, kan?" Rehan tampak menunjuk seseorang dan membuat Cowok mungil yang duduk di sampingnya itu mulai mengikuti arah tunjuk tangan Rehan.

"Ganteng banget," batinnya.

Cowok mungil itu mengangguk. Ia berkali-kali berdecak kagum sembari menatap Calvin di sana dengan bola matanya yang berbinar sempurna. Jujur saja Calvin terlihat begitu menawan sampai membuat hatinya tak menentu dan berdegup sangat kencang.

"Hwa dia orangnya kak? Ganteng banget kak!!" serunya yang bahkan tak bisa melepaskan pandanganya dari sosok Calvin sampai si Objek pertama kembali duduk di tempatnya semula.

"Lu suka?" tanya Rehan memastikan.

Cowok mungil yang di ketahui bernama Rifki itu langsung mengangguk kepalanya cepat.

"Iya, kak aku suka! Suka banget," jawab Rifki membuat senyum Rehan mengembang sempurna.

Rencananya sebentar lagi akan berjalan sesuai dengan yang ia harapkan. Setelah Rifki membuat Calvin jatuh cinta saat itu juga Rehan akan merebut Niko seutuhnya.

"Serius? Oke. Kalau gitu lo harus deketin dia, pokoknya lo harus buat dia suka sama lo!" ucap Rehan sembari menyesap Cappucino kemudian menoleh menatap Rifki adik bungsunya.

Rehan belum lama ini mengetahui tentang jati diri Rifki yang sebenarnya. Saat Rehan tau bahwa adiknya adalah seorang Gay, awalnya dia kaget dan sama sekali tidak percaya.

Namun, semuanya itu benar dan membuat Rehan memiliki rencana yang lebih licik dari sebelumhya. Karena obsesinya untuk membalas dendam dan mengambil Niko dari Calvin ia harus tega menjadikan adiknya sebagai batu loncatan.

Rifki di buat terkejut oleh Rehan ketika mendengar penuturan Kakaknya. Ia langsung berbalik menatap Kakaknya dengan tatapan tak mengerti sekaligus bingung.

"Maksud kakak aku harus deketin dia?" Rehan mengangguk membenarkan semua ucapan Rifki.

"Tapi dia udah ada yang punya kak," kata Rifki yang sepertinya agak ragu untuk mendekati Calvin.

"Jadi lo takut?" Pertanyaan Rehan membuat Rifiki bergeming. Sesaat ia merespon hanya dengan anggukan kepala saja.

"Hum, gak sih kak," jawabnya tanpa ragu lagi.

Rehan tersenyum.

"Dia suka cowok yang cute. Apalagi, lo tuh lebih cute dari Niko. Gue yakin banget si Calvin bakalan ke pincut sama lo," ucap Rehan penuh percaya diri sambil tersenyum penuh arti.

Tetapi siapa yang menyangka bahwa Rifki akan secepat itu menyadari. Mendengar balasan Rifki membuat Rehan tak berhenti mengelak.

"Bilang aja kalau kakak suka juga kan sama Niko. Makanya kakak nyuruh aku buat deketin Calvin?" Rifki menoleh dan mulai menatap Rehan yang bergerak dengan gelisah. Tanpa sengaja ia mendapati wajah Rehan yang tiba-tiba bersemu merah sampai ke telinga pun ikut memerah.

Rehan mengangguk sambil senyum malu-malu. "Bukan suka lagi tapi si Niko emang udah jadi pacar gue," jawab Rehan membuat Rifki membulat matanya tak percaya.

"Pacaran? Jadi kakak selingkuhanya Niko?" tanya Rifki semakin penasaran dan mulai mendesak Rehan untuk menjawab.

"Iya pokoknya begitulah. Intinya gue sama Niko itu pacaran dan gue gak suka Niko masih deket sama Calvin. Jadi gue minta lo deketin Calvin buat dia suka sama lo." Rifki mengangguk mengerti setelah mendengar jawaban Rehan.

"Lo mau kan bantuin gue?" Rehan menatap adiknya dengan raut wajah memohon serta memelas.

"Humm…" Rifki masih menggantung jawabanya, membuat Rehan menunggu dan akhirnya memutuskan sesuatu.

"Gini aja deh. Kalau lu berhasil deketin Calvin gua bakalan beliin lu photobooks BTS sekalian sama poster-posternya. Gimana? Lo setuju gak?" Mendengar itu tanpa ragu Rifki lansung mengangguk kepalanya cepat dan mengiyakan semua perjanjian dengan kakaknya.

Jarang-jarang Rehan akan beriskap baik dan membelikan sesuatu yang Rifki suka.

"Ini baru adik pinter!" puji Rehan sambil mengusap puncak rambut Rifki membuat Rifki suka karena di perlakukan manis oleh kakaknya.

.

.

.

Saat Calvin kembali ia sama sekali tak melihat Niko di sana. Batang hidungnya pun juga tak terlihat. Matanya kini berkeliling mencari Niko dan sempat bertanya sama kedua sahabatnya.

"Ada yang tau Niko kemana?" tanya Calvin yang baru saja duduk di kursi namun hati dan pikiranya merasa tak tenang karena memikirkan tentang Niko.

"Tadi si bilangnya mau ke toilet tapi sampe sekarang belum balik-balik. Coba deh lo tengoin mana tau kenapa-kenapa. Udah 5 menit dia gak muncul dari dalam toilet," jawab Mikel lebih dulu sebelum Galang.

Setelah mendengar jawaban Mikel, Calvin langsung beranjak dari duduknya. Ia membuka Touch ponsel kemudian menggeser ke bawah mencari nama Niko di kontak ponselnya.

Panggilan telfon akhirnya terhubung.

[Sayang kamu dimana?] tanya Calvin dengan nada khawatir.

[Niko di toilet. Dari tadi perut Niko sakit banget hiks…] Mendengar tangisan Niko membuat Calvin merasa gemas.

[Yaudah, aku ke sana ya] Calvin memutuskan sambungan telfonnya dan segera menyusul Niko di kamar mandi.

Calvin masuk ke dalam Toilet pria kemudian mencari beberapa pintu Toilet yang tertutup.

"Niko dimana sayang?" tanya Calvin menyusuri beberapa lorong kamar mandi.

Mendengar suara Calvin Niko langsung buru menjawab.

"Aku di ujung!" teriak Niko meski suaranya terdengar pelan.

Sudut bibir Calvin tersenyum. Tanpa menunggu lama lagi Calvin bergegas menuju Niko yang berada di dalam toilet paling ujung.

Beberapa saat kemudian Niko keluar. Ia melihat Calvin berdiri di ambang pintu yang Niko tau kalau Calvin sedang menunggunya.

"Calvin," panggil Niko.

Calvin menoleh kebelakang ketika ia mendengar suara Little babynya.

"Pelukkk!!" Calvin terkekeh sembari tersenyum kemudian membalas pelukan Niko dengan hangat.

Untung saja saat ini toilet sedang sepi jadi tak masalah jika Calvin memeluk Niko.

"Masih sakit?" tanya Calvin lembut.

Niko mendongak dan mulai menatap Calvin kemudian mengangguk kepalanya kecil," tapi udah mendingan kok," jawab Niko membuat bibir Calvin tak berhenti tersenyum karena saking gemasnya.

"Itu karena Niko gak nurut sih sama aku," balas Calvin lalu mengecup hidung Niko sambil mengejek Niko membuat Niko kesal lalu berdecak pelan.

Tapi yang di katakan Calvin memang benar juga. Ah, sudahlah Niko tidak mau memikirkanya lagi. Lebih baik sekarang mereka cepat keluar sebelum nanti ada orang yang melihat mereka.

"Ayo kita keluar," ajak Niko dan mulai merenggangkan pelukanya. Namun gerakkanya langsung di tahan sama Calvin.

"Nanti aja sayang. Aku masih pengen kaya gini, aku mau peluk-peluk kamu." ucap Calvin semakin mengeratkan pelukanya.

"Kalau ada yang liat gimana? Lanjut pelukannya pas di rumah aja ya ayang," balas Niko.

Niko mencoba memberi pengertian buat Calvin. Soalnya kalau Calvin sudah begini Niko akan kesulitan membujuknya. Niko menjadi gelisah dan merasa tak tenang karena takut jika nanti ada yang tiba-tiba datang dan memergokinya.

Calvin memanyunkan bibirnya. Niko melihat eskpresi wajah Calvin berubah tapi membiarkanya saja.

"Yaudah iya sayang," jawab Calvin.

"Tapi, pengen peluk lagi. Bentar aja ya," ucap Calvin sambil mengendus leher Niko.

Niko langsung mengangguk dan mengiyakan. kemudian Niko kembali mengeratkan pelukan Calvin. Niko mulai menyembunyikan kepalanya di dalam dada bidang milik Calvin. Mendiamkanya sejenak di dalam sana sampai akhirnya Niko ingin mengatakan sesuatu.

"Calvin," suara Niko terdengar kecil tapi dapat di dengar oleh Calvin sendiri.

"Hum," sahutnya.

"Kayaknya temen kamu pada curiga deh sama aku. Aku takut…" kata Niko.

"Niko takut apa? Kamu gak perlu takut sayang. Niko gak usah mikir yang aneh-aneh ya."

"Tapi—," ucapan Niko terhenti saat Calvin tiba-tiba saja menyentuh bibirnya sekilas lalu balik tersenyum menatap dirinya.

"Sekalipun mereka tau kalau kita pacaran, aku bakalan tetep sayang sama kamu dan gak akan pernah ningglin kamu. Jadi kamu gak perlu mikir aku bakalan pergi. Itu gak akan sayang," ucapnya lagi dan kembali mengecup bibir Niko.

Mendengar itu hati Niko menjadi lega.

kemudian Niko membalas ciuman Calvin. Ciuman mereka sedikit memanas, karena Atmosfernya yang mendukung membuat Calvin menjadi sangat nafsu sekarang.

Calvin menggendong tubuh Niko dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Calvin memejamkan matanya dengan bibir yang belum terlepas dari pungutanya.

Calvin mengunci pintu kamar mandi dan melanjutkan ciuman panasnya.

Calvin mendorong pelan tubuh Niko hingga bahunya lebih awal menyentuh belakang dinding kamar mandi. Calvin kembali meraup bibir Niko semakin dalam dengan tangan satunya memegang leher Niko dan tangan satunya mulai menyusup seperti maling ke dalam baju Niko tanpa menunggu persetujuan dari pemiliknya.

*** Chapter 59

Chương tiếp theo